Ilona spontan menghentikan pemberontakannya setelah mendengar pertanyaan Reinhard. Tubuhnya membeku selama beberapa saat. Bahkan, membalas tatapan lelaki di hadapannya itu saja ia tidak berani. Hanya untuk membalas pertanyaan seperti itu saja dirinya perlu berpikir terlebih dahulu.
Ilona benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya ini. Jika sebelumnya pertanyaan seperti ini sangat mudah dirinya jawab dengan kata ‘tidak’ atau penyangkalan apa pun itu. Namun, sekarang dirinya malah bingung harus memberi jawaban seperti apa. Padahal sudah jelas ia tidak mencintai Reinhard, ‘kan?Wanita itu melirik Reinhard sekilas yang terlihat menunggu jawabannya. Sebelum lelaki itu berpikir macam-macam, ia langsung berdeham pelan. “Mencintaimu? Apa kamu sedang mabuk? Untuk apa kamu bertanya seperti itu? Aku yakin kamu sendiri sudah tahu jawabannya.”“Aku tidak mencintaimu, itu terlalu mustahil. Pertanyaanmu sangat konyol. Bagaimana bisa aku mencintaIlona yang sedari tadi terus menerus meronta mulai kehabisan tenaga. Pemberontakan yang wanita itu lakukan semakin berkurang. Melihat Ilona sudah terlihat tak berdaya, Reinhard langsung bangkit dan meraih kembali berkas surat gugatan cerai yang ia temukan tadi. Bunyi robekan keras terdengar bersamaan dengan gerakan Reinhard yang mulai merobek kertas tersebut menjadi beberapa bagian. Ilona terbelalak lebar melihat apa yang Reinhard lakukan. Sontak saja ia langsung bangkit dan berusaha meraih berkas tersebut. “Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah merobek surat ini?!” seru Ilona dengan suara nyaring. Wanita itu menatap nanar surat gugatan cerainya yang kini sudah hancur menjadi bagian kecil dan berserakan di lantai. Ia kalah cepat untuk menyelamatkan surat tersebut dari keganasan Reinhard. Tanpa memedulikan tubuhnya yang lemas dan penampilannya yang sangat berantakan, Ilona bangkit dari ranjang dan menghampiri Reinhard. Telapak tangannya nyaris mendara
Ilona spontan menghentikan pemberontakannya setelah mendengar pertanyaan Reinhard. Tubuhnya membeku selama beberapa saat. Bahkan, membalas tatapan lelaki di hadapannya itu saja ia tidak berani. Hanya untuk membalas pertanyaan seperti itu saja dirinya perlu berpikir terlebih dahulu. Ilona benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya ini. Jika sebelumnya pertanyaan seperti ini sangat mudah dirinya jawab dengan kata ‘tidak’ atau penyangkalan apa pun itu. Namun, sekarang dirinya malah bingung harus memberi jawaban seperti apa. Padahal sudah jelas ia tidak mencintai Reinhard, ‘kan?Wanita itu melirik Reinhard sekilas yang terlihat menunggu jawabannya. Sebelum lelaki itu berpikir macam-macam, ia langsung berdeham pelan. “Mencintaimu? Apa kamu sedang mabuk? Untuk apa kamu bertanya seperti itu? Aku yakin kamu sendiri sudah tahu jawabannya.”“Aku tidak mencintaimu, itu terlalu mustahil. Pertanyaanmu sangat konyol. Bagaimana bisa aku mencinta
Ilona spontan mematikan teleponnya dan menghapus air mata yang membasahi wajahnya ketika tak sengaja mendengar bunyi kunci yang diputar. Sebelum pintu terbuka, wanita itu buru-buru merapikan wajahnya yang terlihat luar biasa menyedihkan. Ia tidak menyangka Reinhard akan kembali membuka kamarnya secepat ini. Ilona dan Reinhard bertemu pandang selama beberapa saat ketika Reinhard membuka pintu kamar tersebut. Namun, Ilona yang masih dalam suasana hati tidak baik langsung membuang muka dan melangkah memasuki toilet yang ada di hadapannya. Ia tidak peduli dengan apa pun yang akan Reinhard lakukan di kamarnya. Wanita muda itu memutuskan untuk membersihkan diri, berharap perasaan campur aduk yang dirinya rasakan sekarang. Cukup lama Ilona berada di dalam toilet padahal urusannya sudah selesai sejak tadi. Ia malas bertemu Reinhard lagi. Siapa tahu saja lelaki itu masih berada di kamarnya saat ini. “Ternyata dia hanya membawakan sarapan untukku? Romantis sekali
Keinginan untuk berpisah bukan hanya sekali dua kali saja Ilona lontarkan. Namun, baru sekarang ia berani mengatakan secara gamblang tentang perpisahan itu. Bahkan, seharusnya sejak awal dirinya sudah mengatakan kalimat tersebut. Namun, entah kenapa Ilona kembali merasakan keanehan dalam dirinya. Seharusnya kata perpisahan itu tidak membuatnya merasa berat. Padahal sudah jelas-jelas tidak ada satu pun alasan untuk mempertahankan hubungan mereka. Lain lagi ceritanya jika dirinya tidak keguguran waktu itu. Ringisan pelan lolos dari bibir Ilona bersamaan dengan punggungnya yang bertubrukan dengan tembok. Piyama tipis yang dirinya kenakan tidak terlalu membantu menghalau hawa dingin yang tiba-tiba menyergap kulitnya. Ditambah lagi dengan nyeri yang tercipta karena punggungnya menghantam tembok yang keras. “Apa yang kamu katakan barusan? Berani-beraninya kamu mengatakan itu!” bentak Reinhard yang sudah mengunci pergerakan Ilona di dinding kamar itu. Air muka
Ilona yang mengintip dari balik pintu kamarnya mengerutkan keningnya. Reinhard tidak terlihat terkejut mendengar kabar kedatangan Merisa. Itu berarti Reinhard memang sudah mengetahui kalau Merisa tidak berada di penjara lagi. Atau mungkin memang tidak pernah masuk penjara. Sebenarnya Ilona tidak ingin ikut campur urusan Merisa dan Reinhard. Tetapi, ada banyak sekali pertanyaan yang bercokol di kepalanya saat ini. Setidaknya jika tidak bisa mengemukakan pertanyaannya, ia ingin tahu apa tujuan kedatangan Merisa. Sakit hatinya pada wanita itu belum tuntas dan sekarang Merisa sudah kembali berkeliaran di sekitarnya. Ilona tidak ingin berpikir negatif. Mungkin saja Merisa sudah berubah dan tidak akan lagi mengganggunya. Seharusnya perbuatan yang Reinhard lakukan waktu itu mampu membuat Merisa jera. “Tidak ada salahnya ‘kan jika aku ingin melihatnya?” gumam Ilona seraya merapikan kembali penampilannya yang sudah acak-acakan di depan cermin. Wanita itu mengedi
“Tidak apa? Kenapa kamu malah diam?” sahut Reinhard menahan kesal. “Jangan pernah menyamakan diriku dengan lelaki lain!” Lelaki itu sibuk menggerutu tanpa menyadari ke mana arah pandang Ilona berlabuh sebenarnya. Tanpa memedulikan gerutuan Reinhard, Ilona masih fokus menatap ke tempat seseorang yang mirip dengan Merisa berada. Ia sangat yakin kalau perempuan itu memang mantan kekasih Reinhard yang membuatnya keguguran itu. Masalahnya, tidak mungkin wanita itu bisa berkeliaran dengan bebas. Apalagi hanya selang beberapa bulan setelah penangkapannya. Karena terlalu fokus dengan pikirannya sendiri, Ilona sampai tidak menyadari jika ada petugas swalayan yang melintas. Nyaris saja mereka bertabrakan jika Reinhard tidak menarik tubuh Ilona ke pinggir. Saat itu juga lamunan Ilona langsung buyar dan wanita itu terkesiap. Ketika Ilona kembali menoleh ke tempat sebelumnya, sosok Merisa sudah tidak berada di sana. Entah ke mana wanita itu pergi, jejaknya