Satu garis merah lagi yang semula hanya samar-samar semakin terlihat jelas. Ilona tidak bisa menyangkal kenyataan yang terpampang jelas di depan matanya. Sebelah tangannya bertopang pada tembok toilet karena tubuhnya mendadak lemas. Ia benar-benar hamil dan buktinya sudah berada di tangannya sekarang.
Setetes cairan bening meluncur dari sudut mata Ilona. Manik matanya masih menatap tak percaya ke arah benda pipih yang menunjukkan dua garis merah itu. Entah bagaimana ia harus bersikap sekarang. Namun, lagi-lagi untuk menyambut kehamilannya dengan suka cita sangat tidak mungkin.“Apa salahku? Kenapa takdir begitu kejam padaku?” gumam Ilona frustasi.Setelah proses perceraiannya dengan Reinhard terlaksana, kenapa ia malah dihadapkan dengan kenyataan seperti ini? Apa yang harus dirinya lakukan sekarang?Seharusnya Ilona sudah keluar dari toilet dan memberikan hasil tesnya pada dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Namun, rasanya ia ingiTawa Romeo dan Ilona langsung lenyap mendengar suara itu. Keduanya serempak menoleh ke sumber suara dan menemukan Adrian yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berada dengan tatapan penuh tanya. Adrian yang masih mengenakan seragam kerjanya menghampiri Ilona dan Romeo. Menatap keduanya secara berganti sebelum kembali melayangkan pertanyaan. “Apa maksud pembicaraan kalian barusan? Apa kamu hamil, Ilona? Dan lelaki ini yang menghamilimu?” tuduh lelaki itu sembari menunjuk wajah Romeo. Romeo menepis telunjuk Adrian yang menunjuk wajahnya. “Bisakah kamu sedikit sopan? Lagi pula siapa yang mengundangmu ke sini? Kami sedang tidak menerima tamu. Ilona juga sudah lelah dan harus beristirahat. Lebih baik kamu pergi kalau hanya ingin mengajaknya berdebat,” balasnya sinis. Ilona sendiri memilih tidak berkomentar. Namun, ekspresi tak suka sangat ketara di wajahnya melihat kedatangan Adrian. Entah dari mana kakak tirinya ini menyimpulkan jika dirinya berada di sin
“Apa yang kamu lakukan di sini? Ke mana Reinhard?” Adrian mencekal lengan Ilona, menahan pergerakan wanita itu. Melihat kakaknya berada di sini membuat Ilona spontan hendak beranjak pergi dan berpura-pura tidak melihat keberadaan sang kakak. Padahal, seharusnya ia tak perlu melakukannya agar Adrian tidak curiga. Apalagi kakaknya mudah curiga, seharusnya ia tidak macam-macam. “Aku sedang makan bersama Vania,” jawab Ilona yang belum berminat membeberkan perpisahannya dengan Reinhard. Ilona memang sudah yakin jika Reinhard telah benar-benar melepasnya dan tak akan mengganggunya lagi. Namun, perpisahan ini akan membuktikan jika hubungannya dengan lelaki itu tidak harmonis. Ilona tak ingin kakaknya tahu tentang itu. Apalagi ia dan Reinhard belum resmi bercerai. Ilona sengaja tak ingin memberitahu keluarganya tentang perceraiannya sebelum ada keputusan resmi dari pengadilan. Itu juga yang membuatnya lebih memilih tinggal di tempat Vania untuk sement
Aroma parfum dan dekapan hangat yang familiar itu membuat Ilona terlena selama beberapa saat. Wanita itu tidak mendengar apa yang dikatakan lelaki di hadapannya. Ilona terpaku dengan tatapan yang tak lepas dari manik mata tajam mantan suaminya itu. Reinhard Rodriguez. Seharusnya Ilona langsung menyingkir dan melarikan diri sejauh mungkin ketika bertemu dengan lelaki yang memorak-porandakan hidupnya itu. Lelaki yang dalam beberapa hari terakhir ia hindari karena takut kembali menyeretnya sebagai tawanan. Namun, ia masih bergeming di tempat yang sama, seolah-olah tidak bisa bergerak ke mana pun. Sama halnya dengan Ilona yang masih terpaku, Reinhard juga terdiam dengan posisi merengkuh pinggang wanita itu. Menelisik wajah calon mantan istrinya yang terlihat sangat pucat dan kuyu. Bahkan, ia bisa merasakan kalau bobot tubuh wanita dalam rengkuhannya ini berkurang beberapa kilogram. “Kamu pucat sekali. Apa mantan kekasihmu itu tidak mampu memberi makanan yan
Ekspresi Ilona berubah masam saat menyadari kalau Reinhard tidak seorang diri di sana. Seulas senyum miris terbit di wajah Ilona melihat Merisa yang sedang memilih sesuatu di samping Reinhard. Dari yang terlihat di depan matanya, wanita itu dapat menyimpulkan jika Reinhard dan Merisa sudah kembali bersama. Khawatir Reinhard atau Merisa melihat keberadaannya, buru-buru Ilona bersembunyi di balik sebuah pilar yang ada di dekatnya. Namun, wanita itu masih penasaran melihat dua sejoli yang asyik berbelanja itu dengan senyum miris. Padahal seharusnya ia langsung pergi dan tidak perlu memedulikan mereka. Air muka Reinhard terlihat seperti menahan marah dan tidak mau menanggapi kata-kata yang Merisa lontarkan. Tetapi, bisa dipastikan jika dua orang itu sudah kembali menjalin hubungan. Kalau tidak, mana mungkin Reinhard bersedia menemani wanita itu berbelanja seperti ini. Tempo hari saja, lelaki itu terus menggerutu saat mengantarnya berbelanja. Yang membuat Il
Ilona mulai panik saat menyadari jika Romeo tidak mengendarai mobil tersebut ke arah yang seharusnya mereka tuju. Bukannya kembali ke apartemen milik Vania, mobil ini malah melaju menuju jalan yang familiar. Jalan menuju rumah Reinhard. Rumah yang baru dirinya tinggalkan kemarin. “Aku tidak mungkin memberitahu Reinhard tentang janin ini. Kamu tahu sendiri bagaimana tabiat lelaki itu. Kalau dia tahu aku mengandung anaknya, dia tidak akan melepaskan aku. Tolonglah mengerti posisiku sekarang, aku tidak mungkin kembali padanya lagi. Aku bisa mengurus anak ini sendiri,” tolak Ilona tanpa basa-basi. Ilona sudah sangat bersyukur karena Reinhard tidak menghalanginya sama sekali. Ia baru bisa bernapas lega sebentar. Ilona tidak mau menyiksa batinnya lagi dengan kembali ke rumah mewah itu. Ditambah lagi kemungkinan Merisa yang akan pindah ke sana. Ia tidak bisa satu rumah dengan wanita itu. Ilona ingin menjaga janin dalam kandungannya ini baik-baik. Sudah pasti t
Satu garis merah lagi yang semula hanya samar-samar semakin terlihat jelas. Ilona tidak bisa menyangkal kenyataan yang terpampang jelas di depan matanya. Sebelah tangannya bertopang pada tembok toilet karena tubuhnya mendadak lemas. Ia benar-benar hamil dan buktinya sudah berada di tangannya sekarang. Setetes cairan bening meluncur dari sudut mata Ilona. Manik matanya masih menatap tak percaya ke arah benda pipih yang menunjukkan dua garis merah itu. Entah bagaimana ia harus bersikap sekarang. Namun, lagi-lagi untuk menyambut kehamilannya dengan suka cita sangat tidak mungkin. “Apa salahku? Kenapa takdir begitu kejam padaku?” gumam Ilona frustasi. Setelah proses perceraiannya dengan Reinhard terlaksana, kenapa ia malah dihadapkan dengan kenyataan seperti ini? Apa yang harus dirinya lakukan sekarang?Seharusnya Ilona sudah keluar dari toilet dan memberikan hasil tesnya pada dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Namun, rasanya ia ingi