1 konflik lagi baru end ya geng
Dua jam kemudian Arsen duduk menyilangkan kaki di restoran hotel tempatnya menginap. Di depannya Wira yang baru saja datang tampak diam. Ternyata ancaman Arsen berhasil. “Tidak aku sangka, ternyata kamu punya mantan atasan yang sangat kejam,” sinis Arsen membuka pembicaraan. Wira hanya diam. Ternyata mendapatkan harta Arman tak semudah yang dia sangka. Arsen baru saja mengancamnya. Dia akan menuntut Wira dengan penggelapan jika sampai tak mengabulkan wasiat Arman yang ingin memberikan seluruh hartanya ke yayasan. “Apa yang Anda inginkan?” tanya Wira. “Aku ingin tahu sejauh apa kamu terlibat dalam rencana pembunuhan istri dan anakku,” balas Arsen. “Aku punya bukti aliran dana ke rekening Juna, apa kamu pikir semua itu tidak bisa ditelusuri?” Arsen tersenyum miring. “Lebih baik kamu jujur,” imbuh Arsen. “Saya sama sekali tidak tahu arah pembicaraan ini,” kata Wira. “ Sa … “ “Jika kamu membantu Juna bukankah artinya kamu kaki tangan pembunuh?” potong Arsen cepat. “Jangan ber
Di sela kesibukannya merawat Audrey. Lily masih sempat menanyakan soal pekerjaan ke Dini.Hingga sore hari, Dini sengaja datang ke rumah Adhitama untuk bertemu dengan Lily.Dini sengaja meminjam baju Lily, meminta izin ikut mandi di sana supaya tubuhnya bersih agar dirinya bisa dekat-dekat dengan Audrey.Lily dan Dini berada di atas ranjang kamar Lily. Mereka berbincang masalah pekerjaan sambil sesekali mengajak Audrey bercanda.“Dia benar-benar cantik, bisakah aku punya bayi lucu seperti ini?” tanya Dini.Dia menyematkan jari telunjuknya agar Audrey menggenggamnya, dan setelah bayi itu melakukan apa yang dia inginkan, Dini pun tersenyum senang.Lily tersenyum melihat tingkah Dini.“Bisa kenapa tidak?” balas Lily.“Aku jarang berpacaran, sekalinya punya pacar malah seperti Juna yang jahatnya melebihi setan,” ucap Dini. Bola matanya melebar saat menyadari dirinya sudah lepas berbicara.“Pura-pura saja kamu tidak mendengar ucapan onty, oke!” ucap Dini ke Audrey.Lily tertawa mendengar u
Meski tidak bisa berdiri dan berjalan, Lily tetap menyiapkan keperluan Arsen selama di Jogja dibantu oleh pelayan rumah Risha. Sesekali Lily menoleh ke Arsen yang sedang menggendong Audrey. Suaminya itu sudah rapi mengenakan kemeja berwarna putih. “Berikan ini ke Tuan Arsen,” kata Lily ke pelayan. Dia mengulurkan bedong milik Audrey semalam sebelum dicuci. “Aku takut dia muntah dan malah mengotori bajumu,” ucap Lily saat melihat Arsen menolak kain yang pelayan ulurkan. “Tidurkan saja dia boksnya, aku yakin Thomas sudah menunggumu sejak tadi di luar.” Lily memutar roda kursinya menghadap ke Arsen. “Kopermu sudah siap,”imbuhnya. Arsen berjalan ke arah baby box Audrey, dia mencium pipi dan kening lalu menidurkan putri kecilnya itu. “Apa Audrey saja yang dapat ciuman?” tanya Lily dengan nada manja. Arsen menoleh dan tersenyum, dia mendekat ke Lily lalu memberikan kecupan di puncak kepala wanita itu sebelum beralih ke pipi dan bibir Lily. “Mau aku bawakan apa?” tanya Arsen.
Adhitama terkejut. Tak menyangka Arsen akan jujur padanya.“Tapi aku minta papa merahasiakan ini dulu,” kata Arsen. “Aku tidak ingin Lily cemas, karena aku sudah pamit besok akan pergi ke Jogja,” imbuhnya.Adhitama hanya diam mendengarkan Arsen.“Aku beralasan ada urusan bisnis ke Lily, tapi sebenarnya aku ingin menemui pria itu.” Arsen menatap penuh harap Adhitama agar mau memenuhi keinginannya.“Lily pasti akan marah kalau tahu,” ucap Adhitama. “Bagaimanapun Ars, dalam pernikahan tidak boleh ada rahasia. Papa pernah melakukannya dan berakibat buruk akhirnya.”Arsen diam. Egonya masih menolak keras nasihat Adhitama.“Lily sedang masa pemulihan, dia masih rentan. Aku takut memengaruhi suasana hatinya dan berakibat buruk, apalagi dia sedang menyusui Audrey.” Arsen memberi alasan atas keputusannya. “Setelah pulang, aku akan memberitahu Lily yang sebenarnya, jadi Papa tidak perlu cemas.”Adhitama tampak menghela napas lalu menganggukkan kepala.“Terima kasih, Pa.”“Tidak perlu berterima
Mendengar hal itu, Lily tampak murung. Arsen sedikit membungkuk pada Lily, lalu mengusap lembut rambut istrinya itu. “Lebih baik kamu tinggal di rumah Papa dulu untuk beberapa hari ini daripada pulang ke mansion sedangkan aku tidak berada di sana,” kata Arsen. Lily mengangguk-angguk kecil. Dia memejamkan matanya sejenak saat Arsen tiba-tiba mendaratkan ciuman ke keningnya. “Kamu pergi ke Jogja benar untuk urusan perusahaan ‘kan? Bukan untuk mencari tahu hal-hal yang berhubungan dengan Juna,” tanya Lily menyelidik. Arsen mengusap pipi Lily, dia melihat jelas kecemasan di wajah istrinya itu. “Aku memang ke sana untuk urusan bisnis,” balas Arsen. “Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada Thomas,” imbuhnya. Lily mencebikkan bibir. “Bertanya pada Thomas? Dia jelas-jelas pasti akan melakukan apapun yang kamu perintahkan, jika kamu memintanya berbohong dia pasti akan berbohong,” cerocos Lily. Arsen malah tertawa, hingga dia mencium gemas bibir Lily. “Aku sangat merin
Setelah Arsen berangkat bekerja. Adhitama dan Risha duduk di ruang keluarga. Mereka duduk tanpa suara, sampai Adhitama menoleh pada Risha. Dia melihat ketakutan dalam tatapan sang istri yang membuatnya memutuskan untuk berangkat lebih siang. Risha mengembuskan napas berat. Kedua tangannya mengusap kasar wajah. “Aku benar-benar tidak habis pikir, kenapa bisa seperti ini?” kata Risha dengan tatapan sendu. “Aku juga bersalah. Kejadian Sevia sudah sangat lama, kenapa harus Lily yang terus menerus menjadi sasarannya?” Tak kuat menahan ketakutan dan kecemasan akan keselamatan sang putri, air mata luruh begitu saja dari kelopak mata Risha. Adhitama langsung merengkuh tubuh Risha, lalu mengusap punggung Risha dengan lembut. “Aku akan menjaga kalian dengan baik. Maaf kalau aku belum bisa menjadi suami dan ayah yang baik untukmu dan Lily,” ucap Adhitama. Dari jauh, Lily melihat kedua orang tuanya yang bersedih. Hal ini membuat hati Lily tercabik-cabik, dan tanpa sadar air mata menetes d