Share

Bab 1

Penulis: Indi Giadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-03 22:31:08

Reyhan berjalan memasuki ruang kantornya dengan malas. Semangatnya hari ini untuk rapat tiba-tiba hilang. Ucapan papanya yang menyuruhnya untuk segera menikah begitu mengganggu pikirannya. Ia masih berpikir keras bagaimana caranya dia bisa menikah dalam waktu dekat.

Tok tok tok

Terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang, "Masuk!" Ucap Reyhan menjawab ketukan pintu tersebut.

"Rey, ini berkas yang harus lo sampaikan nanti dalam rapat," ucap Gilang dengan menaruh setumpuk dokumen di hadapan Reyhan. Reyhan masih melamun, bahkan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh Gilang.

"Woy, mikir apaan sih? Sampai gue dicuekin!" Protes Gilang karena tak kunjung mendapatkan jawaban Reyhan. Jangankan menjawab, melihat berkas yang disodorkan saja tidak.

"Menurut lo, dimana tempat yang bisa dikunjungi untuk mencari istri?" Tanya Reyhan.

Mendengar pertanyaan aneh Reyhan, Gilang langsung tertawa terbahak-bahak. "Kesambet apaan lo tiba-tiba mikir nyari istri?" Tanya Gilang.

"Bokap gue nyuruh gue segera menikah dalam waktu dekat. Atau kalau gak, gue bakal gagal mendapatkan posisi CEO," jelas Reyhan singkat.

"Hah? Lo serius?" Tanya Gilang tak percaya. Gilang masih tak mengerti apa hubungannya menikah dengan menjadi CEO.

"Sebenernya gue juga masih belum ingin menikah, bikin ribet hidup gue. Tapi, gue juga ga mau kehilangan kesempatan untuk menjadi CEO," ucap Reyhan dengan mata menerawang.

Reyhan jadi teringat perjuangannya untuk mendapatkan posisi Direktur Utama PT. Adhitama Group. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan posisinya ini, ia harus melewati beberapa tingkatan sebelum dinaikkan jabatannya oleh sang kakek. Dulu waktu awal lulus kuliah ia hanya diberikan jabatan sebagai manajer oleh kakeknya itu. Ia selalu berusaha meningkatkan kualitas dirinya dalam bekerja sampai pada akhirnya ia diberi kenaikan jabatan hingga level Direktur Utama. Saat ini sang kakek sedang mencari kandidat untuk menempati posisi tertinggi dalam perusahaan. Posisi yang paling diperebutkan oleh para petinggi perusahaan dan tentu saja dirinya tidak boleh melewatkan kesempatan itu.

"Betul banget Rey, lo yang harus jadi CEO PT. Adhitama Group! Pokoknya gue dukung lo!" Ucap Gilang membuyarkan lamunan Reyhan. "Kalau lo jadi CEO otomatis jabatan gue kan juga naik jadi asisten CEO," tambah Gilang sambil cengar-cengir.

Reyhan mengernyitkan dahi, dasar Gilang bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu. Tapi memang yang diucapkan Gilang benar juga. Dirinya memang selalu memilih Gilang sebagai asistennya. Jika dirinya berhasil terpilih menjadi CEO otomatis Gilang juga akan menjadi asisten CEO.

"Maka dari itu lo harus bantu gue cari istri!" Perintah Reyhan pada Gilang.

"Siap bos!" Jawab Gilang sambil menunjukkan tanda hormat pada tangannya.

Reyhan mulai mengambil berkas yang disodorkan Gilang, ia harus mempelajari berkas itu, biar bagaimanapun rapat ini penting untuk kemajuan perusahaannya.

“Rey, gue ada ide!” ucap Gilang mengagetkan Reyhan yang sedang serius membaca berkas.

“Apa sih Lang, lo ngagetin aja! Gue lagi serius baca juga!” jawab Reyhan marah.

“Woy santai bro! Gue cuma mau menyampaikan ide gue, cara cepat mencari istri,” ucap Gilang sambil menaik turunkan alisnya.

Reyhan langsung menatap Gilang, sepertinya menarik. “Gimana caranya?” tanya Reyhan penasaran.

“Cari saja istri bayaran! Pasti banyak yang mau, lo untung dia juga untung. Gue yakin besok juga lo sudah dapat calon istri!” ucap Gilang bangga dengan ide briliannya.

Plakk!

Reyhan langsung memukul pelan kepala Gilang dengan berkas yang sudah digulungnya. “Gila lo! Mana bisa begitu?” ucap Reyhan tak percaya dengan ide konyol Gilang.

“Aduh, lo yang gila main pukul aja!” seru Gilang sambil mengelus rambutnya. “Itu cara terbaik untuk mendapatkan istri dengan cepat,” tambah Gilang lagi. “Dahlah mending gue pergi aja daripada gue babak belur disini,” gerutu Gilang lalu pergi meninggalkan ruangan Reyhan.

Reyhan semakin pusing setelah mendengar ide dari Gilang. “Istri bayaran? Apalagi itu? Dimana ia harus mencari istri bayaran? Apa tidak semakin ribet nantinya?” Batin Reyhan sambil melihat punggung Gilang yang semakin lama hilang dari pandangannya.

*****

“Donat donat… kue kue…. Ayoo ibu-ibu bapak-bapak yang belum sarapan silahkan donatnya empuk!” Teriak seorang gadis cantik dengan semangat menawarkan dagangannya.

“Neng, ibu mau deh dua!” ucap seorang wanita paruh baya.

Gadis cantik itu segera menoleh kepada pembeli pertamanya, dengan mata berbinar ia segera bersiap mengambilkan kue yang ibu itu mau. “Mau yang mana bu?” Tanya gadis itu.

“Donat yang coklat sama putih ini aja neng,” jawab sang ibu paruh baya.

Gadis itu segera mengambilkan kue yang dipilih oleh pelanggan pertamanya, lalu menyerahkan dengan riang kepada sang ibu paruh baya. “Ini bu,” ucap gadis itu.

“Wah cantik-cantik ya kuenya, sama seperti yang jual,” goda ibu paruh baya itu setelah menerima kue dari sang gadis.

“Aduh ibu bisa aja, masak saya disamakan sama donat bu. Penuh meses dong saya,” jawab gadis itu dengan bercanda.

“Hahaha, berapa ini neng?” Tanya ibu itu lagi.

“Lima ribu saja bu,” jawab sang gadis.

Ibu paruh baya tersebut memberikan selembar uang lima ribuan, lalu pergi meninggalkan sang gadis setelah gadis itu mengucapkan terimakasih.

“Alhamdulillah akhirnya dapat pelaris,” gumam gadis itu lirih sambil tersenyum lalu memasukkan selembar uang tersebut ke dalam tasnya.

Gadis itu bernama Nadhira Rianti, seorang gadis cantik yang harus membantu kedua orang tuanya mencari nafkah. Ia terpaksa mengubur mimpinya untuk melanjutkan sekolah dan memilih untuk berdagang donat dan kue keliling.

“Hey gadis cantik, ayo bayar uang keamanan!” Ucap seorang pemuda berwajah seram dengan menengadahkan tangannya kepada Nadhira.

Ucapan pemuda itu menghilangkan senyum yang baru saja terbit di bibir Nadhira. Ia melirik pemuda tersebut, rupanya pemuda itu tidak sendiri namun bersama seorang lagi di belakangnya. Ternyata mereka adalah preman pasar yang suka memalak para pedagang.

“Uang keamanan apaan?” Tanya Nadhira tak takut pada kedua preman tersebut.

“Ayolah jangan pura-pura tidak tahu gadis manis, kalau kau tidak mau memberi kami uang, maka dagangan kau tidak akan aman!” Ancam pemuda yang sedari tadi berdiri di belakang.

“Cuih, enak saja kalian minta uang! Gue dari tadi pagi jualan baru juga laku satu, udah kalian minta aja,” tolak Nadhira keras.

“Lho lho itu kan urusan kau sayang, yang penting aku mau uang! Cepat berikan kepada kami, atau ku obrak-abrik donat kau yang lucu-lucu itu!” Bentak preman itu, kali ini mereka sudah semakin mendekatkan diri kepada Nadhira.

Nadhira bingung, tentu saja ia tidak mau memberikan uangnya kepada kedua preman itu. Tapi, ia juga tidak memiliki kekuatan untuk melawan dua orang laki-laki. Sebentar lagi preman itu pasti akan merusak dagangannya seperti yang mereka katakan. Untuk itu satu-satunya cara adalah kabur.

Salah satu preman itu sudah mulai mencolek pipi Nadhira, satunya lagi sudah menjulurkan tangan untuk membuka box dagangan Nadhira, jarak mereka sudah semakin dekat. Tidak bisa dibiarkan lagi, Nadhira harus secepatnya bertindak.

Brukk

“Aw aw aw sakit!” teriak salah seorang preman yang tadi mencolek pipi Nadhira.

Dengan berbekal ilmu bela diri yang dulu diajarkan oleh ayahnya, Nadhira menendang alat vital salah satu preman dengan sangat keras, membuat preman itu meringis kesakitan. Preman satunya reflek menolong temannya yang sedang kesakitan, inilah saatnya bagi Nadhira untuk kabur.

Nadhira segera menaiki motor bututnya dan menarik gas dengan kencang. Berharap ia bisa kabur dari kedua preman tersebut. Sesekali Nadhira melihat ke spion dan ternyata preman itu mengejar dirinya. Nadhira berusaha menarik gas motornya lebih kencang agar tidak terkejar oleh preman itu, namun kondisi motornya yang sudah tua, ditambah lagi ia membawa box dagangan yang lumayan besar, membuatnya tidak bisa melaju kencang.

Tiba-tiba Nadhira merasa motornya melaju melambat, jalannya mulai tersendat-sendat. Ia baru sadar bahwa bensin motornya habis. Tadi Nadhira tidak punya cukup uang untuk membeli bensin, ia berencana membeli bensin sepulang berdagang karena sudah mendapatkan uang.

“Aduh, gawat!” Gumam Nadhira lirih. Sebentar lagi ia pasti akan tertangkap oleh kedua preman itu.

“Hahaha akhirnya berhenti juga kau, kenapa? Mogok ya motornya?” Tanya salah satu preman dengan tertawa setelah mendapati motor Nadhira berhenti.

“Berani-beraninya kau menendang senjataku ini! Belum pernah dihajar kau?” Ucap preman yang satunya.

Wajah Nadhira sudah mulai pucat. Sepertinya ia harus mengikhlaskan uangnya, atau mungkin dagangannya, atau mungkin dirinya akan babak belur karena ulah kedua preman tersebut.

“Kalian mau apa sih? Gue ga punya uang, tadi baru dapat lima ribu doang!” Ucap Nadhira lantang, berusaha terlihat tidak takut kepada kedua preman tersebut.

“Aku sudah ga kepingin uang kau, sekarang aku mau kau saja, kau sudah membuat senjataku sakit, dan kau harus bertanggung jawab!” Ucap preman yang tadi ditendang Nadhira. Ia kembali mendekatkan diri kepada Nadhira, sedangkan preman yang satunya sudah mulai membuka box donat Nadhira dan memakan salah satu donatnya.

Nadhira sudah merasa sangat tersudut kali ini. Ia tidak mungkin bisa kabur lagi, motornya sudah tidak bisa diajak kerjasama, jika berlari pasti ia akan kembali tertangkap. Nadhira hanya bisa memejamkan mata, berharap ada keajaiban.

Brukk brukk brukk

Tiba-tiba Nadhira mendengar suara pukulan disertai teriakan dan erangan. Secepatnya ia membuka matanya, ternyata kedua preman itu sudah jatuh tersungkur. Digantikan oleh seorang lelaki tampan yang berdiri di depannya.

“Lo beraninya cuma sama perempuan aja? Ayo lawan gue kalau berani!” Ucap pria tampan itu menantang kedua preman itu.

“Ampun bang ampun, ayo kita pergi saja!” Ucap preman itu lalu pergi meninggalkan Nadhira bersama pria tampan itu.

Nadhira masih melongo menyaksikan apa yang terjadi di hadapannya. Ia masih tidak percaya ternyata pertolongan Tuhan itu nyata.

“Lo gak papa?” Tanya pria itu yang membuyarkan lamunan Nadhira.

“Eh, ee gak papa kok, eemm makasih ya udah nolongin gue,” ucap Nadhira dengan senyum yang tulus.

“Lain kali hati-hati, banyak orang jahat di kota ini,’’ ucap pria itu lagi.

Tiba-tiba ponsel Nadhira berdering, Nadhira segera mengambil ponsel di dalam tasnya dan menjawab panggilan tersebut.

“Apa? Ayah sesak nafas lagi?” Teriak Nadhira setelah mendengarkan penjelasan lawan bicaranya di telepon.

“Operasi ring jantung? Berapa biayanya? Apa tidak ada pilihan lain?” Tanya Nadhira bertubi-tubi.

Pria tampan itu menyaksikan Nadhira ketika menjawab teleponnya. Terlihat sekali ekspresi khawatir di wajah gadis itu. Tak lama kemudian ekspresi khawatir itu berubah menjadi ekspresi putus asa. Pria itu yakin, gadis itu sedang ada dalam masalah berat.

Nadhira duduk di trotoar yang ada di belakangnya. Ia merasa tiba-tiba badannya lemas setelah menerima telepon tadi. Ia menerima kabar bahwa ayahnya dirawat di rumah sakit dan harus segera menjalani operasi pemasangan ring jantung. Ayahnya memang sudah sering masuk rumah sakit karena sakit jantung, tapi kali ini ayahnya harus dioperasi. Beli obat saja ia kesulitan apalagi untuk biaya operasi.

“Gue bisa bantu lo, kalau lo mau!” Ucap pria tampan tadi seolah pria itu bisa membaca pikiran Nadhira, rupanya pria itu belum beranjak pergi dari hadapan Nadhira.

“Bantu? M-mmaksudnya?” Tanya Nadhira terbata-bata. Ia masih bingung sebenarnya pria ini manusia atau malaikat, karena sejak tadi pria ini selalu membantunya.

“Gue bisa bantu lo, asalkan lo mau nikah sama gue!” Jawab pria itu.

“Apa? Nikah?” Jawab Nadhira tak percaya. Bagaimana bisa ada orang yang tiba-tiba meminta untuk menikah dengannya?

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 5

    Nadhira membuka matanya perlahan, rasa lelah membuat dirinya cepat sekali tertidur. Nadhira segera duduk dan meregangkan badannya, ia melihat sekeliling dan terlonjak kaget ketika menyadari dirinya ada di atas kasur. Nadhira mencoba mengingat yang terjadi namun tetap tidak ingat. Bukankah dirinya tadi tidur di karpet bawah kasur karena Reyhan telah menguasai kasur? Reyhan, kemana pria itu? Apa jangan-jangan pria itu telah berbuat tak senonoh padanya lalu meninggalkannya begitu saja? pikiran negatif sudah memenuhi otak Nadhira. Nadhira segera memperhatikan seluruh tubuhnya, namun tidak ada yang mencurigakan. Dirinya tetap mengenakan pakaian dengan utuh, tidak ada tanda-tanda sesuatu yang buruk terjadi padanya. Nadhira beranjak dari kasur dan mencoba mencari keberadaan Reyhan, pria yang sudah menjadi suaminya itu dan ternyata sedang menikmati secangkir kopi di balkon kamar mereka. "Apa yang sudah lo lakuin ke gue?" tanya Nadhira tanpa basa-basi setelah menemukan Reyhan. "Apa s

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 4

    “Hai Rey, lama tidak bertemu denganmu!” Sapa Aira dengan senyum manis. Reyhan langsung bergidik ngeri melihat senyum Aira, senyum yang menurut Reyhan terasa seperti ingin menerkamnya. “Bagaimana Rudi, apakah sudah siap dengan perjodohan anak-anak kita?” Tanya Hendra dengan antusias. “Ya, kebetulan sekali Reyhan ada di sini sekarang. Rupanya semesta mendukung perjodohan ini,” jawab Rudi sama antusiasnya. “Bagaimana kabarmu Aira? Kamu terlihat sangat cantik malam ini!” Ucap Melani menyapa Aira. “Seperti yang tante lihat, kabar Aira baik bahkan jauh lebih baik ketika Aira tahu akan dijodohkan dengan Reyhan,” ujar Aira masih dengan senyum sumringah. “Kamu memang sangat pantas menjadi istri Reyhan, Aira!” Puji Melani lagi. Reyhan sudah sangat muak mendengar percakapan itu, sepertinya ia harus pergi sekarang sebelum terlambat. “Maaf, Reyhan tidak bisa menerima perjodohan ini. Seperti yang mama dan papa ketahui, Reyhan sudah punya calon istri,” ucap Reyhan dengan lantang. “Apa maks

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 3

    Reyhan berkali-kali melihat jam di pergelangan tangannya, namun seorang yang ditunggu tak kunjung datang. Ia duduk di bangku taman sendirian, melamun sambil sesekali menguap. Ia baru menyadari bahwa menunggu itu membosankan. Baru kali ini ada seseorang yang berani-beraninya membuatnya menunggu. Biasanya dirinyalah yang ditunggu oleh orang lain. Pantas saja Gilang selalu menggerutu jika dirinya datang terlambat dari waktu yang dijanjikan. Tak lama terdengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Ia menoleh ke arah sumber suara dan benar saja, itu adalah suara langkah kaki seorang yang sedang ditunggunya. “Jam 3 lebih 15 menit. Terlambat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan!” Sambar Reyhan ketika orang itu baru saja berdiri di depannya. “Maaf, terlambat!” Jawab Nadhira. Ya, Reyhan meminta Nadhira untuk datang menemuinya di taman sore ini untuk membahas rencana pernikahan mereka. Reyhan melihat Nadhira dari rambut hingga kaki. Rambut kusut, kulit kusam, kaos oblong oversize, celan

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 2

    Reyhan mengemudikan mobilnya dengan kencang, agar segera sampai di tempat tujuannya. Kali ini dia tidak sendiri, namun ada seorang yang duduk di sampingnya yang baru ia ketahui bernama Nadhira. Reyhan tadi pagi sengaja keluar dari kantor setelah rapat untuk mencari udara segar. Pikirannya sangat kacau, ucapan Gilang mengenai istri bayaran memenuhi otaknya. Mungkin ide Gilang ada benarnya juga, namun siapa yang akan ia jadikan istri bayaran ? Reyhan melirik ke arah Nadhira, gadis itu terlihat kusut dan murung. Hidungnya merah terlihat seperti habis menangis, namun gadis itu selalu mengusap matanya ketika air mata itu mulai jatuh, sehingga tidak nampak linangan air mata di pipinya. “Apa sih lihat-lihat?” seru Nadhira ketika mengetahui Reyhan melirik ke arahnya. “Pede amat lo! Siapa juga yang lihat lo? Tuh gue lihat spion di samping lo!” Jawab Reyhan mengelak karena malu ketahuan mencuri pandang ke arah Nadhira. Reyhan tertawa dalam hati, bagaimana bisa gadis galak seperti Nadhira i

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 1

    Reyhan berjalan memasuki ruang kantornya dengan malas. Semangatnya hari ini untuk rapat tiba-tiba hilang. Ucapan papanya yang menyuruhnya untuk segera menikah begitu mengganggu pikirannya. Ia masih berpikir keras bagaimana caranya dia bisa menikah dalam waktu dekat. Tok tok tok Terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang, "Masuk!" Ucap Reyhan menjawab ketukan pintu tersebut. "Rey, ini berkas yang harus lo sampaikan nanti dalam rapat," ucap Gilang dengan menaruh setumpuk dokumen di hadapan Reyhan. Reyhan masih melamun, bahkan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh Gilang. "Woy, mikir apaan sih? Sampai gue dicuekin!" Protes Gilang karena tak kunjung mendapatkan jawaban Reyhan. Jangankan menjawab, melihat berkas yang disodorkan saja tidak. "Menurut lo, dimana tempat yang bisa dikunjungi untuk mencari istri?" Tanya Reyhan. Mendengar pertanyaan aneh Reyhan, Gilang langsung tertawa terbahak-bahak. "Kesambet apaan lo tiba-tiba mikir nyari istri?" Tanya Gilang. "Bokap gue nyuru

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Prolog

    Dentuman musik keras memekakkan telinga. Bau alkohol menyeruak ke seluruh ruangan. Lampu berkelap-kelip, redup dan berwarna-warni menyala bergantian. Orang-orang terlihat berjoget dan menikmati musik di tengah ruangan, termasuk seorang pemuda tampan yang masih mengenakan jas kerjanya. Tubuhnya bergoyang sesuai irama musik sembari tangannya memeluk pinggang seorang wanita, tangan satunya memegang segelas alkohol yang disukainya."Rey, asyik banget lo!" Seru seorang pemuda di sampingnya.Pemuda yang dipanggil Rey tadi hanya menoleh sekilas lalu menyunggingkan senyum miringnya. Ia tau temannya itu pasti usil jika melihatnya bersenang-senang di klub malam seperti ini. "Yoi bro, asyikin ajalah mumpung masih muda," sahut Reyhan tanpa melihat temannya itu.Ya, dia adalah Reyhan Adhitama. Seorang Direktur Utama PT. Adhitama Group. Perusahaan besar yang terkenal sukses di kalangan pengusaha. Perusahaan keluarga turun temurun yang diwariskan dari kakeknya Adhitama Bagaskara."Tuh baju ganti dul

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status