Reyhan berjalan memasuki ruang kantornya dengan malas. Semangatnya hari ini untuk rapat tiba-tiba hilang. Ucapan papanya yang menyuruhnya untuk segera menikah begitu mengganggu pikirannya. Ia masih berpikir keras bagaimana caranya dia bisa menikah dalam waktu dekat.
Tok tok tok Terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang, "Masuk!" Ucap Reyhan menjawab ketukan pintu tersebut. "Rey, ini berkas yang harus lo sampaikan nanti dalam rapat," ucap Gilang dengan menaruh setumpuk dokumen di hadapan Reyhan. Reyhan masih melamun, bahkan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh Gilang. "Woy, mikir apaan sih? Sampai gue dicuekin!" Protes Gilang karena tak kunjung mendapatkan jawaban Reyhan. Jangankan menjawab, melihat berkas yang disodorkan saja tidak. "Menurut lo, dimana tempat yang bisa dikunjungi untuk mencari istri?" Tanya Reyhan. Mendengar pertanyaan aneh Reyhan, Gilang langsung tertawa terbahak-bahak. "Kesambet apaan lo tiba-tiba mikir nyari istri?" Tanya Gilang. "Bokap gue nyuruh gue segera menikah dalam waktu dekat. Atau kalau gak, gue bakal gagal mendapatkan posisi CEO," jelas Reyhan singkat. "Hah? Lo serius?" Tanya Gilang tak percaya. Gilang masih tak mengerti apa hubungannya menikah dengan menjadi CEO. "Sebenernya gue juga masih belum ingin menikah, bikin ribet hidup gue. Tapi, gue juga ga mau kehilangan kesempatan untuk menjadi CEO," ucap Reyhan dengan mata menerawang. Reyhan jadi teringat perjuangannya untuk mendapatkan posisi Direktur Utama PT. Adhitama Group. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan posisinya ini, ia harus melewati beberapa tingkatan sebelum dinaikkan jabatannya oleh sang kakek. Dulu waktu awal lulus kuliah ia hanya diberikan jabatan sebagai manajer oleh kakeknya itu. Ia selalu berusaha meningkatkan kualitas dirinya dalam bekerja sampai pada akhirnya ia diberi kenaikan jabatan hingga level Direktur Utama. Saat ini sang kakek sedang mencari kandidat untuk menempati posisi tertinggi dalam perusahaan. Posisi yang paling diperebutkan oleh para petinggi perusahaan dan tentu saja dirinya tidak boleh melewatkan kesempatan itu. "Betul banget Rey, lo yang harus jadi CEO PT. Adhitama Group! Pokoknya gue dukung lo!" Ucap Gilang membuyarkan lamunan Reyhan. "Kalau lo jadi CEO otomatis jabatan gue kan juga naik jadi asisten CEO," tambah Gilang sambil cengar-cengir. Reyhan mengernyitkan dahi, dasar Gilang bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu. Tapi memang yang diucapkan Gilang benar juga. Dirinya memang selalu memilih Gilang sebagai asistennya. Jika dirinya berhasil terpilih menjadi CEO otomatis Gilang juga akan menjadi asisten CEO. "Maka dari itu lo harus bantu gue cari istri!" Perintah Reyhan pada Gilang. "Siap bos!" Jawab Gilang sambil menunjukkan tanda hormat pada tangannya. Reyhan mulai mengambil berkas yang disodorkan Gilang, ia harus mempelajari berkas itu, biar bagaimanapun rapat ini penting untuk kemajuan perusahaannya. “Rey, gue ada ide!” ucap Gilang mengagetkan Reyhan yang sedang serius membaca berkas. “Apa sih Lang, lo ngagetin aja! Gue lagi serius baca juga!” jawab Reyhan marah. “Woy santai bro! Gue cuma mau menyampaikan ide gue, cara cepat mencari istri,” ucap Gilang sambil menaik turunkan alisnya. Reyhan langsung menatap Gilang, sepertinya menarik. “Gimana caranya?” tanya Reyhan penasaran. “Cari saja istri bayaran! Pasti banyak yang mau, lo untung dia juga untung. Gue yakin besok juga lo sudah dapat calon istri!” ucap Gilang bangga dengan ide briliannya. Plakk! Reyhan langsung memukul pelan kepala Gilang dengan berkas yang sudah digulungnya. “Gila lo! Mana bisa begitu?” ucap Reyhan tak percaya dengan ide konyol Gilang. “Aduh, lo yang gila main pukul aja!” seru Gilang sambil mengelus rambutnya. “Itu cara terbaik untuk mendapatkan istri dengan cepat,” tambah Gilang lagi. “Dahlah mending gue pergi aja daripada gue babak belur disini,” gerutu Gilang lalu pergi meninggalkan ruangan Reyhan. Reyhan semakin pusing setelah mendengar ide dari Gilang. “Istri bayaran? Apalagi itu? Dimana ia harus mencari istri bayaran? Apa tidak semakin ribet nantinya?” Batin Reyhan sambil melihat punggung Gilang yang semakin lama hilang dari pandangannya. ***** “Donat donat… kue kue…. Ayoo ibu-ibu bapak-bapak yang belum sarapan silahkan donatnya empuk!” Teriak seorang gadis cantik dengan semangat menawarkan dagangannya. “Neng, ibu mau deh dua!” ucap seorang wanita paruh baya. Gadis cantik itu segera menoleh kepada pembeli pertamanya, dengan mata berbinar ia segera bersiap mengambilkan kue yang ibu itu mau. “Mau yang mana bu?” Tanya gadis itu. “Donat yang coklat sama putih ini aja neng,” jawab sang ibu paruh baya. Gadis itu segera mengambilkan kue yang dipilih oleh pelanggan pertamanya, lalu menyerahkan dengan riang kepada sang ibu paruh baya. “Ini bu,” ucap gadis itu. “Wah cantik-cantik ya kuenya, sama seperti yang jual,” goda ibu paruh baya itu setelah menerima kue dari sang gadis. “Aduh ibu bisa aja, masak saya disamakan sama donat bu. Penuh meses dong saya,” jawab gadis itu dengan bercanda. “Hahaha, berapa ini neng?” Tanya ibu itu lagi. “Lima ribu saja bu,” jawab sang gadis. Ibu paruh baya tersebut memberikan selembar uang lima ribuan, lalu pergi meninggalkan sang gadis setelah gadis itu mengucapkan terimakasih. “Alhamdulillah akhirnya dapat pelaris,” gumam gadis itu lirih sambil tersenyum lalu memasukkan selembar uang tersebut ke dalam tasnya. Gadis itu bernama Nadhira Rianti, seorang gadis cantik yang harus membantu kedua orang tuanya mencari nafkah. Ia terpaksa mengubur mimpinya untuk melanjutkan sekolah dan memilih untuk berdagang donat dan kue keliling. “Hey gadis cantik, ayo bayar uang keamanan!” Ucap seorang pemuda berwajah seram dengan menengadahkan tangannya kepada Nadhira. Ucapan pemuda itu menghilangkan senyum yang baru saja terbit di bibir Nadhira. Ia melirik pemuda tersebut, rupanya pemuda itu tidak sendiri namun bersama seorang lagi di belakangnya. Ternyata mereka adalah preman pasar yang suka memalak para pedagang. “Uang keamanan apaan?” Tanya Nadhira tak takut pada kedua preman tersebut. “Ayolah jangan pura-pura tidak tahu gadis manis, kalau kau tidak mau memberi kami uang, maka dagangan kau tidak akan aman!” Ancam pemuda yang sedari tadi berdiri di belakang. “Cuih, enak saja kalian minta uang! Gue dari tadi pagi jualan baru juga laku satu, udah kalian minta aja,” tolak Nadhira keras. “Lho lho itu kan urusan kau sayang, yang penting aku mau uang! Cepat berikan kepada kami, atau ku obrak-abrik donat kau yang lucu-lucu itu!” Bentak preman itu, kali ini mereka sudah semakin mendekatkan diri kepada Nadhira. Nadhira bingung, tentu saja ia tidak mau memberikan uangnya kepada kedua preman itu. Tapi, ia juga tidak memiliki kekuatan untuk melawan dua orang laki-laki. Sebentar lagi preman itu pasti akan merusak dagangannya seperti yang mereka katakan. Untuk itu satu-satunya cara adalah kabur. Salah satu preman itu sudah mulai mencolek pipi Nadhira, satunya lagi sudah menjulurkan tangan untuk membuka box dagangan Nadhira, jarak mereka sudah semakin dekat. Tidak bisa dibiarkan lagi, Nadhira harus secepatnya bertindak. Brukk “Aw aw aw sakit!” teriak salah seorang preman yang tadi mencolek pipi Nadhira. Dengan berbekal ilmu bela diri yang dulu diajarkan oleh ayahnya, Nadhira menendang alat vital salah satu preman dengan sangat keras, membuat preman itu meringis kesakitan. Preman satunya reflek menolong temannya yang sedang kesakitan, inilah saatnya bagi Nadhira untuk kabur. Nadhira segera menaiki motor bututnya dan menarik gas dengan kencang. Berharap ia bisa kabur dari kedua preman tersebut. Sesekali Nadhira melihat ke spion dan ternyata preman itu mengejar dirinya. Nadhira berusaha menarik gas motornya lebih kencang agar tidak terkejar oleh preman itu, namun kondisi motornya yang sudah tua, ditambah lagi ia membawa box dagangan yang lumayan besar, membuatnya tidak bisa melaju kencang. Tiba-tiba Nadhira merasa motornya melaju melambat, jalannya mulai tersendat-sendat. Ia baru sadar bahwa bensin motornya habis. Tadi Nadhira tidak punya cukup uang untuk membeli bensin, ia berencana membeli bensin sepulang berdagang karena sudah mendapatkan uang. “Aduh, gawat!” Gumam Nadhira lirih. Sebentar lagi ia pasti akan tertangkap oleh kedua preman itu. “Hahaha akhirnya berhenti juga kau, kenapa? Mogok ya motornya?” Tanya salah satu preman dengan tertawa setelah mendapati motor Nadhira berhenti. “Berani-beraninya kau menendang senjataku ini! Belum pernah dihajar kau?” Ucap preman yang satunya. Wajah Nadhira sudah mulai pucat. Sepertinya ia harus mengikhlaskan uangnya, atau mungkin dagangannya, atau mungkin dirinya akan babak belur karena ulah kedua preman tersebut. “Kalian mau apa sih? Gue ga punya uang, tadi baru dapat lima ribu doang!” Ucap Nadhira lantang, berusaha terlihat tidak takut kepada kedua preman tersebut. “Aku sudah ga kepingin uang kau, sekarang aku mau kau saja, kau sudah membuat senjataku sakit, dan kau harus bertanggung jawab!” Ucap preman yang tadi ditendang Nadhira. Ia kembali mendekatkan diri kepada Nadhira, sedangkan preman yang satunya sudah mulai membuka box donat Nadhira dan memakan salah satu donatnya. Nadhira sudah merasa sangat tersudut kali ini. Ia tidak mungkin bisa kabur lagi, motornya sudah tidak bisa diajak kerjasama, jika berlari pasti ia akan kembali tertangkap. Nadhira hanya bisa memejamkan mata, berharap ada keajaiban. Brukk brukk brukk Tiba-tiba Nadhira mendengar suara pukulan disertai teriakan dan erangan. Secepatnya ia membuka matanya, ternyata kedua preman itu sudah jatuh tersungkur. Digantikan oleh seorang lelaki tampan yang berdiri di depannya. “Lo beraninya cuma sama perempuan aja? Ayo lawan gue kalau berani!” Ucap pria tampan itu menantang kedua preman itu. “Ampun bang ampun, ayo kita pergi saja!” Ucap preman itu lalu pergi meninggalkan Nadhira bersama pria tampan itu. Nadhira masih melongo menyaksikan apa yang terjadi di hadapannya. Ia masih tidak percaya ternyata pertolongan Tuhan itu nyata. “Lo gak papa?” Tanya pria itu yang membuyarkan lamunan Nadhira. “Eh, ee gak papa kok, eemm makasih ya udah nolongin gue,” ucap Nadhira dengan senyum yang tulus. “Lain kali hati-hati, banyak orang jahat di kota ini,’’ ucap pria itu lagi. Tiba-tiba ponsel Nadhira berdering, Nadhira segera mengambil ponsel di dalam tasnya dan menjawab panggilan tersebut. “Apa? Ayah sesak nafas lagi?” Teriak Nadhira setelah mendengarkan penjelasan lawan bicaranya di telepon. “Operasi ring jantung? Berapa biayanya? Apa tidak ada pilihan lain?” Tanya Nadhira bertubi-tubi. Pria tampan itu menyaksikan Nadhira ketika menjawab teleponnya. Terlihat sekali ekspresi khawatir di wajah gadis itu. Tak lama kemudian ekspresi khawatir itu berubah menjadi ekspresi putus asa. Pria itu yakin, gadis itu sedang ada dalam masalah berat. Nadhira duduk di trotoar yang ada di belakangnya. Ia merasa tiba-tiba badannya lemas setelah menerima telepon tadi. Ia menerima kabar bahwa ayahnya dirawat di rumah sakit dan harus segera menjalani operasi pemasangan ring jantung. Ayahnya memang sudah sering masuk rumah sakit karena sakit jantung, tapi kali ini ayahnya harus dioperasi. Beli obat saja ia kesulitan apalagi untuk biaya operasi. “Gue bisa bantu lo, kalau lo mau!” Ucap pria tampan tadi seolah pria itu bisa membaca pikiran Nadhira, rupanya pria itu belum beranjak pergi dari hadapan Nadhira. “Bantu? M-mmaksudnya?” Tanya Nadhira terbata-bata. Ia masih bingung sebenarnya pria ini manusia atau malaikat, karena sejak tadi pria ini selalu membantunya. “Gue bisa bantu lo, asalkan lo mau nikah sama gue!” Jawab pria itu. “Apa? Nikah?” Jawab Nadhira tak percaya. Bagaimana bisa ada orang yang tiba-tiba meminta untuk menikah dengannya? *****Reyhan sampai rumah lebih awal, ia kepikiran untuk mencari rumah yang akan ditinggalinya dengan Nadhira, siang ini ia berniat mengajak Nadhira keluar untuk memilih rumah yang diinginkan. "Reyhan tumben kok jam segini sudah pulang? Pasti kamu masih sakit ya?" tanya Melani heboh ketika melihat Reyhan yang sudah di rumah sebelum jam 3 sore. "Engga kok ma, Reyhan ada janjian rapat dengan klien sore ini di kafe dan Reyhan mau mengajak Nadhira," jawab Reyhan yang lagi-lagi berbohong. Ia masih belum siap berkata jujur kepada mamanya itu tentang rencananya pindah rumah. "Kenapa harus mengajak Nadhira? Biasanya juga sendiri," protes Melani. "Karena klien juga membawa keluarganya," jawab Reyhan santai. "Tapi benar kan kamu sudah baikan?" tanya Melani lagi, memastikan anaknya itu benar-benar dalam kondisi baik. "Ya ma, mama ga perlu khawatir!" jawab Reyhan lalu segera menuju kamarnya. Reyhan membuka pintu kamar, kamar dalam kondisi gelap dan sepi. Kemana Nadhira? Reyhan dengan sega
Reyhan duduk di meja kerjanya, rapat dengan dewan direksi baru saja usai. Sebenarnya ia masih sedikit pusing, namun rapat ini penting untuk dirinya sehingga ia memaksakan diri untuk berangkat ke kantor. Tiba-tiba ponsel Reyhan berbunyi, Reyhan melirik ke layar ponsel, ternyata mamanya yang menelpon. "Reyhan, kamu sakit apa nak?" Tanya Melani sesaat setelah Reyhan mengangkat teleponnya. "Reyhan ga sakit kok ma!" jawab Reyhan sedikit berbohong. "Nadhira bilang semalam kamu muntah-muntah, apa sekarang sudah sembuh?" Tanya Melani lagi masih panik. "Oh, cuma muntah sedikit saja ma, sekarang sudah baikan," jawab Reyhan santai, ternyata Nadhira yang mengadukan kepada mamanya. "Pasti karena semalam kita makan masakan Nadhira itu, pantas saja mama juga merasa sedikit mual. Pasti Nadhira tidak bersih masaknya. Gitu kok dibilang enak!" omel Melani malah menyalahkan Nadhira. "Bukan ma, semalam Reyhan beli nasi goreng super pedas, jadinya perut Reyhan terasa panas, akhirnya muntah-mu
Nadhira memandangi tubuh Reyhan yang tidur lelap, entah berapa botol yang diminum pria itu hingga tak sadarkan diri. Nadhira jadi tidak bisa tidur, namun ia hanya mondar-mandir tidak tahu apa yang hendak dilakukan hingga akhirnya ia tertidur di atas ranjang bersama Reyhan. Hueekk hueekk Nadhira terbangun setelah mendengar suara orang muntah-muntah. Ia baru sadar bahwa dirinya tertidur di atas ranjang bersama Reyhan, Nadhira mengucek matanya dan melihat jam dinding yang ternyata masih jam 3 pagi."Ngapain lo tidur di sini? hueekk huekkk!" omel Reyhan sambil muntah-muntah."Ih jorok banget sih lo! muntah di kamar mandi kek!" protes Nadhira yang baru sadar bahwa Reyhan yang muntah-muntah."Gue mual banget!" jawab Reyhan.Nadhira akhirnya turun kasur untuk mengambilkan minum Reyhan. Reyhan langsung menerima air dari Nadhira dan meminumnya."Minggir sana, gue mau beresin nih sprei!" Perintah Nadhira ketika melihat sprei yang penuh muntahan Reyhan."Ga perlu, nanti biar bi Surti yang memb
"Gue mau bikin perjanjian sama lo!" ucap Reyhan yang membuat Nadhira bingung."Perjanjian apa?" Tanya Nadhira."Peraturan dalam rumah tangga kita!" Jawab Reyhan tegas.Peraturan rumah tangga? Sebenarnya Nadhira ingin tertawa mendengar perkataan Reyhan. Apakah hubungannya dengan Reyhan ini masih bisa disebut dengan rumah tangga?"Peraturan apa itu?" Tanya Nadhira lagi."Tunggu sebentar!" ucap Reyhan lalu berjalan menuju meja di samping tempat tidurnya. Ia membuka laci meja dan mengambil dua lembar kertas beserta dua pulpen di sana. "Sekarang tulis aturan apa saja yang lo inginkan dalam pernikahan kontrak kita ini! Gue juga nulis di kertas ini!" ucap Reyhan menjelaskan kepada Nadhira.Nadhira menerima kertas tersebut, ia berpikir sejenak apa yang akan ia tulis di kertas itu. Nadhira melirik ke arah Reyhan, rupanya pria itu sudah sibuk menulis, kertasnya sudah hampir penuh. Nadhira segera menulis di kertas miliknya sebelum Reyhan protes karena kertasnya kosong."Gue sudah selesai!" ucap
Reyhan mengguyur tubuhnya, berharap dinginnya air bisa menghilangkan rasa lelah yang dirasakannya. Setelah selesai mandi, ia keluar dari kamar mandi dan menemukan secangkir kopi sudah tersaji di atas meja. Reyhan menyunggingkan senyum tipisnya, pasti Nadhira yang meletakkan kopi di sana. Namun sosok wanita itu tidak ada di kamar, kemanakah perempuan itu? Reyhan menyeruput kopinya, ternyata rasanya lezat. Berbeda dengan kopi yang biasa dibuatkan oleh pembantunya. Reyhan kemudian berjalan keluar kamar, mencari keberadaan istrinya itu. Reyhan tertegun ketika menemukan Nadhira, ternyata Nadhira berada di dapur, memasak bersama para pembantunya. "Kamu lihat kan Reyhan tingkah istrimu itu?" Tanya Melani mengagetkan Reyhan yang sedang memperhatikan Nadhira dari jauh. "Ada apa ma?" Jawab Reyhan santai. "Dia itu lebih senang bergaul dengan pembantu daripada dengan mama atau Regina," Keluh Melani. "Oh ya? mungkin karena Nadhira masih baru di rumah ini. mungkin masih canggung ma," jawa
Nadhira meregangkan tubuhnya, ia tak menyangka jika menyiram tanaman saja rasanya sangat melelahkan. Apalagi taman di rumah Reyhan cukup luas. "Sudah non, biar saya saja yang membereskan," ucap Bi Imah ketika melihat Nadhira akan membereskan peralatan taman. "Eh ga papa Bi, biar saya bantu," ucap Nadhira tersenyum ramah. "Tuan Reyhan beruntung sekali punya istri yang cantik dan ramah seperti non Nadhira," puji Bi Imah. "Aduh bibi, bisa aja!" jawab Nadhira malu-malu. "Sudah, non Nadhira masuk saja. Ini sudah siang, nanti saya akan kirimkan makan siang ke kamar tuan Reyhan," ucap Bi Imah. "Lho, apa ini sudah waktunya makan siang bi?" tanya Nadhira heran. "Belum non, maksudnya saya dan yang lain mau masak dulu, nanti kalau sudah siap saya antar ke kamar," jawab Bi Imah sambil tersenyum. "Bolehkah aku bantu masak bi?" Tanya Nadhira antusias mendengar ucapan Bi Imah. "Eh jangan non, ini sudah tugas kami sebagai ART di rumah ini. Non Nadhira tidak perlu repot-repot," tola