Reyhan Adhitama, harus segera menikah untuk mendapatkan tahta tertinggi perusahaan keluarganya. Kehidupannya yang bebas dan urakan dinilai sang kakek belum pantas untuk memimpin perusahaan. Ia harus segera menikah untuk meyakinkan bahwa dirinya bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri, keluarga, dan perusahaan nantinya. Ditengah kebingungannya mencari istri, Reyhan bertemu dengan Nadhira Rianti, seorang gadis penjual kue yang sedang dikejar oleh preman di jalanan. Reyhan berniat untuk menjadikan Nadhira istri kontraknya agar pewaris tahta perusahaan bisa jatuh kepada dirinya. Apakah Reyhan berhasil mendapatkan tahta tertinggi perusahaan keluarganya? Dan apakah Nadhira bahagia menjadi istri Reyhan, sang pewaris tahta?
View MoreDentuman musik keras memekakkan telinga. Bau alkohol menyeruak ke seluruh ruangan. Lampu berkelap-kelip, redup dan berwarna-warni menyala bergantian. Orang-orang terlihat berjoget dan menikmati musik di tengah ruangan, termasuk seorang pemuda tampan yang masih mengenakan jas kerjanya. Tubuhnya bergoyang sesuai irama musik sembari tangannya memeluk pinggang seorang wanita, tangan satunya memegang segelas alkohol yang disukainya.
"Rey, asyik banget lo!" Seru seorang pemuda di sampingnya. Pemuda yang dipanggil Rey tadi hanya menoleh sekilas lalu menyunggingkan senyum miringnya. Ia tau temannya itu pasti usil jika melihatnya bersenang-senang di klub malam seperti ini. "Yoi bro, asyikin ajalah mumpung masih muda," sahut Reyhan tanpa melihat temannya itu. Ya, dia adalah Reyhan Adhitama. Seorang Direktur Utama PT. Adhitama Group. Perusahaan besar yang terkenal sukses di kalangan pengusaha. Perusahaan keluarga turun temurun yang diwariskan dari kakeknya Adhitama Bagaskara. "Tuh baju ganti dulu kek, mana ada orang ke klub pakai pakaian kantor!" Goda Gilang, teman akrab Reyhan semenjak duduk di bangku SMA. Gilang juga bekerja di perusahaan Reyhan sebagai Asisten Direktur Utama. "Ssst jangan banyak bacot lu, justru pakai jas gue semakin mempesona!" Ucap Reyhan sombong. "Benarkan sayang?" Tanya Reyhan pada wanita yang sedari tadi dipeluknya. Wanita itu hanya mengangguk malu. "Ingat jam berapa ini, pasti mak bapak lo udah sibuk nyariin lo!" Seru Gilang lagi dengan ekspresi sebal. "Sssttt berisik lo, udah sana jauh-jauh dari gue. Gue mau bersenang-senang malam ini," jawab Reyhan dengan masih melanjutkan kegiatannya bermesraan dengan sang wanita. "Lo enak, gue yang ribet. Pasti bentar lagi ponsel gue berisik karena panggilan telepon dari mak bapak lo!" Seru Gilang kesal karena ia selalu kerepotan memberi alasan kepada mama dan papa Reyhan jika Reyhan pulang larut malam. Reyhan tidak menjawab, seperti yang dikatakannya tadi, ia ingin menikmati malam ini dengan bersenang-senang. Klub malam, alkohol, dan wanita bayaran adalah kesukaannya. Ia merasa dirinya masih muda, ia harus mencari banyak pengalaman hidup yang menyenangkan. Pekerjaan di kantor sudah banyak menyita waktu dan perhatiannya, maka dari itu ia harus mencari hiburan agar hidupnya seimbang, dengan demikian otaknya bisa terus berpikir jernih agar bisa menghadapi persaingan bisnis yang mematikan. ***** "Rudi, umurmu sudah hampir 60 tahun. Sudah waktunya kamu pensiun dari jabatan kamu sebagai CEO PT. Adhitama Group," titah Adhitama Bagaskara, pemilik perusahan PT. Adhitama Group. Rudi hanya bisa menatap nanar mata ayahnya, sebenarnya dia sudah tau maksud dari kedatangan orang tuanya saat ini. Kali ini ia harus merelakan jabatan sebagai CEO yang sudah hampir 30 tahun dijalaninya. Rudi masih ingat betapa susahnya dulu mendapat kepercayan dari ayahnya agar dirinya yang terpilih menjadi CEO daripada saudaranya yang lain. Beruntung ayahnya masih memberikan kepercayan itu padanya hingga hampir 30 tahun tanpa tergantikan oleh siapapun. Kali ini usianya memang sudah tidak muda lagi, wajar saja jika ayahnya ingin menggantikan posisinya kepada orang lain yang lebih muda darinya. Sebenarnya Rudi ingin anaknya, Reyhan yang menggantikan dirinya sebagai CEO PT. Adhitama Group. Tapi sayangnya ia tidak punya wewenang untuk menentukan pilihan. Semua itu mutlak keputusan dari ayahnya, Adhitama. Ayahnya itu selalu punya kriteria khusus yang hanya ayahnya sendiri yang tau. Walaupun ayahnya sudah tidak aktif bekerja di perusahaan, tetapi ayahnya masih selalu mengawasi perkembangan perusahan termasuk kinerja satu persatu karyawannya. Karena dulu ayahnyalah yang mendirikan perusahaan ini. Ayahnya selalu ingin yang terbaik untuk perusahaan agar tetap bisa bersaing di dunia pengusaha. "Mana anakmu si Reyhan? Sudah jam segini apakah belum pulang juga?" Tanya Adhitama dengan ekspresi menyelidik. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah lewat jam 10 malam. Rudi terkesiap mendengar pertanyaan ayahnya. Ia bingung memikirkan jawaban yang tepat agar anaknya tidak terlihat jelek di mata Adhitama. Ia tahu ayahnya itu tidak suka dengan pemuda yang suka kelayapan dan bermain tidak tau waktu. "Ehm mungkin sebentar lagi pulang Pa," jawab Rudi pelan. "Anakmu itu masih saja bertahan dengan kelakuan buruknya yang urakan dan suka keluar malam. Bagaimana dia bisa memimpin perusahan, kalau memimpin dirinya sendiri saja tidak bisa!" Ucap Adhitama dengan nada kesal. "Tapi pa, selama ini dia bisa bekerja dengan cukup bagus. Walaupun suka keluar malam tapi dia tidak pernah terlambat datang ke kantor," jawab Rudi membela anaknya itu. Ia tidak ingin anaknya semakin dipandang jelek oleh ayahnya. "Ya, kamu benar. Reyhan memang bekerja cukup bagus dalam perusahan. Papa akui papa suka dengan kinerja Reyhan dalam memajukan perusahan. Tapi itu saja tidak cukup. Seorang CEO tidak hanya harus bisa memimpin perusahaan, tetapi juga memimpin dirinya sendiri dan juga keluarganya. Dan Reyhan belum ada kriteria itu. Bagaimana bisa memimpin keluarga, dia saja belum menikah. Sudah pasti tidak punya tanggung jawab. Hidupnya berjalan seenaknya sendiri, sesuka hatinya, dan hal itu pasti akan berpengaruh terhadap perusahan nantinya," jelas Adhitama panjang lebar. Rudi terdiam mendengar penjelasan ayahnya. Ia baru tau bahwa menikah adalah salah satu persyaratan penting bagi Adhitama untuk menentukan pilihan. Pantas saja dulu dirinya terpilih menjadi CEO daripada kakaknya karena dirinya sudah berkeluarga sedangkan kakaknya masih betah melajang. "Kalau kamu mau anakmu itu yang menggantikan posisimu sebagai CEO PT. Adhitama Group, suruh dia untuk segera menikah! Perbaiki hidupnya agar bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan keluarganya! Jika tidak, aku akan menyerahkan jabatan CEO kepada cucuku yang lain atau bahkan kepada orang lain sekalipun, yang menurutku mempunyai kriteria pantas sebagai seorang CEO," tutup Adhitama tegas lalu pergi meninggalkan Rudi yang masih diam terpaku di tempat duduknya. ***** "Reyhan, papa mau bicara denganmu!" Ucap Rudi Adhitama saat melihat Reyhan hendak meninggalkan rumah untuk berangkat ke kantor. Reyhan yang sudah terburu-buru karena ada jadwal rapat di kantornya seketika menghentikan langkahnya. Jika papanya sudah memanggilnya seperti ini, pasti ada suatu hal yang penting yang harus dibicarakan dengannya. "Ada apa pa?" Jawab Reyhan serius. "Segeralah menikah, atau jabatan CEO perusahaan tidak akan jatuh padamu! Cepat pergi dan bawa seorang wanita kesini untuk kau perkenalkan sebagai calon istri!" Perintah Rudi dengan wajah bersungguh-sungguh. Reyhan seketika terkejut mendengar perintah papanya. Ada apa kiranya tiba-tiba sang papa menyuruhnya untuk segera menikah? Bukankah papanya tau, menikah adalah hal yang menjadi urutan nomor kesekian dalam hidupnya. "Apa maksud papa? Aku masih belum ingin menikah!" Bantah Reyhan. "Kakekmu tadi malam kesini, menunggumu sampai larut malam tapi kau tak pulang juga. Kakekmu bilang tidak akan menyerahkan jabatan CEO kepadamu jika kau tidak memperbaiki hidupmu, termasuk menikah dan membangun keluarga," jelas Rudi kepada anak sulungnya itu. "Apa-apaan kakek itu. Papa, umurku baru 33. Aku masih muda, aku masih mau menikmati masa mudaku, aku masih ingin bersenang-senang tanpa pusing memikirkan istri dan anak," bantah Reyhan sekali lagi. "Reyhan, 33 bukan lagi usia muda. Sudah bukan saatnya lagi untuk bersenang-senang. Mulailah untuk menata hidup. Di usia 33 papa dulu sudah punya 2 anak," jawab Rudi dengan penuh penekanan. "Reyhan, pikirkan baik-baik ucapan papa. Segera menikah, atau kau akan kehilangan posisi CEO PT. Adhitama Group!" Tutup Rudi lalu meninggalkan putra sulungnya itu. Reyhan yang tadinya terburu-buru akan berangkat ke kantor, jadi kepikiran ucapan ayahnya. Menikah? Selama ini ia sama sekali belum terpikirkan untuk menikah. Jangankan menikah, dekat dengan seorang wanita saja tidak pernah ada yang dianggap serius. Ia hanya suka bermain-main dengan wanita yang mendekatinya. Reyhan mengurut keningnya yang tiba-tiba pusing. Ia harus memikirkan strategi agar bisa menikah dalam waktu dekat. Biar bagaimanapun dirinya juga ingin terpilih menjadi CEO PT. Adhitama Group, perusahaan yang sudah ditekuninya semenjak lulus kuliah. Jelas Reyhan tidak ingin jabatan CEO itu jatuh kepada orang lain selain dirinya. *****Nadhira membuka matanya perlahan, rasa lelah membuat dirinya cepat sekali tertidur. Nadhira segera duduk dan meregangkan badannya, ia melihat sekeliling dan terlonjak kaget ketika menyadari dirinya ada di atas kasur. Nadhira mencoba mengingat yang terjadi namun tetap tidak ingat. Bukankah dirinya tadi tidur di karpet bawah kasur karena Reyhan telah menguasai kasur? Reyhan, kemana pria itu? Apa jangan-jangan pria itu telah berbuat tak senonoh padanya lalu meninggalkannya begitu saja? pikiran negatif sudah memenuhi otak Nadhira. Nadhira segera memperhatikan seluruh tubuhnya, namun tidak ada yang mencurigakan. Dirinya tetap mengenakan pakaian dengan utuh, tidak ada tanda-tanda sesuatu yang buruk terjadi padanya. Nadhira beranjak dari kasur dan mencoba mencari keberadaan Reyhan, pria yang sudah menjadi suaminya itu dan ternyata sedang menikmati secangkir kopi di balkon kamar mereka. "Apa yang sudah lo lakuin ke gue?" tanya Nadhira tanpa basa-basi setelah menemukan Reyhan. "Apa s
“Hai Rey, lama tidak bertemu denganmu!” Sapa Aira dengan senyum manis. Reyhan langsung bergidik ngeri melihat senyum Aira, senyum yang menurut Reyhan terasa seperti ingin menerkamnya. “Bagaimana Rudi, apakah sudah siap dengan perjodohan anak-anak kita?” Tanya Hendra dengan antusias. “Ya, kebetulan sekali Reyhan ada di sini sekarang. Rupanya semesta mendukung perjodohan ini,” jawab Rudi sama antusiasnya. “Bagaimana kabarmu Aira? Kamu terlihat sangat cantik malam ini!” Ucap Melani menyapa Aira. “Seperti yang tante lihat, kabar Aira baik bahkan jauh lebih baik ketika Aira tahu akan dijodohkan dengan Reyhan,” ujar Aira masih dengan senyum sumringah. “Kamu memang sangat pantas menjadi istri Reyhan, Aira!” Puji Melani lagi. Reyhan sudah sangat muak mendengar percakapan itu, sepertinya ia harus pergi sekarang sebelum terlambat. “Maaf, Reyhan tidak bisa menerima perjodohan ini. Seperti yang mama dan papa ketahui, Reyhan sudah punya calon istri,” ucap Reyhan dengan lantang. “Apa maks
Reyhan berkali-kali melihat jam di pergelangan tangannya, namun seorang yang ditunggu tak kunjung datang. Ia duduk di bangku taman sendirian, melamun sambil sesekali menguap. Ia baru menyadari bahwa menunggu itu membosankan. Baru kali ini ada seseorang yang berani-beraninya membuatnya menunggu. Biasanya dirinyalah yang ditunggu oleh orang lain. Pantas saja Gilang selalu menggerutu jika dirinya datang terlambat dari waktu yang dijanjikan. Tak lama terdengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Ia menoleh ke arah sumber suara dan benar saja, itu adalah suara langkah kaki seorang yang sedang ditunggunya. “Jam 3 lebih 15 menit. Terlambat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan!” Sambar Reyhan ketika orang itu baru saja berdiri di depannya. “Maaf, terlambat!” Jawab Nadhira. Ya, Reyhan meminta Nadhira untuk datang menemuinya di taman sore ini untuk membahas rencana pernikahan mereka. Reyhan melihat Nadhira dari rambut hingga kaki. Rambut kusut, kulit kusam, kaos oblong oversize, celan
Reyhan mengemudikan mobilnya dengan kencang, agar segera sampai di tempat tujuannya. Kali ini dia tidak sendiri, namun ada seorang yang duduk di sampingnya yang baru ia ketahui bernama Nadhira. Reyhan tadi pagi sengaja keluar dari kantor setelah rapat untuk mencari udara segar. Pikirannya sangat kacau, ucapan Gilang mengenai istri bayaran memenuhi otaknya. Mungkin ide Gilang ada benarnya juga, namun siapa yang akan ia jadikan istri bayaran ? Reyhan melirik ke arah Nadhira, gadis itu terlihat kusut dan murung. Hidungnya merah terlihat seperti habis menangis, namun gadis itu selalu mengusap matanya ketika air mata itu mulai jatuh, sehingga tidak nampak linangan air mata di pipinya. “Apa sih lihat-lihat?” seru Nadhira ketika mengetahui Reyhan melirik ke arahnya. “Pede amat lo! Siapa juga yang lihat lo? Tuh gue lihat spion di samping lo!” Jawab Reyhan mengelak karena malu ketahuan mencuri pandang ke arah Nadhira. Reyhan tertawa dalam hati, bagaimana bisa gadis galak seperti Nadhira i
Reyhan berjalan memasuki ruang kantornya dengan malas. Semangatnya hari ini untuk rapat tiba-tiba hilang. Ucapan papanya yang menyuruhnya untuk segera menikah begitu mengganggu pikirannya. Ia masih berpikir keras bagaimana caranya dia bisa menikah dalam waktu dekat. Tok tok tok Terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang, "Masuk!" Ucap Reyhan menjawab ketukan pintu tersebut. "Rey, ini berkas yang harus lo sampaikan nanti dalam rapat," ucap Gilang dengan menaruh setumpuk dokumen di hadapan Reyhan. Reyhan masih melamun, bahkan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh Gilang. "Woy, mikir apaan sih? Sampai gue dicuekin!" Protes Gilang karena tak kunjung mendapatkan jawaban Reyhan. Jangankan menjawab, melihat berkas yang disodorkan saja tidak. "Menurut lo, dimana tempat yang bisa dikunjungi untuk mencari istri?" Tanya Reyhan. Mendengar pertanyaan aneh Reyhan, Gilang langsung tertawa terbahak-bahak. "Kesambet apaan lo tiba-tiba mikir nyari istri?" Tanya Gilang. "Bokap gue nyuru
Dentuman musik keras memekakkan telinga. Bau alkohol menyeruak ke seluruh ruangan. Lampu berkelap-kelip, redup dan berwarna-warni menyala bergantian. Orang-orang terlihat berjoget dan menikmati musik di tengah ruangan, termasuk seorang pemuda tampan yang masih mengenakan jas kerjanya. Tubuhnya bergoyang sesuai irama musik sembari tangannya memeluk pinggang seorang wanita, tangan satunya memegang segelas alkohol yang disukainya."Rey, asyik banget lo!" Seru seorang pemuda di sampingnya.Pemuda yang dipanggil Rey tadi hanya menoleh sekilas lalu menyunggingkan senyum miringnya. Ia tau temannya itu pasti usil jika melihatnya bersenang-senang di klub malam seperti ini. "Yoi bro, asyikin ajalah mumpung masih muda," sahut Reyhan tanpa melihat temannya itu.Ya, dia adalah Reyhan Adhitama. Seorang Direktur Utama PT. Adhitama Group. Perusahaan besar yang terkenal sukses di kalangan pengusaha. Perusahaan keluarga turun temurun yang diwariskan dari kakeknya Adhitama Bagaskara."Tuh baju ganti dul
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments