Share

Bab 2

Author: Indi Giadi
last update Huling Na-update: 2025-07-04 21:05:54

Reyhan mengemudikan mobilnya dengan kencang, agar segera sampai di tempat tujuannya. Kali ini dia tidak sendiri, namun ada seorang yang duduk di sampingnya yang baru ia ketahui bernama Nadhira.

Reyhan tadi pagi sengaja keluar dari kantor setelah rapat untuk mencari udara segar. Pikirannya sangat kacau, ucapan Gilang mengenai istri bayaran memenuhi otaknya. Mungkin ide Gilang ada benarnya juga, namun siapa yang akan ia jadikan istri bayaran ?

Reyhan melirik ke arah Nadhira, gadis itu terlihat kusut dan murung. Hidungnya merah terlihat seperti habis menangis, namun gadis itu selalu mengusap matanya ketika air mata itu mulai jatuh, sehingga tidak nampak linangan air mata di pipinya.

“Apa sih lihat-lihat?” seru Nadhira ketika mengetahui Reyhan melirik ke arahnya.

“Pede amat lo! Siapa juga yang lihat lo? Tuh gue lihat spion di samping lo!” Jawab Reyhan mengelak karena malu ketahuan mencuri pandang ke arah Nadhira.

Reyhan tertawa dalam hati, bagaimana bisa gadis galak seperti Nadhira ini hendak ia jadikan istri?

Reyhan sebenarnya sudah melihat Nadhira sejak dikejar oleh preman dan lewat di depannya. Awalnya Reyhan hanya ingin menolong Nadhira dari preman itu, namun setelah mendengar percakapan Nadhira lewat telepon ia jadi terpikir mungkin Nadhira cocok untuk menjadi istri bayarannya karena Nadhira juga butuh uang untuk biaya perawatan ayahnya. Lagi pula Nadhira terlihat seperti gadis yang tegas dan mandiri, sepertinya tidak akan merepotkan dirinya jika menjadi istrinya. Bukan gadis manja dan menye-menye yang merepotkan laki-laki.

Beberapa saat kemudian mobil Reyhan memasuki halaman sebuah rumah sakit besar. Nadhira segera keluar dari mobil sesaat setelah mobil Reyhan berhenti. Ia berlari menuju tempat ayahnya dirawat, ia ingin segera bertemu dengan ayahnya.

“Hey, tunggu!” Teriak Reyhan ketika mengetahui Nadhira sudah hilang dari hadapannya. Ia ikut berlari mengejar Nadhira agar tidak kehilangan jejak gadis itu.

Hosh hosh hoshh,

Suara nafas Reyhan terdengar kencang. Sudah lama ia tidak berlari-lari seperti ini, untung saja Nadhira masih bisa terkejar. Ia meralat pemikirannya tadi, gadis itu ternyata merepotkannya. Reyhan memutuskan untuk menunggu di luar ruang rawat ayah Nadhira.

Nadhira segera memeluk ayahnya yang masih tertidur. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya pecah juga. Melihat ayahnya terbaring lemah dengan berbagai alat medis dan selang oksigen membuat dirinya tidak tega. Mungkin keputusannya untuk menerima bantuan Reyhan adalah keputusan yang tepat, walaupun ia harus mengorbankan dirinya untuk menjadi istri Reyhan.

“Nadhira, kata dokter jantung ayah kamu sudah semakin parah,” ucap Yuliana, ibu Nadhira.

“Iya bu, setujui saja saran dokter. Ayah harus dioperasi secepatnya,” jawab Nadhira mantap.

“Tapi Nadhira, biayanya puluhan juta. Uang dari mana nak? Kita tidak punya uang sebanyak itu!” Ucap Yuliana yang kini kembali terisak.

“Ibu tenang saja, biar Nadhira yang mengusahakan,” Sahut Nadhira.

“Nadhira, sudah tidak perlu repot-repot. Ayah tidak perlu operasi, ayah sudah baikan!” Potong Effendi, ayah Nadhira yang ternyata sedari tadi mendengar percakapan antara Nadhira dan Yuliana.

“Ayah, ayah sudah bangun?” Tanya Nadhira bersemangat.

Effendi berusaha untuk duduk, namun ternyata dirinya masih sangat lemah. Dadanya masih terasa sedikit sesak walaupun sudah tidak seperti tadi pagi.

“Ayah tidak mau terus merepotkan kamu Nadhira, kamu sudah terlalu banyak berkorban untuk ayah,” Tutur Effendi.

“Ini sudah kewajiban Nadhira sebagai anak yah, Nadhira tidak mau kehilangan ayah. Nadhira masih ingin hidup lebih lama lagi bersama ayah. Ayah tenang saja, Nadhira akan melakukan apapun untuk kesembuhan ayah,” jelas Nadhira panjang lebar.

Ucapan Nadhira membuat Effendi terdiam. Sebenarnya Effendi juga masih ingin hidup lebih lama agar bisa mendampingi anak-anaknya hingga menikah bahkan punya anak. Effendi masih ingin bermain bersama cucu-cucunya kelak. “Lalu bagaimana caranya kamu mendapatkan uang sebanyak itu nak?” Tanya Effendi sendu.

Nadhira menarik nafas panjang. Mungkin ini saatnya untuk menjelaskan pertemuannya dengan Reyhan beserta perjanjian mereka. “Sebentar, Nadhira mau menjelaskan sesuatu kepada ayah dan ibu,” ucap Nadhira lalu keluar meninggalkan ruang rawat Effendi.

Nadhira melihat sekeliling mencari keberadaan Reyhan, rupanya Reyhan duduk di kursi tunggu bersama beberapa keluarga pasien yang lain. Nadhira memandang Reyhan yang kini sedang sibuk memainkan ponselnya. Inikah sosok malaikat yang menyelamatkan dirinya dari preman tadi pagi? Rupanya Nadhira salah, Reyhan bukanlah malaikat melainkan iblis yang memanfaatkan keadaan lemahnya demi hawa nafsu. Rasa kagum Nadhira terhadap Reyhan kini sudah berganti menjadi benci, namun Nadhira terpaksa harus menerima tawaran Reyhan demi kesembuhan ayahnya.

“Ayo masuk, jelaskan kepada ayahku tentang perjanjian kita!” Perintah Nadhira kepada Reyhan.

“Sekarang?” Tanya Reyhan masih bingung.

“Besok!” Jawab Nadhira ketus lalu berbalik badan masuk ke dalam ruang rawat ayahnya meninggalkan Reyhan. Reyhan hanya bisa mengelus dada. Ternyata gadis itu benar-benar galak.

“Siapa lelaki itu Nadhira?” Tanya Effendi ketika Reyhan sudah memasuki ruang rawatnya.

Nadhira terdiam, bingung bagaimana cara menjelaskan kepada ayahnya. Ia melirik Reyhan, berharap pria di sampingnya itu bisa menjelaskan kepada ayahnya.

Reyhan melirik Nadhira yang dari tadi menatapnya, ia tahu maksud Nadhira. Pasti gadis itu tidak bisa menjelaskan dan berharap dirinya yang menjelaskan kepada ayah dan ibu gadis itu. Astaga, sudah berapa kali gadis ini merepotkan dirinya?

“Saya Reyhan Adhitama, direktur utama PT. Adhitama Group. Saya di sini ingin menawarkan bantuan kepada bapak, ibu, dan juga Nadhira. Saya tahu mungkin saat ini bapak, ibu, dan juga Nadhira sedang membutuhkan bantuan dari saya,” kata Reyhan terpaksa membuka suaranya.

“Kenapa kamu tiba-tiba ingin membantu kami?” Tanya Effendi menyelidik.

“Saya akan membantu membiayai semua biaya rumah sakit termasuk operasi dan biaya pemulihan pasca operasi bapak, asalkan…,” ucap Reyhan terputus tidak berani melanjutkan penjelasannya.

“Asalkan apa?” Potong Effendi tidak sabar menunggu penjelasan Reyhan.

“Asalkan Nadhira bersedia menjadi istri saya,” lanjut Reyhan.

“Tidak bisa! Saya tidak mungkin mengorbankan harga diri anak saya demi kesembuhan saya!” Bantah Effendi. Emosinya meningkat membuat dada Effendi kembali sesak. Ia segera mengatur pernafasannya dan membenahi posisi tidurnya dibantu oleh Yuliana.

“Ayah, tidak ada cara lain yah. Nadhira tidak masalah menikah dengan Reyhan asalkan ayah sembuh,” seru Nadhira yang kini kembali terisak.

“Sabar dulu yah, dengarkan dulu penjelasan mereka,” ucap Yuliana menenangkan Effendi.

“Bapak tenang saja, pernikahan ini hanya sebatas pernikahan di atas kertas. Saya tidak akan menyentuh anak bapak!” Jelas Reyhan yang membuat semua mata kembali tertuju padanya.

“Kamu yakin? Lalu kenapa kamu ingin menikahi anak saya jika kamu tidak akan menyentuhnya?” Tanya Effendi penasaran begitu juga dengan Nadhira. Begitu paniknya dengan keadaan ayahnya hingga Nadhira lupa menanyakan alasan Reyhan mengapa tiba-tiba ingin menikah dengannya.

“Saya hanya membutuhkan status Nadhira sebagai istri saya, karena perusahaan dan pekerjaan saya menuntut saya untuk segera menikah dalam waktu dekat. Jadi perjanjian ini akan saling menguntungkan untuk kedua belah pihak,” terang Reyhan.

Penjelasan Reyhan membuat Nadhira menghembuskan nafas lega. Awalnya Nadhira mengira ia nantinya akan menjadi pemuas nafsu pria itu. Nadhira mengira Reyhan adalah lelaki hidung belang yang memanfaatkan keadaan Nadhira untuk kepuasan seksual belaka, ternyata Nadhira salah. Reyhan tidak sejahat itu.

“Jadi bagaimana? Apakah semuanya setuju?” Tanya Reyhan setelah semua diam beberapa saat.

“Baiklah jika semua yang kamu katakan benar, saya menyetujuinya,” jawab Effendi menyetujui perjanjian antara Reyhan dan Nadhira. Ia merasa anaknya tidak terlalu dirugikan.

“Bagus, saya akan segera mempersiapkan semuanya setelah ini,” ucap Reyhan lega. Akhirnya kebingungannya untuk mencari istri sudah berakhir dan jabatan CEO akan jatuh kepada dirinya.

“Berjanjilah untuk tidak menyakiti anak saya Reyhan. Jika kau sudah tidak membutuhkannya lagi, kembalikan kepada saya dalam keadaan baik!” Titah Effendi.

“Ya, saya berjanji,” jawab Reyhan asal. Ia hanya ingin segera pulang karena urusannya di tempat ini sudah selesai. Semua sudah menyetujui perjanjian antara dirinya dengan Nadhira. “Kalau begitu, saya pulang dulu. Saya akan mengurus semua keperluan operasi bapak dan pernikahan saya dengan Nadhira secepatnya,” tambah Reyhan dan bersiap untuk keluar ruangan.

“Tunggu dulu!” potong Effendi. “Walaupun pernikahan kalian hanya di atas kertas, tapi saya ingin pernikahan kalian tetap sah secara agama. Biar bagaimanapun kalian nanti akan tinggal dalam satu rumah. Saya tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan. Saya sendiri nanti yang akan menikahkan anak saya!” jelas Effendi menutup pembicaraan.

“Baik, jika itu keinginan bapak. Saya akan segera menjadwalkan operasi bapak agar bapak bisa hadir dalam pernikahan saya dengan Nadhira nanti. Kalau begitu, saya permisi!” Tutup Reyhan dan kali ini benar-benar meninggalkan ruang rawat Effendi.

*****

Dering ponsel Reyhan berbunyi nyaring, ia baru saja sadar bahwa ponselnya dari tadi tertinggal di mobil. Tadi ia memang terburu-buru keluar dari mobil karena mengejar Nadhira yang tiba-tiba hilang.

Reyhan meraih ponselnya dan terkejut melihat 20 panggilan tak terjawab dari Gilang dan juga ayahnya, beserta puluhan pesan singkat.

“Ya, kenapa?” Tanya Reyhan sesaat setelah menerima panggilan tersebut.

“Akhirnya muncul juga, gue kira lo udah mati karena ga ada kabar,” sindir Gilang.

“Gue cuma cari angin sebentar,” jawab Reyhan datar.

“Pak Adhitama tadi kesini nyariin lo! Makanya gue panik setengah mati, gue takut lo dianggap tidak profesional karena menghilang di jam kerja,” jelas Gilang menceritakan yang terjadi pagi tadi.

Reyhan sedikit terkejut, tidak biasanya kakeknya datang ke kantor tanpa pemberitahuan sebelumnya. Hari ini pun tidak ada klien yang penting yang mengharuskan kakeknya untuk datang ke kantor.

“Ada apa?” Tanya Reyhan pura-pura santai.

“Mana gue tahu! Tanya aja sama bokap lo! Gue cuma ditugaskan untuk mencari keberadaan lo karena gue asisten pribadi lo, seharusnya gue tahu kemanapun lo pergi pada jam kerja. Jika seperti ini, gue juga malu. Tadi gue di tanya oleh pak Adhitama dan pak Rudi tapi gue tidak tahu menahu tentang keberadaan lo,” omel Gilang panjang lebar, persis seperti ibu yang sedang mengomeli anaknya.

“Gue meluncur ke kantor sekarang!” Jawab Reyhan singkat lalu menutup telepon dengan sepihak.

Reyhan memijat keningnya, hari ini ia merasa sangat lelah. Ia tidak pernah memikirkan masalah seberat ini sebelumnya selain masalah pekerjaan. Biasanya hidupnya hanya digunakan untuk bersenang-senang.

“Pasti kakek ingin membicarakan tentang jabatan CEO kepadaku, dan pernikahan tentunya,” batin Reyhan.

Jika sudah seperti ini, maka Reyhan harus secepatnya memperkenalkan Nadhira kepada keluarga besarnya. Namun, bagaimana caranya? Apakah bisa keluarga besarnya menerima Nadhira sebagai calon istrinya mengingat Nadhira hanyalah seorang penjual kue keliling?

*****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 5

    Nadhira membuka matanya perlahan, rasa lelah membuat dirinya cepat sekali tertidur. Nadhira segera duduk dan meregangkan badannya, ia melihat sekeliling dan terlonjak kaget ketika menyadari dirinya ada di atas kasur. Nadhira mencoba mengingat yang terjadi namun tetap tidak ingat. Bukankah dirinya tadi tidur di karpet bawah kasur karena Reyhan telah menguasai kasur? Reyhan, kemana pria itu? Apa jangan-jangan pria itu telah berbuat tak senonoh padanya lalu meninggalkannya begitu saja? pikiran negatif sudah memenuhi otak Nadhira. Nadhira segera memperhatikan seluruh tubuhnya, namun tidak ada yang mencurigakan. Dirinya tetap mengenakan pakaian dengan utuh, tidak ada tanda-tanda sesuatu yang buruk terjadi padanya. Nadhira beranjak dari kasur dan mencoba mencari keberadaan Reyhan, pria yang sudah menjadi suaminya itu dan ternyata sedang menikmati secangkir kopi di balkon kamar mereka. "Apa yang sudah lo lakuin ke gue?" tanya Nadhira tanpa basa-basi setelah menemukan Reyhan. "Apa s

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 4

    “Hai Rey, lama tidak bertemu denganmu!” Sapa Aira dengan senyum manis. Reyhan langsung bergidik ngeri melihat senyum Aira, senyum yang menurut Reyhan terasa seperti ingin menerkamnya. “Bagaimana Rudi, apakah sudah siap dengan perjodohan anak-anak kita?” Tanya Hendra dengan antusias. “Ya, kebetulan sekali Reyhan ada di sini sekarang. Rupanya semesta mendukung perjodohan ini,” jawab Rudi sama antusiasnya. “Bagaimana kabarmu Aira? Kamu terlihat sangat cantik malam ini!” Ucap Melani menyapa Aira. “Seperti yang tante lihat, kabar Aira baik bahkan jauh lebih baik ketika Aira tahu akan dijodohkan dengan Reyhan,” ujar Aira masih dengan senyum sumringah. “Kamu memang sangat pantas menjadi istri Reyhan, Aira!” Puji Melani lagi. Reyhan sudah sangat muak mendengar percakapan itu, sepertinya ia harus pergi sekarang sebelum terlambat. “Maaf, Reyhan tidak bisa menerima perjodohan ini. Seperti yang mama dan papa ketahui, Reyhan sudah punya calon istri,” ucap Reyhan dengan lantang. “Apa maks

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 3

    Reyhan berkali-kali melihat jam di pergelangan tangannya, namun seorang yang ditunggu tak kunjung datang. Ia duduk di bangku taman sendirian, melamun sambil sesekali menguap. Ia baru menyadari bahwa menunggu itu membosankan. Baru kali ini ada seseorang yang berani-beraninya membuatnya menunggu. Biasanya dirinyalah yang ditunggu oleh orang lain. Pantas saja Gilang selalu menggerutu jika dirinya datang terlambat dari waktu yang dijanjikan. Tak lama terdengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Ia menoleh ke arah sumber suara dan benar saja, itu adalah suara langkah kaki seorang yang sedang ditunggunya. “Jam 3 lebih 15 menit. Terlambat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan!” Sambar Reyhan ketika orang itu baru saja berdiri di depannya. “Maaf, terlambat!” Jawab Nadhira. Ya, Reyhan meminta Nadhira untuk datang menemuinya di taman sore ini untuk membahas rencana pernikahan mereka. Reyhan melihat Nadhira dari rambut hingga kaki. Rambut kusut, kulit kusam, kaos oblong oversize, celan

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 2

    Reyhan mengemudikan mobilnya dengan kencang, agar segera sampai di tempat tujuannya. Kali ini dia tidak sendiri, namun ada seorang yang duduk di sampingnya yang baru ia ketahui bernama Nadhira. Reyhan tadi pagi sengaja keluar dari kantor setelah rapat untuk mencari udara segar. Pikirannya sangat kacau, ucapan Gilang mengenai istri bayaran memenuhi otaknya. Mungkin ide Gilang ada benarnya juga, namun siapa yang akan ia jadikan istri bayaran ? Reyhan melirik ke arah Nadhira, gadis itu terlihat kusut dan murung. Hidungnya merah terlihat seperti habis menangis, namun gadis itu selalu mengusap matanya ketika air mata itu mulai jatuh, sehingga tidak nampak linangan air mata di pipinya. “Apa sih lihat-lihat?” seru Nadhira ketika mengetahui Reyhan melirik ke arahnya. “Pede amat lo! Siapa juga yang lihat lo? Tuh gue lihat spion di samping lo!” Jawab Reyhan mengelak karena malu ketahuan mencuri pandang ke arah Nadhira. Reyhan tertawa dalam hati, bagaimana bisa gadis galak seperti Nadhira i

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 1

    Reyhan berjalan memasuki ruang kantornya dengan malas. Semangatnya hari ini untuk rapat tiba-tiba hilang. Ucapan papanya yang menyuruhnya untuk segera menikah begitu mengganggu pikirannya. Ia masih berpikir keras bagaimana caranya dia bisa menikah dalam waktu dekat. Tok tok tok Terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang, "Masuk!" Ucap Reyhan menjawab ketukan pintu tersebut. "Rey, ini berkas yang harus lo sampaikan nanti dalam rapat," ucap Gilang dengan menaruh setumpuk dokumen di hadapan Reyhan. Reyhan masih melamun, bahkan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh Gilang. "Woy, mikir apaan sih? Sampai gue dicuekin!" Protes Gilang karena tak kunjung mendapatkan jawaban Reyhan. Jangankan menjawab, melihat berkas yang disodorkan saja tidak. "Menurut lo, dimana tempat yang bisa dikunjungi untuk mencari istri?" Tanya Reyhan. Mendengar pertanyaan aneh Reyhan, Gilang langsung tertawa terbahak-bahak. "Kesambet apaan lo tiba-tiba mikir nyari istri?" Tanya Gilang. "Bokap gue nyuru

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Prolog

    Dentuman musik keras memekakkan telinga. Bau alkohol menyeruak ke seluruh ruangan. Lampu berkelap-kelip, redup dan berwarna-warni menyala bergantian. Orang-orang terlihat berjoget dan menikmati musik di tengah ruangan, termasuk seorang pemuda tampan yang masih mengenakan jas kerjanya. Tubuhnya bergoyang sesuai irama musik sembari tangannya memeluk pinggang seorang wanita, tangan satunya memegang segelas alkohol yang disukainya."Rey, asyik banget lo!" Seru seorang pemuda di sampingnya.Pemuda yang dipanggil Rey tadi hanya menoleh sekilas lalu menyunggingkan senyum miringnya. Ia tau temannya itu pasti usil jika melihatnya bersenang-senang di klub malam seperti ini. "Yoi bro, asyikin ajalah mumpung masih muda," sahut Reyhan tanpa melihat temannya itu.Ya, dia adalah Reyhan Adhitama. Seorang Direktur Utama PT. Adhitama Group. Perusahaan besar yang terkenal sukses di kalangan pengusaha. Perusahaan keluarga turun temurun yang diwariskan dari kakeknya Adhitama Bagaskara."Tuh baju ganti dul

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status