Share

Bab 2

Kenzo mulai melanjutkan perjalanannya, namun baru beberapa langkah, sebuah bus berhenti di depannya. Wajahnya yang terlihat polos perlahan celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan, hingga senyuman tipis menghiasi bibir mungilnya melihat nenek tua berjalan menggunakan tongkat mendekati bus. Rupanya nenek tua itulah yang memberhentikan bus tersebut, pikirnya.

Seketika bohlam lampu merah menyala-nyala di atas kepala anak laki-laki berwajah tampan dan menggemaskan itu, karena hal itu menandakan bahwa Kenzo memiliki sebuah ide yang cemerlang.

Dengan penuh kecerdikan Kenzo lekas mendekati nenek tua tersebut, kemudian berjalan di sampingnya seolah-olah dirinya adalah cucu dari nenek tua itu.

“Sini nenek, biar Kenzo bantu ya!” ucapnya penuh perhatian. Sementara itu, si nenek tua yang sudah pikun sama sekali tak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bocah menggemaskan yang membantunya naik ke atas bus.

"Terima kasih, nak!" ucap nenek tua itu setelah berhasil duduk di kursi penumpang.

"Sama-sama, nek" ucap Kenzo tersenyum yang sudah duduk di samping nenek tua tersebut.

Kenzo mengeluarkan iPad pintarnya untuk melihat peta lokasi menuju rumah mommy nya. Setelah mendapatkan peta lokasinya, dia pun mulai bermain game.

Saking fokusnya bermain game, dia sampai tidak menyadari nenek tua yang tadi bersamanya sudah turun lebih dulu. Bahkan rute yang dilalui oleh bus menuju rumah mommy nya sudah lewat.

Kenzo baru menyadarinya setelah kendaraan yang ditumpanginya kembali berhenti di halte bus. Dia pun memilih turun dari bus mengikuti wanita paruh baya.

Akan tetapi, kakinya tersandung akibat tali sepatunya terlepas. Tubuh kecilnya pun oleng dan siap menghantam kerasnya aspal yang siap menggores permukaan kulitnya.

Namun sebuah tangan langsung menangkap tubuh mungilnya, kalau terlambat beberapa detik saja, kemungkinan Kenzo terjatuh.

"Hati-hati, nak" ucap suara lembut seorang wanita yang sudah menggendongnya. Kenzo mendongak menatap wajah wanita itu, hingga matanya berbinar dan langsung berhambur memeluk wanita asing itu.

"Nak, kau mau kemana? terus dimana perginya ayah dan ibumu?" tanya wanita cantik setelah menurunkan Kenzo dari gendongannya. Pasalnya wanita itu tidak melihat orang tua dari anak laki-laki yang baru saja ditolongnya.

Kenzo tidak menjawab pertanyaan dari wanita yang baru saja menolongnya. Dia pun kembali mengamati garis wajah wanita itu guna untuk membacanya lewat pikiran jeniusnya.

Karena Kenzo tipikal anak yang tidak bisa langsung percaya dengan itikad baik seseorang. Maka dari itu, dia harus selalu waspada dan terus ekstra berhati-hati dengan orang-orang asing yang baru saja ditemuinya. Bisa saja orang itu memiliki niat terselubung yang sama sekali tidak diketahui olehnya.

Pesan ayahnya selalu terngiang-ngiang dipikirannya, 'Ken, jangan mudah percaya dengan ucapan orang lain, bisa saja mereka memiliki niat jahat dengan berpura-pura baik kepada kita'. Seperti itulah pesan ayahnya yang selalu dia tanamkan dalam pikirannya.

"Nak, dimana ibu dan...."

"Maaf Tante cantik, aku harus pergi" ucap Kenzo tersenyum lalu melangkah untuk segera pergi dari hadapan wanita itu. Namun, lagi-lagi Kenzo hampir terjatuh, untung saja tubuh mungilnya kembali ditangkap oleh wanita cantik itu.

"Nak, hati-hati. Lihatlah, tali sepatumu." ucapnya tersenyum tipis sembari berjongkok di hadapan Kenzo.

Perlahan wanita itu mengulurkan tangannya untuk mengikatkan tali sepatu Kenzo, namun Kenzo malah memilih untuk mundur ketika wanita itu mencoba untuk mengikatkan tali sepatunya.

"Kau pasti menganggap Tante orang jahat kan. Baiklah, kalau begitu Tante akan menculikmu, terus membawamu kehadapan anak Tante yang sedang dirawat di rumah sakit. Biar anak Tante memiliki teman bermain." ucapnya tersenyum dengan tatapan hangatnya, dimana kedua tangannya begitu cekatan mengikat tali sepatu Kenzo.

Hal itu membuat Kenzo menjadi tertegun dan mulai menimbang-nimbang segala yang diucapkan wanita itu langsung berkecamuk dalam pikirannya.

"Sudah selesai. Nak, apa kau tersesat?" tanyanya sembari menolehkan kepalanya ke arah kiri untuk melihat orang tua dari si anak laki-laki tersebut. Namun sayangnya area tersebut sudah sepi ketika bus tadi sudah pergi membawa penumpangnya.

Kenzo tidak menjawab pertanyaan dari wanita asing itu, dia kembali memandangi wajahnya. Entah mengapa ada sesuatu hal yang sulit dia gambarkan untuk wanita itu.

"Kalau kau memang tersesat, Tante siap mengantarmu pulang ke rumah" ucapnya tersenyum tipis. "Sebenarnya Tante bukan orang jahat, tadi Tante cuma bercanda. Perkenalkan nama Tante Sophia" tambahnya sambil memamerkan gigi ratanya.

Sebuah senyuman tersungging di bibir mungil Kenzo melihat wanita itu tersenyum secerah mentari. Dia pun ingin melihat kembali ketulusan hati wanita itu.

"Namaku Kenzo, tapi Daddy selalu memanggilku dengan nama Ken. Jadi, Tante baik boleh memanggilku Kenzo ataupun Ken" ucap Kenzo sembari mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.

"Hai Kenzo! Tante lebih suka memanggilmu Kenzo. Karena panggilan Ken sebuah panggilan sayang dari Daddy mu dan hanya dikhususkan untuk anak tampannya." ucap Sophia tersenyum hangat menerima uluran tangan Kenzo lalu menggenggamnya erat. Mereka ibarat ibu dan anak yang sedang berinteraksi.

"Aku mau pergi ke rumah mommy, tapi..eemm bisakah Tante baik mengantarku?" tanya Kenzo sambil menyipitkan kedua matanya, hal itu membuatnya terlihat sangat tampan dan menggemaskan.

"Tentu, nak. Tante siap mengantarmu ke rumah mommy mu" ucap Sophia tersenyum.

"Tapi, aku sudah tidak bisa lagi berjalan jauh" ucap Kenzo sambil memasang wajah memelas. Tidak hanya itu, dia pun berpura-pura lemas dihadapan wanita itu, agar wanita itu merasa kasihan kepadanya.

"Tante akan menggendong mu" ucapnya sambil mengusap rambut Kenzo lalu mengangkat tubuh mungil Kenzo untuk digendongnya layaknya menggendong anaknya sendiri.

"Tapi, aku sangat berat, Tante baik. Daddy bahkan bilang, cuma bayi kecil yang harus digendong, kalau anak laki-laki seperti diriku harus selalu berjalan kaki menggunakan kedua kakiku. Daddy juga bilang, anak laki-laki harus selalu kuat dan tidak boleh cengeng." jelas Kenzo.

"Seberat apapun dirimu nak, Tante akan tetap menggendongmu jika kau tidak bisa berjalan jauh. Bahkan orang lain pun jika butuh bantuan dari Tante, Tante akan selalu siap membantunya selagi dalam kesusahan. Karena kita sebagai manusia harus saling tolong menolong." jelas Sophia dengan tulusnya. "Karena sekarang kau tidak bisa berjalan jauh ke rumah mommy mu, jadi lupakan hal yang pernah disampaikan oleh Daddy mu" tambahnya dengan senyuman menghiasi bibirnya.

Sontak saja Kenzo langsung berhambur memeluk tubuh wanita itu. Kenzo merasa yakin wanita itu orang baik yang akan mengantarnya ke rumah mommy nya.

Sementara itu, Andreas baru saja tiba di lokasi kejadian. Tampak bodyguard yang selalu melakukan pengawalan terhadap anaknya sedang berbaris di jalan saat melihat kedatangannya.

Sorot mata Andreas begitu tajam menatap para bodyguardnya. Andreas tak segan-segan memukul para bodyguardnya, termasuk Lucas.

Dengan penuh amarah menggebu-gebu, Andreas terus memberikan bogem mentah di wajah Lucas. Sedangkan Lucas sama sekali tidak melakukan perlawanan sama sekali.

"Temukan anakku dalam satu jam dari sekarang!" perintah Andreas dengan suara menggelegar sambil mencengkeram kuat jas Lucas.

"Baik tuan" ucap Lucas dengan wajah babak belur.

Sementara bodyguard lainnya membungkuk hormat kepada bosnya. Setelah itu mereka kembali melanjutkan pencarian.

Andreas melepaskan cengkraman tangannya, lalu berlari kecil mendekati mobilnya. Sebelum masuk ke dalam mobilnya, Andreas kembali berteriak kepada Lucas.

"Lucas!" teriaknya.

"Iya tuan" sahut Lucas sambil membungkukkan badannya.

"Telusuri segala tempat yang didatangi oleh Ken, aku tidak mau tau, Ken harus ditemukan dalam satu jam dari sekarang" ucapnya dengan nada tinggi. Setelah itu, Andreas bergegas masuk ke dalam mobilnya dan langsung menancap gas menuju suatu tempat.

"Ken, jangan pernah tinggalkan Daddy!. Nak, masalah apalagi sampai membuatmu kabur" gumam Andreas sambil mengusap rambutnya kebelakang dan merasa takut jika putra semata wayangnya sampai kenapa-kenapa.

Tak lupa Andreas menghubungi mata-matanya untuk mencari titik lokasi keberadaan putranya. Pasalnya putranya selalu mematikan GPS nya setiap kali kabur dari rumah. Sehingga dia akan selalu dibuat pusing untuk mencari keberadaannya.

Andreas terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sepertinya dia harus mendatangi tempat favorit putranya. Jangan sampai putranya tertangkap oleh para musuh bebuyutannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status