Share

Bab 5

Sophia berkali-kali menghembuskan nafasnya dengan kasar melewati lorong rumah sakit. Dia merasa tenang habis menjenguk putranya dan akan kembali lanjut bekerja paruh waktu.

Diluar dugaan tampak sekelompok pria bertubuh tegap dengan setelan jas hitam berjalan beriringan dari arah yang berlawanan. Mereka semua terlihat garang menatap sosok objek yang menjadi buruannya sudah di depan mata.

Sementara itu, Sophia sama sekali tidak menyadari akan situasi di sekitarnya, dimana marabahaya sedang mengintainnya saat ini tanpa memiliki persiapan.

“Cepat tangkap wanita itu” perintah salah satu dari mereka dan sepertinya bos dari kelompoknya.

Seketika para pria bertubuh tegap langsung menghadang Sophia. Bahkan mereka tak memberikan celah sedikitpun bagi Sophia untuk kabur dari tempat tersebut.

“Siapa kalian!” Sophia tampak waspada melihat orang-orang yang sedang menghadangnya. Sejujurnya dia mulai panik melihat mereka semua.

“Bawa dia!” ucap pria berambut ikal dengan tato dilehernya menatap tajam kearah Sophia. Seolah wanita itu menjadi bulan-bulanan nya selama ini.

Sophia mencoba untuk kabur, namun sayang seribu sayang para pria bertubuh tegap langsung menyergapnya, mencengkeram kuat kedua tangannya.

Sophia memberontak, meronta sekuat tenaga bahkan berteriak meminta tolong, namun usahanya hanya sia-sia. Karena setelahnya, Sophia sudah tak sadarkan diri ketika salah satu pria itu membiusnya, lalu membawanya pergi.

_____

Di sebuah ruang kerja yang sangat mewah dan terletak di lantai paling atas dari gedung perkantoran megah di pusat kota, terlihat pria tampan dan berkharisma yang tak lain adalah Andreas sedang duduk di kursi kebesarannya. Matanya tengah memandang dengan intensnya segala berkas di tangannya.

“Oh namanya Sophia. Dan...oh, ya..ya, aku sudah mendunganya, dia hanyalah jalang rendahan. Tidak-tidak, dia cuma sampah yang harus dibasmi” ucapnya dengan seringai licik diwajahnya membaca identitas lengkap Sophia.

Namun Andreas tak lepas memandangi setiap foto-foto Sophia yang sangat seksi dan menggoda yang kesemuanya itu didapatkan dari mata-matanya.

Tiba-tiba darahnya berdesir dengan jakung naik turun melihat foto Sophia tersenyum menggoda. Bahkan aset berhargannya dibawah sana ikut mengeras dan mendadak langsung mode on.

Andreas langsung mencengkram kuat foto Sophia lalu meremasnya hingga hancur. Dia melemparnya sembarangan lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Sulit baginya untuk mengontrol gairahnya saa ini jika tak menuntaskannya di toilet.

“Shittt!!! Jalang sialan!” umpatnya kesal sambil memejamkan matanya. Akan tetapi, foto Sophia tersenyum menggoda kembali terlintas dipikirannya layaknya sebuah rekaman video yang sedang menari-nari dalam pikirannya.

Andreas berusaha membuang jauh-jauh semua hal tentang wanita jalang itu. Namun tetap saja, wajah cantik Sophia selalu terngiang-ngiang dipikirannya.

“Arggghh sial!” umpatnya kesal sambil bangkit dari duduknya.

Daniel yang berdiri di sampingnya hanya mampu menghela nafas kasar mendengar setiap ucapan dan umpatan dari tuannya. Hingga pria lajang itu mengerutkan keningnya melihat tuan sekaligus atasannya masuk ke dalam toilet. Dia tak ingin ambil pusing dengan urusan alam tuannya.

Setelah menuntaskan keinginannya, Andreas kembali duduk di kursi kebesarannya. Dia memeriksa dan melihat-lihat deretan foto Sophia hingga matanya menyipit melihat foto terakhir Sophia bersama anak balita kurus kerempeng dalam pangkuan wanita itu.

“Siapa anak ini? Dan apa hubungannya dengan jalan sialan itu?” tanya Andreas sambil menunjukkan foto tersebut kepada Daniel.

Andreas sungguh ingin tahu seluk beluk wanita penari yang sudah bersikap kurang ajar kepadanya. Kebenciannya kepada Sophia mulai mendarah daging hanya karena kejadian semalam.

“Anak ini adalah anak nona Sophia, tuan. Dia bernama Noah dan sedang mengidap kanker” jawab Daniel dengan jujurnya sesuai informasi yang didapatkannya.

Andreas mengulas senyuman licik hingga tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban dari Daniel. Seolah-olah dirinya baru saja mendapatkan kabar yang sangat menggembirakan.

“Ha..ha..ha…Sekali mendayung dua pulau akan terlampaui” ucap Andreas diiringi gelak tawa.

"Kita lihat saja, sejauh mana kemampuanmu jalang!" gumamnya sambil menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Ibaratnya kemenangannya sudah di depan mata.

Tok

Tok

Tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangannya, membuat Andreas menolehkan kepalanya menatap tajam kearah Daniel yang masih setia berada di sampingnya.

Daniel yang tahu pasti arti tatapan dari tuannya langsung bergerak membuka pintu ruangan tuannya. Dia pun terkejut melihat kedatangan para bodyguard tuannya.

"Masuklah, tuan sudah menunggu kedatangan kalian" tukas Daniel dengan pandangan tertuju pada wanita yang sepertinya sedang terpengaruh obat bius.

Mereka bergegas masuk ke dalam ruangan tuannya dan meletakkan wanita yang sedang terpengaruh obat bius itu di atas sofa. Wanita itu tidak lain adalah Sophia.

Andreas mengibaskan tangannya meminta mereka untuk keluar dari ruangannya. Kemudian dia bangkit dari duduknya dan langsung menyambar segelas air putih yang selalu tersedia di atas meja kerjanya, lalu mendekati Sophia.

Tanpa aba-aba Andreas langsung menyiramkan segelas air putih ke wajah Sophia, hingga membuat Sophiat terbangun dan tampak gelagapan dengan wajahnya yang basah.

Sophia terlonjat kaget melihat ruangan yang begitu asing baginya. Hingga pandangannya terhenti pada sosok pria asing yang sedang menatapnya tajam.

“Siapa kau? Untuk apa kau menculik ku, lalu membawaku ke tempatmu!” teriak Sophia dengan suara meninggi. Sedangkan Andreas hanya menyilangkan kedua lengannya di depan dada dengan tatapan intens mengarah pada Sophia.

“Kau tak tahu siapa aku!. Hei, lihat baik-baik wajahku, bodoh!. Apa kau sedang berpura-pura lupa dengan kejadian semalam atau kau sedang berusaha untuk mengelabui ku wanita jalang!" ucap Andreas dengan entengnya dan langsung mengarahkan pistolnya kearah Sophia.

Sophia terlonjat kaget mendengar ucapan Andreas. Seketika dia teringat dengan kejadian semalam. Kedua matanya melotot sempurna, Sophia baru menyadari wajah pria brengsek yang menciumnya paksa di club malam semalam.

"Ingat baik-baik, hanya hitungan menit saja pistol ku siap merobek tubuhmu. Karena aku sendiri yang akan melenyapkanmu” ucap Andreas dengan ancamannya, tatapannya begitu mengintimidasi.

“Aku tidak takut mati!” tantang Sophia dengan tatapan dingin. “Jika kau ingin membunuhku, maka lakukanlah sekarang” tambah Sophia tak kenal takut.

“Wow, kau wanita pertama yang berani melawanku” ucap Andreas tersenyum smirk. “Baiklah, aku akan mengabulkan keinginanmu. Tapi, sebelumnya aku mau bermain-main terlebih dahulu dengan anak penyakitan” ejeknya lalu menyalakan layar LCD nya hingga terpampang jelas sosok anak balita yang tak lain adalah Noah ( putra Sophia) sedang tertidur di ruang perawatannya dan dikelilingi para pria bertubuh tegap, dimana masing-masing pria itu membawa pistol ditangannya.

“Tidak! Jangan sakiti putraku” teriak Sophia dengan mata memerah memancarkan amarah melihat kegilaan yang akan dilakukan oleh pria brengsek itu.

“Ha ha ha, akan jauh menarik jika aku bermain-main dengan putramu. Bukankah dia lebih baik mati daripada hidup dengan kondisinya yang sangat menyedihkan. Walaupun ribuah kali kau menjual diri, tetap saja dia akan mati” ucap Andreas dengan ejekannya sambil memainkan pistol di tangannya.

Sophia mengepalkan tanggannya mendengar ejekan Andreas. Namun sekuat tenaga dia berusaha untuk mengontrol emosinya, pasalnya anaknya sedang dalam bahaya.

“Tolong lepaskan putraku, dia sama sekali tidak tahu apa-apa. Jika kau ingin membunuhku, maka lakukanlah sekarang" ucap Sophia dengan tatapan memohon dan akan melakukan apapun demi melindungi putranya.

“Baiklah, jelas aku akan membunuhmu. Tapi, sebelum membunuhmu, aku akan memberikan penawaran untukmu” ucap Andreas menyeringai licik lalu mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya.

“Kemarilah dan duduk dipangkuanku” ucap Andreas dingin sambil melambaikan tangan pada Sophia agar wanita itu mendekat. Bahkan tak lupa menepuk pahanya untuk meminta wanita itu duduk di pangkuannya.

Dengan ragu Sophia melangkah pelan menghampiri Andreas, semua itu dia lakukan demi keselamatan putranya. Harga dirinya benar-benar runtuh seketika saat Andreas menarik tangannya dan sekejap tubuhnya langsung jatuh dalam pangkuan Andreas.

Seketika pandangan mata mereka bertemu, namun secepat kilat Sophia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, membuat Andreas tersenyum smirk melihat tingkah Sophia.

“Aku ingin kau melayaniku!" bisik Andreas sambil meniup daun telinga Sophia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status