Wwoooaahh, pantai Korea Selatan memang indah banget! Kita sudah mengarungi perjalanan darat menggunakan bus, kurang lebih satu jam untuk sampai di Hamdeok Beach yang terkenal ini!Hari pertama di sini, Akang memang sudah berencana untuk membawa kita liburan ke pantai.Dia berkata, "lakukan apapun yang kamu mau. Liburan ini, adalah milik kamu Ay!" Mendengar itu, membuat hatiku sangat berdebar.Di pantai, layaknya pasangan muda mudi, kita saling melempar dan mencipratkan air laut, berlarian seperti dua anak kecil yang tidak tahu pahitnya kehidupan di dunia.Dia bahkan membuatkan aku istana pasir yang tinggi saat kita berinisiatif untuk bermain pasir. Dia menulis kata "ana uhibbuka fillahi, Reynata" dengan tulisan arab di atas pasir lalu memfotonya. Ah, kita juga mencoba bermain permainan banana boat yang memang disediakan oleh pihak pantai. Aku berpegangan erat padanya di saat suamiku mulai menginjak pedal gas perahu karet itu.Hari yang tidak akan pernah terulang lagi, hari di mana aku
Rekaman itu dengan santainya aku putar, dan gak tahu bahwa isinya adalah aib lima tahun yang lalu.*Gue pergi duluan, ya! Gue gak kuat hadapin kenyataan tentang perjodohan yang dilakukan ayah. Gue gak bisa merelakan mimpi gue! *Titip pesan buat bokap gue itu, supaya menyesali perbuatannya di samping mayat gue.*Sumpah, rasa malu yang aku rasakan saat ini, gak bisa diuraikan dengan bahasa apapun. Aku lebih suka mengebor lantai, terus mengubur diri, daripada Akang harus melihat wajah kepiting rebus ini!"Gak lucu ah!" "Kenapa? Saya suka kok dengarnya, kamu hari itu jujur banget dan apa adanya."Iya kamu sih suka, aku yang malu tapinya, wahai suamiku. "Hapus ah, nanti Rey kasih rekaman yang lebih bagus aja.""Gak mau!!! Gak ada yang lebih bagus dari ini!" kata dia mengambil lagu ponselnya, dan tersenyum jahil padaku. Duh, ustadz! belajar dari mana sih pintar banget menggoda istrinya? Aku aja sampai kalah loh!Aku hanya memberinya ekpresi merenggut menahan tawa, yang sebetulnya aku se
Karena agenda yang akan kita jalani hari ini adalah bermain ice catting di salah satu Mall besar Gangnam, maka aku dan Akang harus menggunakan pakaian dan jaket yang lebih tebal, juga sarung tangan dan syal. Untung bukan pas musim dingin, jadi gak terlalu menusuk udara dinginnya.Seperti biasa, kita bersiap-siap dan harus berangkat pukul 10 pagi, supaya tidak ketinggalan sholat Dzuhur lagi.Akang ganteng banget sih, dia menggunakan jaket tebal warna dongker, sedangkan aku warna maroon tua, kapan coba dia siapkan ini semua? "Ayok! Taksi yang saya pesan, sudah ada di depan hotel.""Gabsida!" (Ayok, dalam bahasa Korea.)"Apa itu? Pakai bahasa yang benar aja lah! Nanti saya kasih bahasa arab, bagaimana?""Ahhh!!! Ampun!" rengek aku dengan manja.Aku segera merangkul lengannya dan kami siap berangkat perpetualang sebelum masa liburan ini habis.**Pertama kalinya bagiku main beginian sama suami tercinta, biasanya sama Clara, Nadine, dan mantan-mantan aku. Sekarang, mereka sudah bahagia de
"Oh my god, lo Reynata kan? Lo ada di Korea? Tempat impian lo?"Suaranya yang nyaring itu sukses menyita perhatian Akang, dan dalam sekejap dia menoleh ke arah aku dengan tatapan yang bingung."Ceritanya panjang, saya kenalin ke seseorang dulu."Karena Akang udah ngasih tatapan yang gak enak, aku pun langsung menarik paksa Pak Danu ke tempat duduk kita."Lama gak dengar kabar lo Kim Rey, tau-tau ada di sini?"Aku mendengar dia berbicara, tapi gak aku hiraukan sebelum aku mengenakan dia lebih dulu ke suamiku."Akang, kenalin ini Pak Danu, dulu dia manager aku di Hero Entertainment."Akang langsung berdiri dan menyambut kehadiran Pak Danu dengan penuh hormat, seperti yang biasa dia lakukan. Hanya saja, setelah itu dia menarik aku ke sisinya, dan aku paham bahwa dia mau berkata kalau aku dan Pak Danu bukan muhrim."Oh, ini suami resek yang mau dijodohin sama lo itu bukan sih?" Aduh mulutnya kenapa masih setelan lima tahun yang lalu sih? Dia sekarang bukan suami resek, tapi suami yang pen
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya