Satu Minggu telah berlalu, pagi ini Marc sedang mengemas pakaian ke dalam koper. Pria tampan berusia 40 itu akan berangkat ke luar kota untuk urusan bisnis."Biar aku bantu Om," tawar Amira dengan tulus."Hum," sahut singkat Marc.Amira menyusun semua perlengkapan Marc ke dalam tas. Tak lupa ia memasukkan parfum kesukaan Marc yaitu Clive Christian, walupun Amira baru 2 Minggu hidup bersama Marc! Ia sudah hapal kebiasaan dan kesukaan pria tampan itu."Jangan lupa, kemas pakaianmu," ucap Marc tiba-tiba.Amira menghentikan gerakan tangannya, kepalanya berputar untuk melihat Marc yang sedang merapikan dasi di depan cermin meja rias."Untuk apa Om?" Tentu Amira bertanya!"Selama aku di luar kota, kamu akan tinggal di apartemen," jawab Marc tanpa melihat lawan bicaranya."Kenapa harus tinggal di sana Om?" Amira lagi-lagi bertanya.Marc menghela napas, "Lakukan saja apa yang aku perintahkan," ucapnya."Baik Om." Amira pun menutup mulut dan tak bertanya lagi.Ia segera mengemasi barang-barang
Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 7 malam, saat ini Amira sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi. "Ting-nong." Suara dering ponsel.Amira meraih ponselnya dari atas meja, bibirnya terangkat setelah melihat nama yang muncul di sana."Iya Rib," ucap Amira setelah mengusap layar ponselnya."Ra kamu di mana? Eh aku mau bicara sesuatu, pasti kamu terkejut," cerocos Eribka dari seberang sana."Bicara apa? Kenapa aku harus terkejut? Apa sesuatu yang mengerikan?" Amira balik menjajah sahabatnya dengan berbagai pertanyaan."Kamu tahu gak, sekarang aku di mana? Terus sama siapa?" Suara Eribka terdengar semangat."Mana aku tahu, memang kamu di mana? Sama siapa?" tanya Amira yang penasaran."Lagi di apartemen, sama adik ipar kamu.""Ha...." Amira terkejut, "Sama Marcell?" lanjutnya untuk memperjelas."Iya, sebentar lagi kita akan jadi kakak adik. Doain ya?" canda Eribka dari seberang sana."Tapi Rib...." "Udah dulu ya Ra, Marcell datang," sela Eribka yang langsung memu
"Marcell," ucap Amira dengan wajah bingung."Selamat malam Kakak ipar," balas Marcell menyapa Amira.Ia tersenyum yang membuat jantung Amira tak menentu di dalam sana. Ada rasa takut hingga membuatnya lupa mengajak Marcell untuk masuk."Malam," balas Amira dengan singkat."Apa saya boleh masuk?" tanya Marcell."Ha, si... silahkan." Amira membuka pintu lebar-lebar, mempersilahkan Marcell untuk masuk.Ia mengantar Marcell ke ruang tamu, lalu melangkah menuju dapur untuk membuatkan teh dan cemilan yang ada di dalam lemari pendingin."Silahkan diminum tehnya," ucap Amira sambil menaruhnya di atas meja."Terima kasih Kakak ipar," jawab Marcell.Ia meraih gelas dari atas meja, lalu menyesal teh buatan Amira. Namun matanya tidak berhenti menatap wajah cantik Amira."Oh iya, bukannya Kakak ipar ikut dengan kak Marc ke Prancis?" tanya Marcell setelah kembali menaruh tehnya di atas meja.Wajah Amira sedikit berubah, ia terdiam sambil memikirkan jawaban apa yang harus ia katakan."Aku tiba-tiba
Tanpa terasa satu hari telah berlalu, ia sedang duduk di ruang tamu sambil menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Marcell, sebab pria itulah yang disuruhnya datang ke sana.Seperti yang dijanjikan Marcell, tepat pukul 7 lewat 30 menit ia sudah tiba di apartemen. Tanpa basa-basi ia langsung mengecup bibir Amira saat wanita cantik itu membukakan pintu untuknya.Amira hanya pasrah, ia mengusap bibirnya lalu mengikuti Marcell ke ruang tamu. Keduanya duduk dengan posisi saling berhadap-hadapan."Aku sudah menduga, kamu pasti menerima tawaran dariku," ucap Marcell yang membuka mulut terlebih dahulu."Aku sedang butuh uang," jawab Amira tanpa ekspresi."Berapa yang kamu butuhkan?" tanya Marcell.Amira terdiam, ia ragu untuk mengatakannya karena jumlah uang yang ia butuhkan bukanlah sedikit. "Kamu butuh berapa, hum..?" Marcell kembali bertanya karena tak ada jawaban dari Amira."Tujuh puluh lima juta," jawab Amira ragu-ragu.Marcell tersenyum, "Ok, kamu bisa mendapatkan uangnya setelah k
"Amira," panggil Marc yang berdiri di pintu.Amira yang sedang fokus menatap foto, menjerit karena terkejut, "Aw....""Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah aku sudah melarang kamu untuk tidak masuk ke kamar ini? Apa kamu tidak mendengarnya?" Marc menjajah Amira dengan berbagai pertanyaan.Wajahnya terlihat kesal dan marah, bahkan ia langsung mendorong Amira ke luar lalu menutup pintu dan menguncinya."Aku minta maaf Om," sesal Amira.Jelas Amira minta maaf, bukankah suatu kelancangan masuk ke kamar orang tanpa pamit? Apalagi Marc sudah melarangnya untuk memasuki kamar itu."Bereskan pakaianmu, kita akan kembali ke kediaman Louis." Marc bukannya merespon kata maaf dari Amira, ia justru meminta wanita cantik itu untuk mengemas barang-barangnya."Tapi bukannya Om ada urusan?" tanya Amira."Sebelum pergi, aku akan mengantarmu pulang," jawab Marc.Akhirnya pria tampan itu mengundur pertemuannya dengan klien demi mengantar Amira kembali ke kediaman Louis. Marc kesal karena Amira telah me
Waktu telah menunjukkan pukul 5 sore, Amira yang duduk di sofa sambil menonton televisi, terkejut karena seseorang membuka pintu kamar tanpa mengetuknya terlebih dahulu."Nyonya," panggil Amira setelah melihat orang yang membuka pintu adalah Caterina.Wanita tua itu tidak hanya sendiri, ia datang bersama Karra. Keduanya menghampiri Amira dan duduk dengan posisi saling berhadap-hadapan."Amira, ambil ini." Caterina menaruh sebuah kertas di atas meja.Mata Amira berputar untuk melihat kertas kecil itu, di sana tertulis angka 2 ratus juta rupiah lengkap dengan sebuah tanda tangan."Kamu bisa memiliki uang itu, asal kamu ke luar dari rumah ini dan pergi dari kota ini," lanjut Caterina.Amira terdiam, seketika ia mengingat tujuannya bekerja sama dengan Marc hanya semata untuk mendapatkan uang. Jika ia menerima tawaran Caterina! Ia sudah pasti mendapatkan uang sebanyak 2 ratus juta tanpa harus bersandiwara setiap hari.Tawaran Caterina benar-benar menggiurkan, apalagi saat ini Amira sangat
Satu malam Amira tidak bisa tidur, perbincangannya dengan Hanum berputar-putar di kepalanya. Ia memiringkan tubuhnya untuk mencari posisi aman, namun matanya tak sengaja melihat Marc yang tertidur pulas di atas tempat tidur."Om Marc benar-benar tampan, mbak Adella pasti menyesal meninggalkannya," bisik dalam hati Amira.Ia dengan lembut menurunkan kedua kaki dari atas sofa, melangkah menghampiri Marc ke tempat tidur. Matanya tak berkedip memperhatikan wajah Marc yang begitu tampan, namun dibalik ketampanan itu tersimpan seribu kesedihan."Apa kamu sudah puas memandangku?" Marc tiba-tiba membuka mulut yang membuat Amira terkejut sekaligus malu."Um...ta...tadi ada nyamuk Om," jawab asal Amira yang langsung kembali ke sofa.Ia baringkan tubuh mungilnya di atas sofa, lalu menutupnya dengan selimut. Sementara Marc hanya tersenyum melihatnya.Malam pun berlalu begitu cepat, saat ini waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Amira yang merasa perutnya keroncongan, bergegas ke dapur untuk membuatkan
Tentu Amira bertanya, karena Marc menghentikan mobilnya di parkiran sebuah butik."Kita akan membeli pakaian untukmu," jawab Marc yang langsung membuka pintu mobilnya.Kali ini Marc menyetir sendiri, sebab Bagus sopir pribadinya sedang tidak enak badan. Di kediaman Louis ada beberapa sopir, tetapi Marc hanya mempercayai Bagus."Pakaian untuk apa Mas?" Amira kembali bertanya.Marc yang sudah melangkah terlebih dahulu seketika berhenti, tubuh kekarnya berputar untuk melihat Amira yang mengikutinya dari belakang."Untuk kamu pakai nanti malam," jawab Marc."Apa harus pakai baju baru?" Lagi-lagi Amira bertanya."Tidak," jawab singkat Marc.Ia meminta pelayan bukti untuk memilihkan beberapa gaun yang cocok untuk Amira."Terus, kenapa harus beli baju baru?" Marc memutar kepala, ditatapnya Amira dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Seketika membuat Amira terdiam, lalu mengikuti pelayan toko menuju ruang ganti. Dari 5 gaun yang dicoba oleh Amira, tak satupun yang menarik perhatian Mar