Share

CHAPTER 5

Penulis: Thata Chan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 09:53:31

"Jangan sentuh saya, Dokter!"

Penolakan yang ditunjukkan oleh Giana, membuat Dokter Antares langsung mengangkat kedua tangannya dan mundur perlahan dari posisinya.

Wajah Dokter muda itu memerah, ia merasa kaget melihat reaksi dan respon Giana terhadapnya. Ia tak menyangka, jika Giana menolak sentuhannya. Setelah ini, bagaimana caranya ia akan memeriksa keadaan gadis itu.

Melihat air muka Dokter Antares, Bu Fatma segera mendekati putrinya dan menyentuh lengannya dengan lembut.

"Gia, ini Dokter Antares. Dokter baik yang selama ini membantu dan merawat kamu," ucapnya. Suaranya pelan, berusaha memberikan pengertian pada putrinya yang sepertinya mengalami trauma.

"Gia tidak ingin di sentuh oleh lelaki manapun lagi, Ma. Carikan Dokter wanita saja," pinta Giana. Napasnya semakin memburu, menunjukkan jika dirinya benar-benar ketakutan sekarang.

Dokter Antares yang berdiri di posisinya, tampak termangu. Ia menatap dengan tatapan matanya yang begitu dalam pada wajah pucat Giana yang kembali di banjiri oleh air mata.

"Jangan takut, Gia. Saya akan mengalihkan tugas dan tanggungjawab saya pada Dokter Lucia," ucap Dokter Antares. "Setelah ini, dia yang akan merawat kamu. Bahkan, saya juga akan meminta pusat untuk menugaskan perawat wanita yang hanya boleh masuk ke ruangan ini." imbuhnya.

Sebagai seorang Dokter, ia berusaha untuk tetap profesional dalam menjalankan tugasnya. Tugasnya adalah membuat pasien merasa aman dan nyaman, jadi mana mungkin ia akan membiarkan Giana semakin tertekan.

"Bu, saya permisi. Nanti Dokter Lucia yang akan datang kemari untuk menggantikan tugas saya memeriksa keadaan Giana," kata Dokter Antares pada Bu Fatma.

Bu Fatma menganggukkan kepalanya. Ada rasa tidak enak hati terhadap Dokter Antares yang mendapatkan perlakuan tidak mengenakan dari putrinya.

"Atas nama Giana, saya minta maaf atas sikap tidak mengenakan yang telah Dokter terima," ucap Bu Fatma.

"Tidak apa, Bu. Saya mengerti sekali dengan kondisi Giana saat ini. Lagi pula, Ibu tidak perlu khawatir, karena mulai hari ini akan ada petugas kepolisian yang menjaga dan memantau Giana selama 24 jam!" tutur Dokter Antares seraya mengulas senyum.

Setelah berbicara dengan Bu Fatma, Dokter Antares berbalik dan melangkah pergi dari ruangan rawat tersebut.

Pria itu berjalan dengan santai, di tangannya membawa alat medis yang sebelumnya akan ia gunakan untuk memeriksa kondisi Giana.

"Apakah Giana mengetahui dan merasakan sesuatu?" gumam Dokter Antares.

Pikirannya kini tertuju pada respon Giana yang diduganya mengetahui sesuatu. Jelas semua itu terlihat dari reaksinya saat di sentuh, ia merasa begitu tertekan dan ketakutan.

"Aku tidak boleh diam saja, semua ini harus segera diatasi!"

Tak ingin larut dalam pemikirannya, Dokter Antares pun mempercepat langkahnya. Ia menuju ruangan Dokter Lucia dan meminta senior sekaligus rekannya itu untuk memeriksa keadaan Giana.

***

Penyidikan terus dilakukan, bahkan tidak ada seorangpun yang dilewatkan dari pemeriksaan. Tak hanya itu saja, keamanan rumah sakit tersebut pun ikut dipertanyaan.

Dokter Antares selaku Dokter yang bertanggungjawab menangani Giana selama koma, tidak lepas dari pengawasan tim penyidik.

Meskipun ia selalu bersikap normal dan tidak menunjukkan keanehan sama sekali, tetapi selaku orang yang memiliki akses paling dekat dengan pasien, Dokter Antares adalah orang yang patut di curigai.

"Anda yang merawat pasien Giana selama ini, jadi bagaimana mungkin kehamilannya tidak terdeteksi sejak awal?!"

Pertanyaan bernada tegas dan merujuk pada sebuah penekanan tersebut dilontarkan oleh Inspektur Raka pada Dokter Antares yang terlihat begitu tenang dan santai di posisinya.

"Pertama, saya bukan Dokter spesialis kandungan dan anak, Pak Inspektur. Kedua, saya selalu bekerja dengan baik sesuai dengan prosedur rumah sakit," jawab Dokter Antares. "Jika Pak Inspektur ingin bukti, silahkan lihat hasil catatan medis pasien selama ini." Imbuhnya dengan mata yang menatap serius pada Inspektur Raka.

Tangan Dokter muda itu menyodorkan hasil catatan medis Giana selama ini, bukti jika Giana selalu menjalani pemeriksaan rutin.

"Anda yakin tidak ada manipulasi dalam catatan medis ini?" tanya Inspektur Raka.

"Tuduhan macam apa ini, Pak Inspektur? Saya merasa jika anda menganggap saya sebagai seorang terdakwa atas kasus ini!" timpal Dokter Antares.

Keadaan ruangan kerja Dokter Antares terasa begitu tegang. Inspektur Raka selalu saja menanyakan hal-hal yang menunjukkan jika Dokter Antares adalah pelaku pelecehan Giana. Entah apa tujuan pria itu, memancing pelaku sesungguhnya atau memang menganggap jika Dokter Antares adalah orang yang memang harus bertanggungjawab atas semua yang terjadi pada Giana?

Setelah merasa cukup, Inspektur Raka pun menyudahi penyidikannya hari itu.

"Sudah cukup untuk hari ini! Terima kasih atas waktu anda, Dokter Antares. Selamat siang dan selamat bertugas kembali!"

Pria itu beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan Dokter Antares, diikuti oleh asistennya dibelakangnya.

Melihat Inspektur Raka dan asistennya pergi, Dokter Antares mengulas senyum dan geleng-geleng kepala.

"Lakukan pemeriksaan ulang, lihat hasil rekaman CCTV secara mendetil, jangan sampai ada yang terlewatkan. Satu lagi, awasi terus gerak-gerik Dokter Antares!" perintah Inspektur Raka pada asistennya dengan tegas.

"Kenapa Pak Inspektur terlihat yakin sekali jika Dokter Antares adalah pelakunya? Bukankah dari bukti-bukti yang ditemukan, pelaku pelecehan pasien Giana a-"

"Lakukan saja apa yang saya perintahkan!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinodai Saat Koma   CHAPTER 21

    Beberapa hari kemudian, sidang pengadilan atas kasus yang menimpa Giana di langsungkan. "Sidang perkara pidana pengadilan Negeri x x yang memeriksa dan mengadili perkara pidana nomer sekian atas nama terdakwa Cristian Antares Wilson, dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum." Tuk, tuk, tuk! Suara ketukan palu Hakim ketua, terdengar keras, memenuhi seantero ruangan sidang tersebut. "Penuntut umum, apakah terdakwa sudah siap?" tanya Hakim ketua pada Jaksa penuntut umum."Siap, Yang Mulia!" sahut Jaksa penuntut umum dengan suaranya yang terdengar lantang dan tegas. "Apakah penasehat hukum siap mengikuti persidangan?" tanya Hakim ketua lagi. Ia beralih pada pengacara hukum Dokter Antares yang hadir. Pengacara Hukum Dokter Antares yang bernama Fernando itu menganggukan kepalanya. "Siap, Yang Mulia!" timpal Fernando dengan tegas seraya tersenyum tipis.Pria itu berdiri sejenak dan kembali duduk pada posisinya semula. "Kepada Penuntut umum, dipersilahkan menghadirkan terdakwa untuk m

  • Dinodai Saat Koma   CHAPTER 20

    "Semua ini adalah awal, Gia. Saya pastikan, jika kamu dan bayi itu tidak akan pernah lepas dari saya. Saya mencintai kamu, dan percayalah jika kita ditakdirkan oleh Tuhan untuk bersama." Giana yang kini berada di ruangan rawatnya dan dijaga oleh Bu Fatma serta Dokter Lucia, tampak termenung di atas ranjangnya. Gadis itu memikirkan kata-kata yang di bisikan oleh Dokter Antares sebelum menyerahkan diri pada petugas kepolisian. "Tuhan, siapa sebenarnya Dokter itu? Apakah sebelumya Gia pernah mengenalnya?" batin Giana bertanya-tanya. Pikirnya, jika memang Dokter Antares mencintainya. Lalu kenapa melakukan hal keji seperti itu padanya? Menodainya yang sedang koma sampai mengandung dan membuat kehidupannya menderita."Gia, tidurlah. Hari sudah larut," ucap Bu Fatma. "Kamu harus menjaga kesehatan, ingat ada janin di rahin kamu." Suaranya pelan dan terdengar begitu penuh kasih sayang. Perkataan Bu Fatma, menyadarkan Giana dari lamunannya. Gadis itu menganggukkan kepalanya dan beringsut

  • Dinodai Saat Koma   CHAPTER 19

    "Berhenti di tempat, Dokter Antares. Tempat ini sudah kami kepung!" Peringatan melalui pengeras suara yang menggema, membuat Dokter Antares yang menggenggam erat pergelangan tangan Giana itu memejamkan matanya. "Ck! Sudah kukatakan tadi 'kan? Cepat sedikit, Gia! Tapi kamu tidak mendengarkan," kata Dokter Antares pada Giana dengan pelan. "Saya harus apa sekarang?" tanyanya.Giana menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ia yang ketakutan, tidak berbicara sepatah katapun pada Dokter Antares. "Baiklah, saya tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada kamu dan bayi kita. Jadi— saya akan menyerahkan diri pada petugas-petugas sampah itu," kata Dokter Antares dengan suaranya yang terkesan di tahan. Pria itu berbicara sembari melepaskan Giana dan berdiri diam pada posisinya. Tetapi, sebelum itu, mendekatkan wajahnya pada Giana dan membisikkan sesuatu. Entah apa yang ia katakan, yang jelas, bisikannya mampu membuat tubuh Giana seolah membeku. Melihat Dokter Antares diam, tim kepolisian yan

  • Dinodai Saat Koma   CHAPTER 18

    "Dokter Antares!" Suara keras Bu Fatma, spontan membuat Dokter Antares melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tangan Giana. Pria itu menatap datar pada wanita setengah baya berada tidak jauh dari posisinya dan Giana berada."Apa yang Anda lakukan, Dokter Antares? Lepaskan putri saya!" tekan Bu Fatma. Suaranya bernada tinggi tetapi terdengar bergetar. Ia mencampurkan kemarahan dan kekhawatiran yang saat ini tengah ia rasakan.Wanita itu tidak habis pikir mengapa Dokter Antares yang selama ini ia percayai, melakukan tindakan yang mengancam yang begitu di luar dugaan.Selama Giana dirawat di rumah itu, Dokter Antares merawatnya dengan baik. Bahkan, pria itu tak menunjukkan kejanggalan sedikitpun. Sikap dan caranya sangat normal seperti dokter pada umumnya. Namun nyatanya, Dokter Antares berbeda. Ia sangat-sangat mengerikan, rasanya sulit sekali untuk percaya, jika ia telah melakukan tindakan diluar dugaan. Dokter Antares hanya tersenyum tipis, seolah-olah tidak terpengaruh oleh lu

  • Dinodai Saat Koma   CHAPTER 17

    Tap, tap, tap! Sepasang langkah kaki terdengar mengetuk-ngetuk lantai koridor rumah sakit yang sunyi, bunyi tersebut terus terdengar. Derap langkah kaki tersebut adalah milik seorang pria berpawakan tinggi yang memakai celana jeans dan juga jaket berwarna hitam, bahkan wajahnya sengaja ditutupi oleh masker agar tidak dikenali oleh orang-orangnya yang melihatnya.Dengan langkahnya yang begitu santai, pria itu berjalan lurus menyusuri koridor rumah sakit. Kedua tangannya sengaja ia masukkan ke dalam saku celana, menambah kesan santai pergerakannya saat ini.Langkah pria itu membawanya menuju ruangan rawat nomer 13, yaitu ruangan di mana Giana di rawat selama ini. Ya, pria itu adalah Dokter Antares. Ia benar-benar datang seperti perkataannya pada Giana siang tadi. Datang untuk menjemput gadis itu dan membawanya pergi jauh dari rumah sakit itu.Tiba di depan ruangan rawat Giana, Dokter Antares menghentikan langkahnya sejenak. Ia tampak menyapu area sekitar tempat itu dengan pandangan m

  • Dinodai Saat Koma   CHAPTER 16

    "Dokter Antares mengajukan cuti pagi tadi. Katanya ada masalah mendesak, adiknya yang berkuliah di luar negeri mengalami kecelakaan, Pak Inspektur!" Perkataan tersebut terlontar dari mulut petinggi rumah sakit yang memberikan izin cuti pada Dokter Antares. Pria itu berbicara pada Inspektur Raka yang datang ke rumah sakit setelah dihubungi oleh Dokter Lucia."Sial! Ternyata Dokter Antares benar-benar licik," kata Inspektur Raka. "Dia sengaja izin cuti karena ingin menghindari tes DNA dan juga investigasi lanjutan!" imbuhnya. Sorot matanya yang tajam, menunjukkan kekesalan pada sosok Dokter Antares yang ternyata begitu licik."Apa benar-benar sudah terbukti jika Dokter Antares adalah pelaku pelecehan pada Pasien Giana, Pak Inspektur? Kenapa anda terlihat begitu cemas dengan kepergiannya?" "Ada beberapa bukti yang akurat, salah satunya adalah bukti rekaman yang menunjukkan jika Dokter Antares adalah orang yang memasukan selembar kertas berisi permintaan maaf pada Pasien Giana. Lalu, ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status