Seorang wanita memakai daster abaya mengetuk pintu kamar putranya berkali-kali. Dia begitu mengkhawatirkan kondisi putranya yang sudah beberapa hari mengurung diri di kamar dengan cahaya temaram. “Attar, bukalah!” seru Hj Rohana dengan suara nyaring. Sengaja, agar Attar menyahut dan segera membukakan pintu kamar.Attar pun beringsut dari posisi rebahan, berdiri lalu berjalan malas untuk membukakan pintu kamarnya.“Apa?” Attar bertanya dengan raut yang menyedihkan. Wajahnya pucat pasi, rambutnya acak-acakkan dengan pakaian yang lusuh.Hj Rohana hanya mendecak pelan melihat penampilan putra sulungnya yang rupawan terlihat mengenaskan.“Bersiap-siaplah! Mandi dan pakai pakaianmu ini. Akad nikah akan tetap berlangsung! Itu maumu ‘kan?”Attar terkesiap menatap netra sang ibu. Tak percaya dengan apa yang didengarnya.“Maksud Ummah?” tanya Attar dengan antusias.“Iya, kau akan tetap menikah hari ini. Ijab qabul seperti yang sudah direncanakan,”“Tapi aku malu … Nuha mengira aku tidak mener
Nuha menolak diajak periksa ke dokter kandungan. Dia terlihat sangat terkejut saat Darren menyadari jika dirinya hamil. Nuha merasa tak pernah memberitahunya, dia juga baru tahu sekarang setelah memeriksanya dengan testpack.Darren tak ingin memaksanya mungkin Nuha saat ini belum sepenuhnya menerima kondisinya yang tengah berbadan dua. Yang pasti terlihat ada banyak perubahan yang terjadi padanya, suasana hatinya berubah-ubah, terkadang begitu gembira dan sedih tiba-tiba. Oleh karena itu Darren berusaha memahaminya.Hanya saja Darren tampak sangat protektif pada Nuha. Nuha dilarang menyentuh perabotan dapur dan asupan gizinya dijaga ketat oleh nutrisionis yang biasa menangani Jonathan. Darren seorang pemuda yang sabar dan perhatian.Saat malam menjelang, Nuha segera merapikan ranjang dan mengganti sprei dengan sprei yang baru. Beberapa bunga segar yang dipetik dari taman ditaruh di dalam vas bunga di atas nakas agar menciptakan suasana alam yang segar, baik untuk relaksasi. Nuansa ka
“Katanya mau mijitin,” omel Nuha. Nuha menggeser duduknya dan bersandar pada bantal yang ditumpuk. Lalu dia pun sama terbengong kala menatap Darren yang menatap kakinya.Nuha merenung sejenak. Darren adalah suaminya maka halal baginya untuk melihat auratnya.“Tak apa aku membuka kaos kakimu?” tanya Darren dengan perasaan gamang.Nuha hanya mengangguk.Perlahan, dengan perasaan gugup yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata , Darren melepas satu per satu kaos kaki yang membalut kaki Nuha lalu melipat celananya sedikit ke atas hingga memperlihatkan betisnya. Kakinya seperti kaki bayi, putih bersih dan kenyal, ada bulu-bulu halus yang terlihat indah. Darren tak bisa membayangkan jika harus membuka yang lain. Darren seorang pria dewasa, yang kadangkala pikirannya senang berkelana. Dia pun teringat nasehat Koko Jimmie untuk beristighfar saat pikirannya terkontaminasi.Darren mengolesi kaki Nuha dengan minyak zaitun lalu memijatnya dengan lembut, tak ingin bersikap kasar. Dia ingin membua
Daniel terperanjat tatkala mendapati sang ibu tengah duduk di sofa ruang tamu flat miliknya dengan bersilang kaki.Kinan terlihat masam, pertanda dia tengah marah pada sang anak. Sudah sejak lama Kinan berusaha meredam amarah pada putra kandung satu-satunya tersebut. Rasanya semakin dipendam semakin bergolak sehingga ingin sekali meledak manakala menemukan fakta tentang putranya yang sudah bertindak terlalu jauh.“Mom, ngapain di sini?” tanya Daniel berbasa-basi. Dia berjalan gontai menuju kamarnya setelah menyapa singkat sang ibu, berusaha mengabaikan keberadaan sang ibu yang mengintimidasi. “Duduk! Mom mau bicara!” tegas Kinan dengan intonasi penuh penekanan. Suara Kinan memutus langkah Daniel menuju kamarnya.Melihat ekspresi sang ibu yang seolah akan menelannya hidup-hidup, membuat Daniel menurut. Daniel pun berbalik arah dan duduk di sofa seberang sang ibu.“Jawab dengan jujur!” cecar Kinan menatap sang anak dengan tatapan tajam setajam mata pisau.Daniel hanya berjengit dan tak
Sebulan kemudian, setelah dirasa kondisi Jonathan Dash membaik, Darren menghampiri ayahnya yang tengah membaca surat kabar di teras rumah. “Dad, apa aku mengganggu?” Darren mengenyahkan bokongnya di sofa yang berada di samping sang ayah. Jonathan membuka helai berikutnya surat kabar. “Katakan ada apa!” sahut Jonathan dengan suaranya yang kharismatik. “Dad, kenapa tak bilang jika anaknya Hj Ilyas itu Muhammad Attar?” Darren mengungkapkan kegelisahan hatinya. Mata Jonathan beralih dari surat kabar menuju putranya. Dia melipat kacamata bacanya dan melipat kertas surat kabar lalu menaruhnya di atas meja. “Muhammad Attar itu calonnya Nuha …” tukas Darren membuat Jonathan terkesiap. “Terus?” Jonathan berusaha menepis perasaan terkejutnya seperti biasa. Ditanggapi biasa oleh sang ayah, Darren tak bisa meneruskan lagi keluhannya. “Gak apa-apa,” pungkas Darren kemudian. Jonathan melangkah masuk ke dalam rumah lalu mengambil sesuatu dari atas lemari. “Daddy ingin merayakan resepsi
Hari ini jadwal keberangkatan Nuha dan Darren ke Turki. Entah mengapa Nuha tak kuasa menolak permintaan Jonathan Dash meski bertentangan dengan hatinya. Dia merasa iba pada mertuanya. Hati nuraninya tergugah tatkala melihat kondisi kesehatan Jonathan yang sempat bolak balik rumah sakit.Kala itu Jonathan tengah duduk termangu di atas kursi roda saat Nuha berjalan melewatinya sepulang kuliah. Melihat mertuanya terlihat melamun, Nuha mendekatinya dan menyapanya.“Dad, apa ada yang bisa aku bantu?” Nuha duduk di seberang Jonathan dan menawarkan bantuan.Jonathan terlihat menarik nafas panjang. Dia seperti kesulitan meraup oksigen sehingga terkadang untuk bernafas dia membutuhkan alat respirator seperti tabung oksigen yang selalu disiapkan di kamarnya.“Nuha, bisakah antar Daddy keluar, jalan-jalan di taman?” ucap Jonathan dengan nafas yang sedikit tersendat-sendat.“Tentu,”Nuha membantu Jonathan dengan mendorong kursi roda miliknya. Nuha berusaha menjadi menantu yang baik selama berada
“Nuha! Honey! Bangunlah!”Darren menepuk-nepuk pipi Nuha. Tiba-tiba Nuha mengerjap dan membuat Darren terkejut minta ampun.“Ayo! Kita jalan-jalan lagi!” ucap Nuha dengan antusias. Darren sampai terkejut melihat perubahan Nuha. Tadi dia pusing dan sekarang begitu bersemangat.“Ayo!” seru Nuha yang sudah terlihat baik-baik saja. Dia meninggalkan Darren yang dilanda bingung.“Ah, ada foto box, aku mau ya?”Nuha menemukan spot berfoto yang terletak tak jauh dari mall. Dia pun masuk ke dalam box itu setelah membayar terlebih dahulu.“Lah kok kau eh … Mas ikut?”Nuha dikejutkan oleh Darren yang tiba-tiba ikut masuk mengikuti Nuha.“Buat ngasih lihat ke Daddy, dokumentasi kalau kita benar-benar honeymoon, eh … berlibur, ralat,” jawab Darren dengan memeluk Nuha dari belakang lalu menaruh dagunya di pundak Nuha dan tersenyum ke arah kamera.“Pencitraan dulu!” ucapnya dengan mengabaikan ekspresi Nuha yang terlihat ketakutan.Nuha nyaris tak bisa bernafas saat Darren memeluknya dengan intim. N
Malam itu tak seperti biasanya, Kania merasa gelisah. Dia sendiri tidak tahu penyebab apa yang membuatnya gelisah. Dokter menyatakan bahwa dirinya telah sembuh dari sakit tifus yang dideritanya. Seharusnya dia merasa tenang dan tidur nyenyak karena minum obat. Namun pikirannya melanglang buana. Akibat daya tahan tubuhnya yang lemah, beberapa kali Kania dilarikan ke rumah sakit karena terserang bakteri tifus setelah sebelumnya terserang demam berdarah.Kania memikirkan Nuha yang tiba-tiba hilang tanpa ada kabar berita. Nuha menjadi sulit dihubungi. Kania beranjak dari tidurnya dan berjalan keluar ruang keluarga. Dia berniat akan menonton acara drama di saluran luar negeri langganannya. Semoga saja Kania beruntung, dia akan menemukan drama bagus yang bisa memperbaiki suasana hatinya.Kania duduk dan mengambil remot yang tergolek di atas meja lalu menekan tombol on. Televisi layar datar pun menyala. Dia mulai menikmati film dengan menyandarkan punggungnya pada sofa dan merentangkan kaki