Share

Bab 49

Author: Tiffany
last update Huling Na-update: 2025-07-03 21:18:13

"Jangan takut dan mundur." Suara itu terdengar tegas, nyaris seperti perintah yang tak bisa dibantah. Sadewa menghentikan langkah Alika dengan menahan lembut bahunya. Jemarinya yang besar dan kokoh merapat di sana, seolah menjadi perisai dari badai yang tak terlihat namun sedang mengarah langsung ke jantung perempuan itu. Ia membungkuk sedikit, mendekatkan wajahnya ke telinga kanan Alika dan membisikkan kalimat itu dengan tekanan emosi yang dalam.

"Jangan takut... dan jangan mundur," ulangnya lebih pelan namun penuh penegasan, seolah mengirimkan kekuatan melalui suaranya yang berat dan menenangkan.

Alika terdiam. Seluruh tubuhnya menegang. Pandangannya terpaku lurus ke depan, ke sosok lelaki yang tengah berjalan pelan namun pasti ke arahnya. Bagas.

Nama itu menggema di pikirannya, seperti palu godam yang menghantam dadanya bertubi-tubi. Nafasnya tercekat. Setiap langkah Bagas mendekat, seolah mengguncang jiwanya. Dunia terasa perlahan mengecil dan hanya menyisakan satu ruang sempit: a
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 68

    Langit sore menyemburatkan rona keemasan yang hangat ke seluruh penjuru halaman belakang kediaman keluarga Baskoro. Angin semilir menerpa dedaunan yang menggantung manis di sisi pagar taman. Udara begitu tenang dan damai, seperti sedang merayakan kebahagiaan yang mulai tumbuh perlahan di rumah megah itu. Di salah satu sudut balkon lantai dua, dua sosok pria duduk berhadapan dalam diam. Hanya suara cangkir yang sesekali beradu dengan meja kayu jati, dan aroma kopi hitam pekat yang baru saja diseduh memenuhi ruang kecil itu."Untuk kambing aqiqah-nya, Papa akan minta Pak Agus yang carikan," ujar Tuan Baskoro membuka pembicaraan, suaranya tenang namun penuh wibawa. “Beliau orang yang sangat bisa diandalkan. Paman Alika itu pasti akan memilihkan yang terbaik untuk aqiqah cucu Papa.” Ia meneguk kopinya dengan tenang sebelum melanjutkan, "Sekalian saja, kan? Resepsi dan aqiqah langsung dirayakan bersamaan. Hemat waktu, tenaga, dan momen yang tepat pula."Nada bicaranya terdengar mantap, seo

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 67

    Beberapa Bulan KemudianSenja turun perlahan, menyelimuti langit dengan semburat jingga yang hangat. Angin sore berhembus lembut, menyapu halaman belakang rumah keluarga Baskoro dengan semilir kesejukan yang menenangkan. Pepohonan bergoyang pelan, dan suara gemerisik dedaunan menjadi latar yang sempurna untuk sore itu.Di beranda lantai dua rumah besar itu, dua pria tengah duduk bersantai. Mereka menikmati secangkir kopi panas dan beberapa batang rokok yang masih mengepul perlahan. Aroma tembakau dan kopi menyatu, membentuk atmosfer maskulin yang penuh keakraban dan kehangatan. Tuan Baskoro duduk dengan tubuh sedikit bersandar ke kursi rotan besar, sementara Sadewa, putra sulungnya, duduk di seberangnya. Pandangan mata Sadewa menelusuri halaman di bawah, tertuju pada sosok perempuan yang sedang duduk bersila di atas rumput, menyodorkan mainan kecil ke tangan bayi mungil yang tertawa riang di pelukannya.Alika tampak begitu sabar, menatap bayi laki-laki mereka dengan penuh cinta. Langi

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 66

    Dan Sadewa memencet ujung hidung Alika dengan lembut, sebuah tindakan kecil namun cukup untuk membuat Alika mengerutkan wajahnya, terkejut, lalu mengaduh pelan.“Sakit...” lirihnya, sambil mengangkat tangan kanannya, menyentuh hidung yang dipencet barusan. Jari-jarinya menyapu pelan, seolah ingin menghapus rasa geli dan perih kecil yang ditinggalkan oleh sentuhan iseng Sadewa.Sadewa hanya mengulum senyum. Tidak menjawab, tidak meminta maaf. Ia menatap wajah Alika yang tampak sedikit cemberut, namun justru dari sana muncul keteduhan. Wajah yang semula mungkin belum begitu dia kenal, kini sudah jadi bagian dari hidupnya. Wajah itu kini begitu akrab di hatinya—wajah seorang perempuan yang telah mempercayakan hidup dan tubuhnya padanya, perempuan yang kelak akan menjadi ibu dari anak mereka.Dia kemudian kembali ke aktivitasnya semula. Perlahan, dengan tangan hangat dan sabar, ia mulai membantu melepaskan pakaian Alika satu per satu. Tidak ada kata-kata yang terucap saat itu, hanya suara

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 65

    Pada akhirnya mereka berada di rumah di kediaman mereka, setelah bergelut dalam perjuangan melahirkan buah hati Sadewa dan Alika. Tentu saja melahirkan tidak mudah dan perjuangannya pun jelas tidak mudah tapi syukurnya mereka mampu melewati segalanya. "Masih sakit?" Suara Sadewa terdengar pelan dan penuh kekhawatiran. Nada suaranya nyaris seperti bisikan, seolah tak ingin menyakiti perasaan Alika, atau mungkin karena hatinya sendiri yang terasa perih melihat istrinya masih kesakitan. Tatapan matanya tak pernah lepas dari wajah Alika yang pucat namun berusaha menampilkan senyuman terbaiknya.Mereka berada di kamar mandi saat ini di mana Sadewa mencoba untuk membantu Alika membersihkan dirinya.Alika hanya mengangguk pelan, kemudian tersenyum lirih, senyum yang dibentuk dari ketegaran. “Sudah cukup baik,” jawabnya, meski jelas sekali tubuhnya belum kembali pulih sepenuhnya. Ia masih sulit duduk dengan tegak, apalagi berdiri lama. Rasa nyeri di sekujur tubuh masih terasa, seperti luka

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 64

    Pintu kamar terbuka perlahan, disertai suara langkah pelan yang tertahan di ambang pintu. Seorang wanita paruh baya muncul, mengenakan setelan rapi dengan tas kecil di lengannya. Senyum hangat langsung mengembang di wajahnya saat pandangannya jatuh pada sosok Alika yang tengah menggendong bayi mungil itu. Dan tidak ada teman bicara nya, wanita itu sendiri, sedangkan suara obrolan tadi, teman nya menghilang bak di telan bumi."Assalamu’alaikum... boleh tante masuk?" tanyanya lembut.Mak segera berdiri dan menjawab sambil tersenyum ramah. “Wa’alaikumussalam. Eh, Ibu Nirmala... masuk, masuk.”Alika ikut tersenyum kecil, meski ada rasa gugup yang tak sepenuhnya bisa ia sembunyikan. Ia mengenali wanita itu — Tante Nirmala, sepupu jauh dari mertuanya, salah satu kerabat yang tak terlalu sering mereka temui, namun dikenal luas sebagai orang yang ‘selalu tahu segalanya’. Ada reputasi yang melekat padanya: perhatian, tapi juga... tajam dan suka menyelidik."Tante." Alika menyalami wanita terse

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 63

    "Sudah enakan, Nak?" suara lembut itu terdengar dari sisi ranjang, penuh perhatian dan kehangatan khas seorang ibu. Mak duduk di tepi ranjang, memperhatikan Alika yang tengah menggendong bayi kecilnya dengan sangat hati-hati. Meski wajah Alika masih terlihat lelah, ada sorot kebahagiaan yang tidak bisa disembunyikan. Bayi itu tampak tenang di pelukannya, tertidur lelap, seakan mengerti betapa berartinya kehadirannya di dunia ini bagi sang ibu. Alika mengangguk pelan. “Lumayan, Mak… meski punggung ini rasanya masih pegal semua,” gumamnya sambil menyunggingkan senyum tipis. Dengan sigap, Mak berdiri dan membantu membenahi posisi bantal di belakang punggung Alika. Tangannya yang sudah keriput namun masih cekatan menyelipkan bantal tambahan, lalu menata posisi guling di sisi lainnya agar Alika bisa sedikit lebih nyaman. “Begini lebih enak, kan?” tanya Mak, sambil menepuk lembut lengan putrinya. Alika mengangguk lagi, kali ini dengan ekspresi yang lebih lega. “Iya, Mak… makasih.”

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status