Share

Bab 82

Author: Tiffany
last update Last Updated: 2025-08-07 21:53:22

Setelah Letta, istrinya, meninggalkan ruangan dengan langkah gemuruh yang penuh amarah, Tuan Baskoro tak segera bergerak. Ia masih berdiri tegak di balik meja kerjanya, menatap kosong ke arah pintu yang kini telah kembali tertutup rapat. Hanya suara detak jam antik di dinding dan derai hujan di luar jendela yang menemani kesunyian mencekam dalam ruang kerja itu. Bayangan lampu gantung menari pelan di permukaan lantai marmer, menciptakan kesan ruang yang dingin, hampa, dan menyimpan terlalu banyak rahasia.

Dengan gerakan perlahan, seolah menimbang setiap helaan napas, Tuan Baskoro mengangkat tangannya dan melonggarkan dasi yang sejak sore tadi membelit lehernya. Ia kemudian berjalan menuju sisi kanan ruang kerjanya, melewati rak buku tinggi yang menyimpan deretan dokumen dan buku-buku tua. Di sana, tersembunyi dalam lemari kecil berlapis kayu jati, terdapat sebuah kotak perak yang selama ini tak pernah disentuhnya di hadapan siapa pun.

Ia membuka kotak itu dan mengambil sebungkus rokok
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 87

    Bab — Hangat yang Tak Pernah Pudar“Abang sudah pulang?”Suara itu lirih, nyaris seperti desir angin yang lewat di sela pintu, namun ada getaran lembut yang menyelusup di antara suku katanya—getaran yang mengandung kelegaan mendalam, kelegaan yang hanya lahir dari hati yang telah lama menunggu dengan penuh keyakinan dan kesabaran. Nada suara itu sedikit serak, bukan karena sakit, melainkan karena kantuk yang belum sepenuhnya pergi. Tetapi di balik kabut kantuk itu, ada cahaya bening yang terselip: rasa bahagia karena kehadiran yang telah lama dinanti akhirnya benar-benar ada di depan mata.Sadewa menghentikan langkahnya sejenak. Hatinya seolah tertahan oleh pertanyaan sederhana itu. Ia mengangguk pelan—gerakan yang nyaris tak terlihat, namun cukup untuk menjawab. “Iya,” ucapnya lirih, suara itu lebih mirip bisikan yang dititipkan kepada udara daripada pernyataan biasa. Meski singkat, kata itu mengandung kehangatan yang mengalir deras dari dadanya. Ada sesuatu yang bergerak di dalam di

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 86

    Bab — Bayang yang Pulang di Tengah MalamSadewa meninggalkan bangunan itu dengan langkah yang sama terukurnya seperti saat ia pertama kali memasuki tempat tersebut. Tidak ada gerakan yang terburu-buru, tidak ada tanda-tanda tergesa, seolah ia mengatur setiap langkah seperti menyusun nada dalam sebuah komposisi yang telah dihafalnya di luar kepala. Pintu besi berat di belakangnya menutup perlahan, menghasilkan dentang rendah yang bergema samar di sepanjang lorong. Suara itu mengiris keheningan seperti gema dari dunia lain—menjadi penanda jelas bahwa ia baru saja meninggalkan satu dimensi yang dingin, steril, dan penuh rahasia, lalu kembali ke udara malam yang lembap dan nyata.Begitu mencapai area parkir bawah tanah, ia merogoh saku jasnya. Jemarinya menemukan kunci mobil—benda logam itu terasa dingin, seolah menyerap suhu ruangan yang berada di bawah permukaan tanah. Ia menekan tombol pembuka. Suara singkat beep terdengar, memantul di dinding-dinding beton yang telanjang. Dalam ruang

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 85

    Bab — Larut yang Menyimpan RahasiaMalam sudah jauh melewati puncak kesibukannya. Jakarta, pada jam-jam seperti ini, seperti sedang kehilangan separuh napasnya. Kota yang biasanya berdenyut tanpa henti kini terasa melambat, nyaris beku dalam sunyi yang jarang ia kenakan. Lampu-lampu kota masih berkelip di kejauhan—di gedung-gedung tinggi, di jalan-jalan utama, di deretan papan reklame yang tetap menyala seakan enggan tidur—namun denyut kehidupan yang biasanya memadati setiap sudut mulai surut. Jalanan yang beberapa jam lalu penuh oleh laju kendaraan kini tampak lengang. Sisa-sisa aktivitas yang tertinggal hanyalah beberapa mobil yang melintas jarang-jarang, dan sesekali motor yang melaju sendirian, menembus dingin malam.Udara yang menyusup melalui celah kecil di jendela mobil terasa dingin, agak lembap, dan membawa aroma samar aspal basah yang masih menguap pelan setelah hujan rintik tadi sore. Bau itu bercampur tipis dengan aroma logam dan debu, khas udara perkotaan yang tertinggal

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 83

    Bab — Langkah Kecil Menuju MandiriPagi itu menyapa dengan kelembutan yang nyaris tak terasa. Udara segar merayap masuk melalui celah jendela yang terbuka, membawa aroma dedaunan basah dan embun yang belum sepenuhnya menguap. Sinar matahari awal tampak malu-malu, menembus tirai tipis berwarna gading, lalu jatuh dengan lembut di lantai dapur yang mengilap. Di atas meja makan, aroma roti panggang bercampur dengan wangi sup ayam bening yang mengepul dari mangkuk porselen putih. Kehangatan itu seperti merangkul siapa pun yang duduk di sekitarnya.Di sudut ruangan, sebuah kereta bayi berwarna krem bergoyang perlahan, nyaris tak bersuara. Langit, buah hati yang menjadi pusat semesta mereka, terbaring di dalamnya. Ia tertidur pulas setelah kenyang meminum susu hangat. Wajahnya tampak tenang, bibir mungilnya sedikit terbuka seolah tengah tersenyum dalam mimpi. Kedua tangannya yang kecil menggenggam, seperti sedang memeluk sesuatu yang tak kasat mata. Kulitnya putih bersih, pipinya mulai terli

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 82

    Setelah Letta, istrinya, meninggalkan ruangan dengan langkah gemuruh yang penuh amarah, Tuan Baskoro tak segera bergerak. Ia masih berdiri tegak di balik meja kerjanya, menatap kosong ke arah pintu yang kini telah kembali tertutup rapat. Hanya suara detak jam antik di dinding dan derai hujan di luar jendela yang menemani kesunyian mencekam dalam ruang kerja itu. Bayangan lampu gantung menari pelan di permukaan lantai marmer, menciptakan kesan ruang yang dingin, hampa, dan menyimpan terlalu banyak rahasia.Dengan gerakan perlahan, seolah menimbang setiap helaan napas, Tuan Baskoro mengangkat tangannya dan melonggarkan dasi yang sejak sore tadi membelit lehernya. Ia kemudian berjalan menuju sisi kanan ruang kerjanya, melewati rak buku tinggi yang menyimpan deretan dokumen dan buku-buku tua. Di sana, tersembunyi dalam lemari kecil berlapis kayu jati, terdapat sebuah kotak perak yang selama ini tak pernah disentuhnya di hadapan siapa pun.Ia membuka kotak itu dan mengambil sebungkus rokok

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 81

    Bab — Setelah Malam ItuPagi belum sepenuhnya tiba. Cahaya fajar masih malu-malu menyapa dunia, dan langit di luar sana tetap tertutup selimut kelabu kebiruan yang tenang. Tirai kamar bergoyang perlahan diterpa hembusan angin kecil dari sela jendela yang sedikit terbuka. Udara pagi yang masih menggigil belum mampu mengusir kehangatan yang memenuhi ruangan itu—sebuah kehangatan yang tak berasal dari sinar matahari, melainkan dari dua tubuh yang saling mendekap dalam kedekatan yang lama mereka rindukan.Alika meringkuk manja dalam pelukan Sadewa, tubuh mereka berbalut selimut putih bersih yang sedikit kusut oleh malam yang baru saja mereka lewati bersama. Rambut panjang Alika terurai berantakan di bantal dan sebagian lagi menutupi pipinya, memberikan kesan lembut yang memikat. Nafasnya naik turun dengan teratur, lembut dan ringan, seakan ia masih berdansa di antara kenyataan dan mimpi.Sadewa menatap perempuan itu dengan pandangan yang sulit didefinisikan—ada rasa kagum, syukur, cinta,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status