Share

04 - Terpaksa

last update Last Updated: 2024-11-17 23:42:34

Vella tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh Maria yang tergeletak tak bernyawa di tanah. Darahnya masih mengalir, membasahi rumput di bawahnya. Tubuhnya gemetar, napasnya terisak-isak, namun tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Carlos menariknya dengan kasar, memaksanya berjalan kembali ke mansion.

"Sekarang kau tahu apa yang akan terjadi jika kau mencoba melarikan diri lagi," kata Carlos dengan nada dingin. "Kau milikku, dan kau akan tetap di sini."

Mereka masuk ke dalam mansion, di mana para penjaga hanya melirik sebentar sebelum melanjutkan tugas mereka. Vella merasa seperti seorang tahanan yang baru saja kembali ke penjara. Seluruh tubuhnya terasa lemas, dan kakinya hampir tidak bisa menopang berat badannya sendiri.

Carlos membawanya ke kamar yang sebelumnya menjadi tempat tinggalnya. Dia membuka pintu dan mendorong Vella masuk, menutup pintu dengan keras di belakangnya. Vella jatuh ke lantai, tangannya masih terikat.

"Kau akan tetap di sini," kata Carlos tanpa ekspresi. "Dan jangan berpikir untuk mencoba melarikan diri lagi. Kali ini, aku akan memastikan tidak ada lagi kesalahan."

Carlos keluar dari kamar dan mengunci pintu dari luar, meninggalkan Vella sendirian dengan perasaan takut dan putus asa. Vella merangkak ke tempat tidur, tubuhnya menggigil karena ketakutan dan kedinginan. Dia memeluk lututnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Malam itu terasa panjang dan penuh kesunyian. Vella tidak bisa tidur, pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan Maria dan suara tembakan yang masih terngiang di telinganya. Air matanya terus mengalir, membasahi bantal yang ada di bawah kepalanya. Dia merasa benar-benar terjebak, tanpa ada jalan keluar.

Pagi harinya, seorang pelayan datang untuk membawakan sarapan. Pelayan itu meletakkan nampan di atas meja dan melihat Vella dengan penuh simpati. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menundukkan kepala dan keluar dari kamar.

Vella duduk di tepi tempat tidur, menatap makanan yang ada di depannya. Perutnya lapar, tetapi dia merasa tidak memiliki selera makan. Setelah beberapa saat, dia memutuskan untuk mencoba makan sedikit. Tubuhnya membutuhkan energi, dan dia tahu bahwa dia harus tetap kuat jika ingin mencari cara untuk keluar dari sini.

Beberapa hari berlalu dengan keheningan yang sama. Carlos tidak pernah datang ke kamarnya, dan para pelayan hanya datang untuk membawakan makanan dan membersihkan kamar. Vella merasa seperti seorang tawanan yang dipenjara dalam kemewahan. Setiap hari, dia merasa semakin terpuruk, kehilangan harapan untuk melarikan diri.

Suatu malam, Vella duduk di dekat jendela, menatap ke luar dengan tatapan kosong. Hatinya terasa hampa, dan pikirannya terus berputar tanpa arah. Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka dengan keras, dan Carlos masuk dengan langkah cepat.

"Aku punya sesuatu untukmu," katanya dengan nada dingin. Dia melemparkan selembar kertas ke meja di depan Vella. "Baca ini."

Vella mengambil kertas itu dengan tangan gemetar. Itu adalah surat perjanjian. Isinya sangat jelas dan tegas: Vella harus menikah dengan Carlos dan hamil anaknya. Jika tidak, keluarganya akan dicelakai.

"Aku tidak bisa melakukan ini," bisik Vella dengan suara patah.

Carlos menatapnya dengan tajam. "Kau tidak punya pilihan. Jika kau tidak menurut, keluargamu akan menderita. Pikirkan tentang mereka."

Vella merasa seluruh dunianya runtuh. Dia tidak bisa membiarkan keluarganya dicelakai, tetapi dia juga tidak bisa menerima perjanjian ini. Dia merasa terjebak dalam dilema yang tidak ada akhirnya.

Carlos melangkah mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Vella. "Tanda tangani surat itu, atau keluargamu akan membayar harganya."

Vella menatap surat itu, air matanya mulai mengalir lagi. Dengan tangan gemetar, dia mengambil pena dan menandatangani surat perjanjian tersebut. Tangannya terasa berat, seperti ada beban besar yang menghimpitnya.

Carlos mengambil surat itu dan tersenyum dingin. "Bagus. Sekarang kau milikku sepenuhnya."

Malam itu, Vella merasa seperti seluruh harapannya telah hilang. Dia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Carlos telah menang, dan dia merasa tidak ada jalan keluar lagi. Namun, dalam hatinya, dia masih menyimpan secercah harapan bahwa suatu hari nanti, dia akan menemukan cara untuk melarikan diri dan membebaskan dirinya dari cengkeraman Carlos.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipaksa Hamil Mafia Kejam   18

    Carlos duduk di ruang kerja pribadinya, dikelilingi oleh dinding yang dihiasi lukisan-lukisan antik. Meja besar di depannya dipenuhi dengan dokumen-dokumen penting, namun pikirannya jauh dari urusan bisnis. Pikiran Carlos sepenuhnya tertuju pada Sofia dan pengkhianatannya. Ia tahu pria yang baru saja dihajarnya bukan satu-satunya yang Sofia sembunyikan. Sofia pintar dan licik, tetapi Carlos lebih berbahaya.Ia mengangkat telepon dan menekan tombol cepat yang langsung terhubung dengan salah satu anak buahnya. "Aku ingin laporan lengkap tentang setiap gerak-gerik Sofia. Semua yang dia lakukan, siapa yang dia temui, setiap panggilan telepon, semuanya," perintahnya dengan suara dingin."Saya mengerti, Tuan Carlos. Tim sedang melacaknya sekarang," suara di seberang menjawab dengan patuh.Carlos menutup telepon dan bersandar di kursinya, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Pikirannya dipenuhi dengan kebencian dan rasa pengkhianatan. "Sofia," gumamnya pelan, suaranya hampir seperti

  • Dipaksa Hamil Mafia Kejam   17

    Carlos meninggalkan penjara bawah tanah itu dengan wajah dingin tanpa sepatah kata pun. Saat dia menaiki tangga menuju lantai atas markasnya, pikirannya masih dipenuhi oleh rasa pengkhianatan dari Sofia. Namun, sekarang fokusnya kembali pada rencana besarnya, yang melibatkan Vella. Dia tidak boleh terganggu oleh rasa marah pada Sofia, setidaknya tidak untuk saat ini.Sementara itu, di mansion mewah, Vella duduk di kursi dekat jendela besar yang menghadap ke taman luas. Matanya memandang jauh keluar, meski pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana dia bisa keluar dari situasi mengerikan ini. Perasaan terjebak di mansion mewah itu membuatnya merasa terasing, walaupun dia tahu bahwa Carlos menjaga setiap gerak-geriknya.Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, dan sosok Carlos muncul, kali ini tanpa tampak amarah yang biasa terlihat di wajahnya. Dia tampak tenang, bahkan terlalu tenang. Vella langsung merasa gelisah, tetapi dia berusaha tetap tenang di hadapan Carlos."Aku membawakanmu sesuatu,"

  • Dipaksa Hamil Mafia Kejam   16

    Sofia berjalan cepat keluar dari mansion mewah Carlos, matanya dipenuhi dengan kepuasan dan rencana licik yang mengiringi setiap langkahnya. Dia tahu Carlos sibuk dengan rencananya, fokus pada Vella dan masa depan yang diimpikannya untuk kerajaan kriminalnya. Sofia, dengan kecantikan mematikannya, merasa bebas untuk melakukan apapun yang dia mau. Termasuk bertemu dengan pria yang saat ini mengisi ruang kosong dalam hidupnya seorang pria yang mampu memberikan gairah yang Carlos sudah lama tidak berikan.Sofia tiba di sebuah hotel mewah yang tersembunyi di pusat kota. Tempat ini bukan hotel biasa, tapi sebuah lokasi rahasia yang sering digunakan oleh para pengusaha kaya dan orang-orang berkuasa untuk urusan pribadi yang tidak ingin diketahui publik. Ketika Sofia tiba di suite yang sudah dipesan, pacarnya sudah menunggu, duduk santai di atas ranjang besar dengan senyum menggoda."Ku pikir kau tidak akan datang," ucap pria itu sambil mendekati Sofia dan menariknya ke dalam pelukannya.Sof

  • Dipaksa Hamil Mafia Kejam   15

    Vella menatap nampan makanan yang baru saja dibawa oleh pelayan. Meski tubuhnya lemah, pikirannya masih penuh dengan kegelisahan. Sesuatu terasa tidak benar di mansion ini, dan dia tidak tahu siapa yang bisa dia percayai. Apakah Carlos benar-benar melindunginya, ataukah dia hanya peduli pada bayi yang dikandungnya?Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Vella. Dia mengangkat kepala, dan di ambang pintu berdiri Carlos dengan tatapan tajam namun tak terbaca."Kau sudah makan?" tanyanya sambil berjalan masuk, tidak menunggu jawaban Vella. Dia memandang nampan makanan di meja yang belum disentuh.Vella menggigit bibirnya, ada sesuatu yang ingin dia katakan, tapi dia ragu-ragu. Selama ini Carlos tidak pernah benar-benar peduli dengan apa yang ia inginkan. Namun, kali ini, dia ingin mencoba."Aku... sebenarnya ingin sesuatu yang lain," ucap Vella pelan, matanya sedikit menunduk, takut menatap Carlos langsung.Carlos mengerutkan alis. "Apa yang kau inginkan?""Aku... aku ingin makan seafood

  • Dipaksa Hamil Mafia Kejam   14

    Pagi berikutnya, suasana di mansion terasa jauh lebih sunyi daripada biasanya. Vella masih terbaring lemah di kamar, dan tubuhnya belum sepenuhnya pulih dari kejadian kemarin. Walaupun Carlos telah memberikan perintah agar ia tidak perlu lagi melakukan pekerjaan rumah, bayangan ancaman Sofia terus membayangi pikirannya.Carlos pergi lebih awal dari biasanya pagi itu, meninggalkan Vella dengan pikiran berkecamuk. Meskipun tubuhnya terasa lebih baik, perasaan tidak tenang terus menghantui dirinya. Carlos tidak menunjukkan reaksi yang ia harapkan tentang kehamilannya. Sikap dinginnya tetap sama, meski ada sesekali perhatian yang muncul. Namun, di balik semua itu, Vella masih merasakan kehampaan di hatinya.Sofia, seperti biasa, tidak melewatkan kesempatan untuk mengganggu Vella. Setelah memastikan Carlos sudah pergi, ia masuk ke kamar Vella tanpa mengetuk. Senyumnya tampak manis, tetapi Vella tahu di balik itu tersembunyi niat jahat."Bagaimana kabarmu pagi ini, ibu hamil?" kata Sofia de

  • Dipaksa Hamil Mafia Kejam   13 - Pingsan

    Pagi ini, suasana di mansion terasa lebih sunyi dari biasanya. Carlos sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Aku mengamati dari jauh saat dia mengenakan jas hitamnya yang sempurna, dengan ekspresi dingin yang biasa terpancar di wajahnya. Sudah lebih dari satu bulan sejak Sofia datang ke mansion, dan selama itu pula Carlos terus menjaga jarak dariku.Aku merasa tubuhku semakin lemah, dengan rasa mual yang sering muncul setiap pagi. Aku sudah menduga bahwa aku hamil, tapi belum ada waktu yang tepat untuk memberi tahu Carlos. Ditambah lagi, kehadiran Sofia membuat segalanya semakin rumit.Sejak Carlos membawa sofia ke mansion, Sofia seolah mengambil alih seluruh mansion ini. Dan yang lebih buruk, aku diperlakukan seperti seorang pembantu. Tidak ada hari tanpa Sofia mengerjaiku, membuatku melakukan pekerjaan yang bahkan seharusnya bukan tanggung jawabku."Vella, Cuci semua pakaian di kamar tamu, bersihkan seluruh lantai, dan pastikan dapur ini berkilau sebelum sore," katanya dengan nad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status