Dipaksa Hamil Mafia Kejam

Dipaksa Hamil Mafia Kejam

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-20
โดย:  Bintang_langitยังไม่จบ
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
คะแนนไม่เพียงพอ
18บท
551views
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

Vella Anastasya, seorang perempuan yang mendapati hidupnya berubah menjadi mimpi buruk saat dia diculik oleh Carlos Anderson, seorang mafia kejam. Terjebak di dalam mansion mewah yang berkilau dengan ancaman yang mengerikan, Vella harus menghadapi pilihan yang tak terbayangkan yaitu menikah dan mengandung anak Carlos, atau melihat keluarganya menderita. Dalam keputusasaan, Vella berjuang untuk menemukan jalan keluar dari cengkeraman Carlos yang dingin dan tak berperasaan. Bisakah ia melarikan diri dari belenggu Carlos?

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

01 - Diculik

Suara mesin mobil berhenti tepat di depan mansion yang megah. Tiga pria bertubuh besar keluar dari mobil hitam itu, membawa seorang gadis dengan tubuh yang kurus dan terikat erat. Mata gadis itu tertutup kain hitam, langkahnya tertatih-tatih ketika pria-pria itu menyeretnya masuk ke dalam mansion yang dingin. Gadis itu adalah Vella Anastasya.

Vella tidak tahu bagaimana hidupnya bisa berantakan dalam hitungan hari. Semua terjadi begitu cepat, dari kehidupan seorang mahasiswa biasa menjadi tawanan dalam genggaman seorang pria yang tak dikenalnya. Dia hanya ingat malam itu saat ia pulang dari kampus, mendadak diculik di tengah jalan. Tak ada penjelasan, hanya kekerasan dan ancaman yang terus menghantuinya. Di dalam pikirannya, hanya ada kebingungan dan ketakutan.

"Di sini," salah satu pria menggeram, melepaskan kain penutup mata Vella. Saat penglihatannya kembali, Vella terbelalak melihat pemandangan di depannya. Ruangan besar dengan lantai marmer putih, lampu kristal yang bergemerlapan di langit-langit, dan pilar-pilar megah yang berdiri kokoh. Ini bukan tempat penjara atau ruang penyekapan yang dia bayangkan, melainkan sebuah mansion yang mewah.

"Apa yang kalian inginkan dariku?" seru Vella, suaranya bergetar antara marah dan takut.

Namun, tak ada yang menjawab. Para pria itu hanya melirik dingin, sebelum salah satu dari mereka berkata, "Kamu akan tinggal di sini sampai tuan kami memutuskan apa yang akan dilakukan padamu."

Vella merasakan gelombang ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia ingin melawan, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Bagaimana mungkin hidupnya berubah menjadi seperti ini?

Dilemparkan ke sebuah kamar besar yang megah, Vella ditinggalkan sendirian. Pintu besar itu tertutup dengan suara keras, mengunci kebebasannya di balik tembok tebal mansion itu. Matanya menelusuri ruangan itu. Tempat tidur berkanopi dengan kain sutra berwarna merah marun tampak menggoda, tapi ia tidak tertarik pada kenyamanan. Di pojok ruangan ada meja rias yang terlihat antik, dan di bawah kakinya, karpet Persia yang halus terasa aneh di bawah langkahnya yang gemetar.

Kepalanya terasa pusing. Dengan napas tersengal-sengal, dia duduk di tepi tempat tidur, mencoba menenangkan diri. Bagaimana dia bisa keluar dari situasi ini?

Pintu kamar terbuka perlahan, dan seorang wanita paruh baya masuk, membawa nampan berisi makanan. Wajahnya lembut, namun tampak ada beban di dalam matanya.

"Namaku Maria," katanya pelan, meletakkan nampan di meja kecil di samping tempat tidur. "Aku di sini untuk membantumu, nona."

Vella menatap Maria dengan waspada. "Kamu bisa bantu aku keluar dari sini?"

Maria tampak terkejut, tapi dia cepat-cepat menundukkan kepalanya. "Aku hanya pelayan di sini. Aku tidak punya kuasa untuk membantumu lari."

"Kenapa aku di sini? Siapa yang melakukan ini padaku?" Vella bertanya dengan suara parau.

Maria hanya menggeleng, tampak enggan menjawab. "Sabar, nona. Tuan Carlos akan segera datang untuk berbicara denganmu."

Nama itu Carlos membuat jantung Vella berdetak kencang. Apakah dia pria yang bertanggung jawab atas semua ini?

Malam semakin larut, dan akhirnya, Carlos muncul. Dia seorang pria dengan wajah keras dan dingin, auranya memancarkan kekuasaan dan bahaya. Dengan langkah tenang, dia mendekati Vella yang duduk di ujung tempat tidur.

"Selamat datang di rumahku, Vella," katanya dengan suara yang datar namun mengintimidasi. "Aku yakin kamu punya banyak pertanyaan."

Vella menatap Carlos dengan campuran rasa takut dan marah. "Kenapa kamu menculikku? Apa yang kamu inginkan?"

Carlos tertawa kecil, dingin. "Semua akan dijelaskan pada waktunya. Tapi untuk saat ini, satu hal yang perlu kamu tahu adalah bahwa kamu berada di sini karena kesalahan keluargamu."

Vella merasa hatinya mencelos. Apa maksudnya? Keluarganya? Apa yang telah dilakukan oleh keluarganya?

"Aku tidak mengerti," gumam Vella. "Apa yang dilakukan keluargaku padamu?"

Carlos tersenyum tipis, tapi tidak menjawab. "Aku tidak punya waktu untuk membahas semuanya sekarang. Yang perlu kamu ketahui adalah, mulai sekarang, kamu milikku. Kamu akan tinggal di sini, dan kamu tidak akan keluar sampai aku mengizinkannya."

"Tidak! Aku tidak akan tinggal di sini!" Vella mencoba memberontak, tetapi tubuhnya lemah, dan Carlos hanya menggelengkan kepalanya.

"Pilihanmu sangat terbatas, Vella. Semakin cepat kamu menerima kenyataan, semakin mudah hidupmu di sini."

Carlos berbalik dan mulai berjalan keluar ruangan, namun sebelum pintu tertutup di belakangnya, pikirannya kembali pada tragedi yang membuatnya melakukan ini. Matanya menyipit sejenak, dan dalam hati dia bergumam, "Keluargamu menghancurkan hidupku. Mereka menghancurkan Sofia dan merenggut kebahagiaan kami. Sekarang, giliranku menghancurkanmu, Vella. Kamu akan membayar untuk apa yang orang tuamu lakukan."

Wajah Carlos kembali mengeras, menyembunyikan segala emosi yang terpendam di balik topeng dinginnya. Dia tidak akan membiarkan Vella tahu alasan sebenarnya, setidaknya tidak sekarang. Masih terlalu dini untuk itu. Dia ingin Vella merasakan ketakutan, kebingungan, dan perlahan-lahan tenggelam dalam rasa putus asa. Karena baginya, ini bukan hanya soal balas dendam, tapi soal membuat Vella dan keluarganya merasakan sakit yang sama seperti yang dia rasakan selama ini.

Carlos pergi, meninggalkan Vella yang terguncang. Kepalanya penuh dengan ketakutan dan pertanyaan yang belum terjawab. Namun satu hal yang pasti, dia harus mencari cara untuk melarikan diri dari tempat ini. Tidak peduli seberapa sulit atau berbahaya itu.

*

Pagi itu, Vella terbangun dari tidur yang penuh kecemasan. Meskipun tubuhnya terbaring di atas kasur empuk, pikirannya terjebak dalam labirin ketakutan dan kebingungan. Cahaya matahari pagi yang hangat menerobos masuk melalui celah-celah jendela besar di samping tempat tidurnya, tapi tak ada kehangatan yang mampu mengusir rasa dingin dari hatinya. Seolah-olah mansion megah ini memerangkap segalanya, termasuk harapan.

Pintu kamar terbuka dengan suara pelan, dan Maria muncul lagi, kali ini membawa nampan berisi sarapan. Aroma roti panggang dan kopi hitam memenuhi ruangan, namun Vella sama sekali tidak berselera. Rasa takut telah menumpulkan semua keinginan untuk makan.

Maria meletakkan nampan di meja kecil di dekat jendela, kemudian berdiri canggung di sisi ruangan, mengamati Vella dengan pandangan penuh simpati yang berusaha dia sembunyikan. Mungkin Maria sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini—wanita yang dipaksa tinggal di bawah kekuasaan Carlos. Tapi bagi Vella, ini adalah neraka baru yang tidak pernah dia bayangkan akan menjadi bagian dari hidupnya.

Vella menatap Maria dengan mata sayu. Ada sesuatu yang berbeda pada pelayan paruh baya itu. Meski wajahnya tampak tenang, ada kilatan di matanya yang seolah menyimpan rahasia besar. Vella bisa merasakannya.

"Mengapa kamu bekerja untuk pria seperti dia?" Suara Vella terdengar serak, mencerminkan kegelisahan yang belum hilang sejak pertama kali dia menginjakkan kaki di mansion ini.

Maria berhenti sejenak, lalu menundukkan kepala. Tangannya yang memegang nampan sedikit bergetar. Waktu seolah berjalan lambat, membuat detik-detik itu terasa lebih lama dari biasanya.

"Aku tidak punya pilihan, Nona," jawab Maria akhirnya dengan suara rendah. "Sama sepertimu."

Kata-kata Maria menohok Vella. "Sama sepertimu." Apakah itu berarti Maria juga pernah berada dalam situasi seperti ini? Apakah dia juga korban dari kekuasaan pria dingin bernama Carlos? Vella menelan ludah, merasa semakin berat oleh beban yang tak terlihat. Kengerian yang dia rasakan semakin dalam, tapi bersamaan dengan itu muncul juga kilatan harapan yang tipis.

Vella menatap Maria dalam-dalam, mencoba membaca lebih jauh dari sekadar kata-katanya. Di balik tatapan lelah Maria, Vella bisa melihat sesuatu yang samar—kerentanan yang tersembunyi.

Ini mungkin satu-satunya kesempatan Vella untuk melarikan diri. Jika Maria memang seperti yang dia duga, seseorang yang terjebak dalam situasi tanpa pilihan, mungkin dia bisa membantunya. Mungkin Maria ingin keluar dari lingkaran gelap ini sama seperti dirinya.

"Maria," panggil Vella dengan suara pelan, namun tegas. Wanita itu memandangnya, ragu-ragu. "Aku butuh bantuanmu. Aku... aku harus keluar dari sini sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi."

Maria mengalihkan pandangannya, wajahnya penuh kebimbangan. Ada jeda yang panjang, dan selama momen itu, jantung Vella berdetak kencang. Ini adalah taruhannya. Jika Maria menolak atau melaporkannya pada Carlos, Vella tahu dia tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup.

"Aku tidak bisa," bisik Maria akhirnya, suaranya terdengar sangat lemah, seolah-olah dia takut jika Carlos bisa mendengar dari kejauhan. "Carlos... dia punya mata di mana-mana. Tidak ada yang bisa keluar dari sini tanpa sepengetahuannya."

Vella merasakan dadanya semakin sesak. Tapi dia tidak bisa menyerah begitu saja. "Maria, tolong. Kamu tahu aku tidak seharusnya berada di sini. Aku tidak tahu apa yang telah dilakukan keluargaku, tapi aku bukan orang yang bersalah dalam semua ini. Aku butuh bantuanku untuk keluar dari sini."

Maria menggigit bibir bawahnya, terlihat semakin ragu. Tapi kali ini, ada sesuatu di matanya yang membuat Vella merasakan sedikit harapan. Mungkin Maria juga ingin bebas dari kekangan Carlos. Mungkin Maria tahu bagaimana rasanya terperangkap di tempat ini, tanpa jalan keluar. Vella bisa melihat perjuangan batin di wajah wanita itu.

"Aku akan membantumu," Maria akhirnya berkata, suaranya sangat pelan, hampir tak terdengar. "Tapi kita harus sangat berhati-hati. Satu langkah yang salah, dan kita berdua akan binasa."

Vella terkejut. Harapan yang tadinya kecil sekarang mulai tumbuh. Matanya melebar, tidak percaya bahwa ada seseorang yang benar-benar mau membantunya. "Kamu akan membantuku? Bagaimana? Apakah kamu punya rencana?"

Maria menggelengkan kepalanya, masih terlihat waspada. "Tidak mudah untuk keluar dari mansion ini, Nona. Setiap sudut diawasi, dan ada penjaga di mana-mana. Tapi aku tahu beberapa cara untuk menyelinap... jika kamu bisa menunggu saat yang tepat."

"Berapa lama aku harus menunggu?" tanya Vella, ketegangan di suaranya semakin terasa. Waktu adalah musuhnya. Dia tidak tahu berapa lama lagi Carlos akan terus menahan atau bahkan menyiksanya.

Maria memandang keluar jendela, matanya tampak kosong. "Aku tidak bisa memberitahumu pasti. Tapi yang jelas, Carlos tidak bisa selamanya mengawasi kita. Akan ada saat di mana dia lengah."

Kata-kata Maria menambah sedikit keyakinan dalam diri Vella, tapi ketakutan masih mencengkeram hatinya. Dia tidak tahu apakah bisa bertahan lebih lama di tempat ini, namun setidaknya sekarang dia tahu bahwa dia tidak sendirian. Di tengah kegelapan, ada secercah harapan. Dan itu cukup untuk membuatnya tetap bertahan.

Maria melangkah menuju pintu, hendak meninggalkan Vella dengan sarapan yang tak tersentuh. Namun sebelum dia keluar, Maria menoleh ke belakang dan menatap Vella dengan tatapan penuh peringatan.

"Ingat, Nona," katanya pelan. "Kita tidak bisa gegabah. Setiap gerakan kita harus diperhitungkan dengan hati-hati. Carlos bukan pria yang bisa dikhianati begitu saja."

Vella mengangguk pelan, memahami apa yang tersirat dari kata-kata Maria. Bahaya selalu mengintai, tapi sekarang ada jalan, meskipun itu sempit dan penuh risiko. Dia harus bersabar, dan menunggu saat yang tepat. Tapi dia akan keluar dari sini—apapun caranya.

Maria keluar dari kamar, meninggalkan Vella dalam keheningan. Namun kali ini, di balik rasa takut yang terus mengintai, ada tekad baru yang tumbuh dalam dirinya. Dengan bantuan Maria, dia akan melarikan diri. Dia tidak akan tinggal di sini selamanya, terperangkap dalam jerat kekuasaan Carlos.

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

บทอื่นๆ

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

ไม่มีความคิดเห็น
18
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status