LOGINSelepas kepergian Aurel dari hadapannya, pria itu masih bengong mematung di selasar mall. Dia menimbang-nimbang apa yang sebaiknya dilakukannya?
Wanita bermata biru yang lekat dalam benaknya tak mampu ia lupakan. Ribuan hubungan sex singkat selama bertahun-tahun di Michigan dengan wanita-wanita yang ia temui di bar selalu saja nama Laura yang dia teriakkan di klimaks. Sekarang dengan adanya gadis muda yang mengalihkan perhatiannya dari Laura, akankah mampu menggantikan posisinya di hati Reynold?
Langkah kaki gontai itu terayun menuju lift dengan sebentuk cincin tergenggam di telapak tangannya. Peony Diamond Ring seharga 31 juta rupiah itu nampak menyedihkan karena gagal membawa makna eternal love seperti yang disebutkan di poster toko perhiasan tadi. Sungguh menggelikan bukan, tak sampai 30 menit terpasang di jari manis tunangannya, cincin itu dikembalikan ke tangan Reynold!
'Aku harus menemui Aurel di kostnya. Leb
Reynold yang mendapat panggilan dari bagian akademik karena ada surat penting dengan kop Pengadilan Negeri Kota Sleman, Yogyakarta sedang berdiri tegang memegang sepucuk surat di tangannya. Dia membaca isi surat yang merupakan gugatan perceraian atas nama Aurel melalui kuasa hukum Pengacara Hans Sebastian Wijaya. "Ini pasti karena hasutan Biyan! Mana mungkin tiba-tiba Aurel melayangkan gugatan perceraian?" gumam Reynold lirih. Belakangan ini pola tidurnya kacau karena insomnia. Lingkaran hitam di sekitar matanya menebal.Jadwal persidangan perdana akan digelar dua hari lagi di Pengadilan Negeri Sleman. Reynold bisa datang sendiri atau menunjuk pengacara untuk mewakilinya. Sekembalinya ke ruang kantornya, Reynold terpekur sembari duduk menatap ke luar jendela. Dia berencana terbang ke Perth untuk menemui Laura meskipun pesan-pesan darinya hanya dibalas singkat seperlunya oleh ibu dari putra kandungnya; Joshua.Dia sendiri yang salah karena meninggalkan Laura demi menikahi Aurel. Namu
"Aurel! Aurel, di mana loe?!" panggil Biyan saat memasuki bangunan induk resort satu-satunya di Pulau Cendawan.Wanita yang dicari oleh Biyan itu sedang mengobrol santai diselingi gelak tawa di dapur bersama dua ART dan Chef Arifin. Mereka menikmati berbagai camilan berbahan dasar tepung aci. Selain itu hasil panen Aurel di kebun belakang dapur diolah Chef Arifin menjadi lauk sayur dan juice buah."Biyan, aku di dapur!" jawab Aurel seraya melambaikan tangan ke pemuda yang masih mengenakan setelan jas abu-abu dengan kemeja putih tanpa dasi itu.Sepasang mata Biyan memancarkan kerinduan terhadap Aurel yang dia tutupi dengan pembawaan tenang terkendali di hadapan para bawahannya. "Ohh ... jadi ya dibikinin cilok dkk, Rel?" tukas Biyan santai."Iya, kenyang banget aku. Btw, kamu sudah makan apa belum dari Jakarta tadi, Bi?" tanya Aurel yang tumben lebih halus dan perhatian.Melihat perubahan sikap perempuan yang dicintainya, Biyan pun mencoba menanggapi dengan baik. Dia menjawab, "Sudah k
"Bi, bolehin gue main ke kebun di belakang dapur ya besok pagi!" pinta Aurel di telepon malam itu. "Boleh, tapi janji dulu loe. Jangan main kabur seenaknya, besok juga gue balik ke pulau kok!" jawab Biyan yang masih berada di Jakarta. Aurel pun berkata, "Iya ... iya, gue janji kagak bakalan aneh-aneh. Loe parno amat sih kalau gue pergi!" "Hmm ... ya daripada ntar loe dimakan macan kayak tempo hari, ilang dong harapan gue punya bini sama anak!" balas Biyan selengekan. Dia tidur di rumah orang tuanya yang ada di Jakarta kali ini karena helikopter tak diizinkan menyeberang selama badai topan masih mengamuk di Laut Jawa.Mendengar jawaban Biyan, sejenak Aurel mengerutkan keningnya. Nasibnya telah ditentukan untuk menjadi istri Biyan, dia tak bisa menolak hal itu selama terkurung di pulau terpencil ini."Ya udah. Sampai besok, Biyan. Gue mau tidur, udah malem!" pungkas Aurel.Namun, Biyan berkata sebelum mengakhiri telepon mereka, "Rel, gue ada beliin loe buku-buku buat hiburan selama d
"Bik Indah, apa Biyan berpesan agar saya tidak diizinkan keluar kamar selama dia pergi?" tanya Aurel yang bosan terpenjara di ruangan tertutup itu sepanjang hari.Wanita berusia sekitar 40 tahun itu pun menjawab, "Iya, Non. Maklum ... sudah beberapa kali Non Aurel kabur dan celaka. Ini kalau nggak ada tuan muda, siapa yang bisa bantuin?" Jawaban sederhana itu menyadarkan Aurel tentang kebodohannya. Untung dia tidak mati dimakan macan atau keracunan akibat gigitan hewan liar dulu. Meskipun Biyan selalu memperkosa Aurel, tetapi pria itu sangat peduli kepada keselamatannya."Ya sudah, saya tidur aja, Bik Indah. Bosen dikurung dalam kamar terus!" tukas Aurel kesal. Perempuan muda itu naik ke tempat tidur lalu memeluk gulingnya erat-erat. Dia berandai-andai bisa meninggalkan pulau terpencil yang entah apa namanya, Biyan tak mau memberi tahunya karena takut Aurel akan meminta bantuan dari luar. Misalnya, Prof. Reynold untuk menjemputnya.Dalam kondisi pikiran tak tenang, Aurel terbawa ke
Bunyi desau angin ribut di luar bangunan utama resort terdengar mengerikan. Beberapa pohon tinggi berusia tua tumbang hingga ke akar-akarnya di hutan Pulau Cendawan. Langit telah berubah gelap seluruhnya, tak ada bintang maupun rembulan. Hanya awan tebal bergulung-gulung di langit sedari siang tadi."Bi, sampai kapan listrik dimatiin sih?" Gelap banget di luar!" ucap Aurel dengan suara bergetar ketakutan."Napa loe, takut?" tanya Biyan seraya tertawa mengejek."Kagak ... gue ... gue cuma nggak tenang aja semua serba gelap, gimana kalau tiba-tiba tsunami dari lautan?" kelit Aurel sembari berjalan mondar mandir memeluk dirinya sendiri di dekat dinding kaca kamar yang menghadap ke arah pantai langsung.Biyan bangkit dari kursi goyang empuknya lalu menangkap pinggang Aurel. "Berhenti mondar mandir kayak setrikaan. Loe bikin gue senewan lama kelamaan, Rel!" "Hmm ... gue kagak mau loe perkosa lagi ya! Udah gelap-gelap begini, ada badai pula. Waras dikit napa, Bi?!" sergah Aurel karena dipe
"Bi, loe udah berapa lama punya hak milik pulau antah barantah ini sih?" tanya Aurel penasaran."Ini hadiah wisuda sarjana gue kemarin, Rel. Sebelumnya ini punya bule, dia bangun resort segala macem di sini. Sayangnya, dia ngerasa sulit buat cari duit dengan kondisi pulau yang tanpa penghuni, semua mesti disuplai dari Pulau Jawa gitu. Bokap lantas nawar buat dibeli dari WNA itu!" jawab Biyan yang cukup memberi gambaran bagi Aurel.Pasangan itu duduk berboncengan di atas pelana kuda yang berjalan lambat di tepi pantai. Air laut yang tidak begitu dalam di sekitar pulau kecil itu berwarna biru muda jernih. Seandainya Aurel tidak menjadi tawanan cinta Biyan, dia merasa akan betah di Pulau Cendawan. "Gue pengin sekali-sekali snorkeling apa diving di sini deh, Bi. Loe izinin kagak?" celetuk Aurel.Biyan yang memeluk Aurel dari belakang punggung gadis itu menjawab, "Boleh, ntar bareng gue setelah balik dari Jakarta. Jangan coba-coba nyelem sendiri. Gue kuatir loe kena ubur-ubur apa bulu bab







