Share

Surat Undangan

"Halo, Mas?" Ucapku pelan.

"Sudah sampai rumah?"

"Sudah."

"Ayahmu tidak curiga?"

"Tidak."

Selama beberapa saat kami terdiam, entah apa yang ada di pikiran. Semuanya terasa di awang-awang. Sebentar-sebentar terdengar helaan napasnya.

"Mas?" Panggilku karena beberapa menit tidak ada ucapan yang keluar dari mulutnya.

"Maafkan aku, Lan. Seharusnya dulu aku langsung melamarmu. Tidak memikirkan masalah biaya adik-adik dan keluargaku. Seharusnya aku cepat menikahimu dulu. Aku bodoh! Sangat bodoh!"

Aku tergugu mendengar rasa kesalnya pada diri sendiri. Aku tidak tahu kata-kata menghibur yang bisa aku ucapkan padanya, karena akupun sama. Menyalahkan keadaan yang tidak mau mendukung hubungan kami.

"Tidak bisakah waktu diputar kembali?" Ucapnya lagi.

Aku menangis lagi. Tak ada kata yang tepat untuk diucap, tak ada tindakan yang benar untuk dilakukan, aku tergugu mendengar suara yang selalu kurindu, menyal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status