Evan masih mondar-mandir memikirkan bagaimana cara memberitahu Aira.
"Gimana kasih taunya ya kira-kira dia mau nggak ya," gumam Evan.
"Besok aja gua kasih tau, udah malam juga takutnya dia udah tidur lagi," lanjutnya lalu pergi ke kamar.
Pagi hari; Evan yang baru saja selesai mandi langsung menuju lemari. Belum sempat Evan membuka lemari, ia sudah melihat Aira melintas dari jendelanya.
"O iya gua belum kasih tau dia kalo siang ini Ayah sama Ibu datang." sadarnya sambil menepuk jidatnya dan berjalan keluar kamar, tapi tiba-tiba Evan berhenti dan melihat tubuhnya.
"Masa gua keluar pake handuk doang yang benar saja nanti dia ngiranya gua mesum lagi, udahlah nanti aja." ucap Evan lalu kembali ke kamar dan bersiap-siap.
Hampir setengah jam Evan bersiap kemudian ia masuk ke mobilnya, tapi sebelumnya Evan menuju sekolah Aira.
Disisi lain, Aira dan Farra sedang memandu murid-murid untuk piket lapangan.
Saat Aira melihat ke arah pagar sekolah, samar-samar ia melihat Evan yang bari saja keluar dari mobilnya.
Sebelum ada yang melihat Aira langsung berlari ke arah pagar sekolah, sedangkan Farra tidak tahu kalau Aira pergi.
"Ai, sekarang jam berapa dah?" tanya Farra karena tidak ada sahutan Farra berhenti menyapu dan melihat ke samping.
"Loh ... Aira mana?" lanjut Farra sambil celingak-celinguk mencari Aira. Saat mata Farra melihat ke arah pagar, samar-samar ia melihat Evan dan Aira sedang ngobrol.
'Kak Evan ngapain sampe ke sini segala?' batin Farra lalu ia berjalan ke arah pagar dan bersembunyi di balik tiang, karena cukup jauh jaraknya alhasil Farra tidak dapat mendengar obrolan mereka.
Disisi lain, Evan dan Aira tidak tahu kalau Farra sedang mengintip mereka.
"Kak Evan ngapain kesini?" tanya Aira to the point.
"Nanti siang Ayah dan Ibu mau ke rumah dan katanya nginap." jawab Evan tanpa basa-basi membuat Aira langsung kaget lalu celingak-celinguk.
Tanpa membuang waktu Aira langsung menarik tangan Evan agak jauh agar tidak ada yang melihat. Evan yang kaget dengan tarikan Aira hanya diam dan mengikutinya.
'Aira ngapain tarik-tarik tangan Kak Evan nggak biasanya dia mau megang laki-laki yang bukan muhrimnya,' batin Farra sambil memperhatikan dua sejoli tersebut.
"Kamu ngapain?" tanya Evan, tapi Aira langsung menempelkan jarinya di bibirnya memberi kode untuk diam.
"Jangan keras-keras Kak nanti ada yang denger," jawab Aira memelankan suaranya.
"Terus?" lanjut Aira membuat Evan menyergitkan.
"Terus apanya?" Evan balik bertanya.
"Yang tadi Kakak bilang Ayah sama Ibu mau datang," jawab Aira.
"Ya kami di kamar saya dulu lah tidurnya, kalo nggak pasti Ayah sama Ibu bakalan curiga." jawab Evan membuat Aira makin kaget.
"Ta--tapi Ka-" Nggak ada tapi-tapian, nggak ada pilihan lain juga. Nggak mungkin saya nyuruh Ayah sama Ibu jangan datang," potong Evan melihat Aira hendak menolak perintahnya.
"I--iya udah," cicit Aira. "Gimana kalo kamu sekarang pulang aja.
Ambil baju atau barang yang kamu perluin taro di kamar saya, jangan sampai Ayah atau Ibu liat kamu ke kamar samping," saran Evan membuat Aira makin bingung.
"Aku ada jam ngajar Kak sampe jam 10, nanti aja pulangnya habis ngajar sekitar jam 10.30," tolak Aira.
"Ya udah terserah, saya nggak mau tau intinya sebelum Ayah sama Ibu datang semua keperluan kamu udah ada di kamar saya," tegas Evan yang dibalas anggukan oleh Aira.
"Kalo gitu aku masuk dulu Kak," pamit Aira lalu ia berbalik dan berjalan masuk ke sekolah dengan muka yang begitu murung.
"Ai," panggil Farra mengagetkan dari belakang membuat Aira langsung berbalik.
"Ka--kamu dari mana?" tanya Aira takut Farra mendengar obrolannya dengan Evan.
"Itu Ai abis ngambil buku piket di pos satpam," jawab Farra berbohong.
"Eh ... tapi Ai tadi aku liat kamunsama Kak Evan kalian ngomongin apa?" lanjut Farra.
Deg!
Aira langsung kaget mendengar pertanyaan Farra. 'Aku harus jawab apa nih,' batin Aira.
"Em … itu Far, Kak Evan ngajak ketemuan a--akubelum bisa," bohong Aira membuat Farra mengerutkan keningnya.
'Nggak biasanya Aira gini mukanya kayak lagi kesal gitu,' batin Farra.
"Wah … makin akrab ya kalian semoga jodoh deh," jawab Farra.
'Maafin ya Far, belum bisa jujur sekarang tapi aku janji bakal kasih tau kamu kalo waktunya udah tepat,' batin Aira.
***
Jam 10.00; Aira sudah selesai ngajar, Aira langsung meminta izin kepada guru piket untuk pulang terlebih dahulu karena memang jam Aira juga udah nggak ada.
"Mau kemana Ai?" tanya Farra yang baru saja masuk ke kantor.
"Mau pulang Far ada urusan mendadak," jawab Aira membuat Farra semakin bingung dengan sikap Aira.
"Oh ya udah hati-hati ya," lanjut Farra yang dibalas anggukan oleh Aira lalu ia bergegas pulang.
'Ada yang aneh sama Aira kayaknya dia lagi nyembunyiin sesuatu, semoga aja nggak masalah besar,' batin Farra.
***
Sampai di rumah Aira langsung menuju rumah kecilnya lalu mengambil beberapa pakaian, skincare, laptop, peralatan sholat dan mandi.
"Gimana ya aku nanti malam bisa tidur nggak ya," gumam Aira lalu ia keluar membawa semua peralatannya.
Sampai di pintu depan, Aira langsung masuk dan bergegas ke kamar Evan bagitu Aira membuka pintu kamar Evan, ternyata terkunci.
"Apa-apaan ini? Tadi dia nyuruh ke kamarnya sekarang kamarnya malah dikunci," kesalnya lalu melihat jam.
"Ya ampun ... jam 12 gimana dong barangku," Aira mulai panik dan keluar rumah.
"Apa aku masukin lewat jendela aja dulu ya takut Ayah dan Ibu keburu datang," lanjutnya lalu berjalan ke jendela Evan, kemudian memasukkan satu persatu barangnya.
"Huh … akhirnya,"
"Nak ... lagi ngapain?" panggil seseorang dari belakang Aira membuatnya langsung berbalik.
"I--ibu udah nyampe?" Aira berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Baru saja," jawab ibu. "Ayah mana Bu?" lanjut Aira.
"Itu di depan pagar lagi masukin mobil," jawan Ibu yang dibalas anggukan oleh Aira.
"Kamu sendiri lagi ngapain di jendela panas-panar gini," Ibu bertanya lagi.
"Em … itu Bu tadi pas Aira pulang ngajar, Aira ngeliat kacanya debu banget." jawab Aira berbohong.
"Oalah ... Ibu kira ngapain," lanjuy ibu yang dibalas senyuman oleh Aira.
"Ya udah Ibu, yuk kita masuk dulu sambil nunggu Ayah," ajak Aira yang dibalas anggukan oleh Ibu lalu mengikuti Aira.
"Kamu pulang ngajar jam berapa emangnya Nak?" Ibu lanjut bertanya.
"Nggak nentu Bu kadang habis dzuhur, kadang jam 11 tergantung jam ngajarnya Bu," jawab Aira.
"Sekolahnya dimana? Kenapa nggak di jemput sama Evan,"
"Dekat kok Bu, Aira selalu nolak kalo mau di jemput sama Kak Evan lebih suka jalan," jawab Aira berbohong sambil tersenyum manis. "Oh ... Ibu kira jauh," lanjut Ibu.
***
Disisi lain, Evan sedang di kantor mengerjakan beberapa file di depannya. Saat sedang kerja, tiba-tiba saja ia teringat akan kedatangan kedua orang tuanya.
'Ibu sama Ayah udah datang belum ya?' bantin Evan.
"Gua tanya Aira aja kali ya tapi gua nggak punya nomornya," gumam Evan lalu melipat kedua tangannya ke meja dan menuturkan wajahnya. Tidak lama kemudian Evan teringat sesuatu.
'O iya dulu 'kan Tio pernah ngirim nomor Aira ke gua,' batinnya lalu mengecek ponselnya dan menscroll chatnya dengan Tio.
Disisi lain Aira dan kedua orangtua Evan sedang ngobrol. Tiba-tiba saja ponsel Aira bergetar, ia langsung mengecek ponselnya dan membuka pesan dari nomor tidak di ketahui.
[Ayah dan Ibu udah sampai belum?]
'Ini siapa?' batin Aira lalu membuka profilnya, seketika matanya melotot melihat foto Evan.
[Udah, Kak] balasnya dan langsung centang biru.
[Tapi kamu udah selesai masukin semua barang 'kan?]
[Udah Kak tapi kamar Kakak di kunci. Jadi, aku masukinnya dari jendela] balas Aira.
"Hah? O iya gua tadi ngunci kamar," ucap Evan lalu menepuk jidatnya.
[Sorry, saya lupa] balas Evan. [Iya Kak]
Seminggu telah berlalu, tidak ada lagi pengganggu di rumah tangga Evan dan Aira."Kak," panggil Aira yang tengah melipat kain di atas ranjang, sedangkan Evan sedang bermain dengan Zalfa."Hem," sahut Evan seperti biasa membuat Aira langsung memutar mata malas."Semenjak Mei di tangkap polisi, ini rumah adem-adem aja ya kayak nggak biasa," ucap Aira.Evan yang mendengar itu langsung duduk melihat Aira bingung."Kok nggak biasa sih, kamu senang ada pengganggu disini," tebak Evan, Aira malah menggedikkan bahunya."Nggak suka sih ada pelakor, tapi lebih suka memusnahkan pelakor," ujar Aira membuat Evan mangut-mangut."Kakak yakin nggak bakal ada lagi pelakor?" tanya Aira."Nggak ada Ai, satu aja stres mikirinnya, udah ih jangan sangka buruk terus," jawab Evan santai lalu ia kembali berbaring di samping Zalfa."Okelah, tapi kalo Kakak bohong siap-siap aja jadi pendamping Mei di jeruji," ancam Aira membuat Evan terkekeh."Apaan sih kamu cemburuan banget sekarang, lagian saya tuh udah nggak
Evan dan Mei langsung kaget, Mei langsung mengubah ekspresinya menjadi selugu mungkin sebelum ia berbalik."M--mbak," sapa Mei pura-pura sopan membuat Aira langsung mengernyit."Ngapain kamu tengah malam begini sama suami saya?" tanya Aira ketus membuat Mei langsung gelagapan."Anu ... itu Mbak, tadi Pak Evan mau makan katanya saya mau buatin.Yapi tiba-tiba saya lihat di baju Pak Evan ada kecoa," jawab Mei sedatar mungkin membuat Evan mengernyitkan dahinya."Oh saya kira ngapain sampai kamu kayak mau meluk Kak Evan," jawab Aira santai."Ya sudah kamu tidur sana, biar saya aja yang buatin makan." suruh Aira yang dibalas anggukan oleh Mei lalu ia pergi meninggalkan mereka berdua.'Huh untung nggak ketahuan,' ucap Mei dalam hati sambil berjalan ke kamarnya.Disisi lain, Aira menyiapkan makanan untuk Evan lalu ia menarik Evan ke kamar.Sampai di kamar Evan langsung menutup pintu lalu mengusap dadanya."Hampir tau Ai belum cukup apa buktinya?" tanya Evan dengan nada sedikit kesal membuat
"Ayo masuk, kamar kamu di disana," ajak Aira mempersilahkan Mei masuk. Sedangkan Evan hanya mematung melihat keduanya.'Apa ini mimpi?' batin Evan begitu Aira dan Mei melewatinya.Beberapa menit kemudian Aira kembali menghampiri Evan yang masih bingung."Kak," panggil Aira dari samping membuat Evan langsung menoleh."Ayok ke kamar," ajak Evan lalu berjalan terlebih dahulu yang diikuti oleh Aira.Begitu mereka masuk Aira langsung menutup pintu dan Evan merebahkan putrinya di ranjang."Ai maksud kamu apa?" tanya Evan kesal. Tapi Aira malah tersenyum membuat Evan semakin kesal."Ai kamu tahu kan Mei itu-" ucapan Evan terhenti saat Aira membungkam mulutnya."Shut ... jangan keras-keras ngomongnya nanti dia dengar," ucap Aira pelan yang dibalas anggukan oleh Evan.Kemudian Aira memberi tahu tujuannya pada Evan. Sedangkan Evan hanya bisa mengangguk mendengar penuturan Aira."Apa kamu yakin itu akan berhasil?" bisik Evan."Kita liat aja nanti," jawab Aira sambil melipat kedua tangannya membu
Bagitu Aira sampai di ambang pintu kamar, ia melihat Evan sedang menggendong Zalfa sambil melantunkan sholawat. Aira tersenyum lalu ia perlahan mendekati keduanya.Begitu sudah sampai di belakang Evan, ia langsung melingkarkan tangannya di pinggang Evan lalu ia menoleh dari samping."Kak," panggil Aira lembut membuat Evan sedikit menoleh."Hem," lagi-lagi Evan hanya mendehem membuat Aira langsung bingung. Aira langsung melepaskan tangannya dari pinggang Evan lalu berjalan ke depan Evan.Aira mengambil alih Zalfa dari gendongannya lalu ia kembali merebahkan Zalfa ke ayunan. Setelahnya Aira langsung berdiri di depan Evan sambil menatap manik itu dalam-dalam."Kok di rebahin sih, saya masih mau gendong," ucap Evan, Aira langsung senyum lalu menggeleng."Kakak kenapa? Ada masalah kah?" tanya Aira lembut, Evan yang mendengar itu langsung duduk di sisi ranjang yang diikuti oleh Aira."Mei," jawab Evan singkat membuat Aira langsung mengangkat kedua alisnya."Perempuan gatal itu ganggu Kakak
"Andi," sapa Evan tidak percaya melihat Andi datang pagi-pagi begini."Abang ngapain pagi-pagi ke sini? Emang nggak ngajar? tanya Aira bingung."Nggak, mata kuliahnya batal," jawab Andi santai."Terus Naya mana? Kenapa nggak ikut sekalian? tanya Evan."Naya masih di kantor mungkin siangan saya jemput," jawab Andi."Kalau cuma sendirian ngapain datang sih," ucap Aira dengan nada kesal membuat Evan terkekeh mendengarnya."Apaan aku datang bukan mau liatin kamu, tapi mau lihatin ponakanku, minggir!" Ketus Andi lalu ia masuk begitu saja."Tuh kan, pagi-pagi udah bikin kesal," rengek Aira sambil menarik tangan Evan membuat Evan tersenyum."Yuk istirahat lagi kamu nggak boleh stres dulu, bawa santai aja," ucap Evan sambil membantu Aira jalan."Aira," panggil seseorang membuat mereka kembali berbalik, detik kemudian Aira tersenyum."Alhamdulillah, akhirnya Ibu datang juga ini siapa Bu?" tanya Aira karena bingung Ibunya membawa perempuan yang masih muda seumuran Evan."Oh ini namanya Meisari,
Sampai di rumah, Farra langsung turun dan berlari masuk ke rumah. Di ambang pintu ia melihat Tio sedang duduk menyadarkan tubuhnya ke sisi sofa sambil memejamkan matanya.Perlahan Farra mendekatinya, ia melihat satu kaki Bayu celananya di lipat hingga ke lutut. Farra duduk disampingnya suaminya tersebut lalu tangannya terulur memegang tangan Tio."Mas," panggil Farra lembut membuat Tio membuka matanya, lalu menoleh ke samping."Kamu udah pulang sayang," ucap Tio yang dibalas anggukan oleh Farra."Mas kecelakaan dimana? Kok bisa kecelakaan? Kata tukang urutnya Mas kenapa?" cecar Farra sambil air matanya mulai menggenang. Tio yang mendengar itu langsung tersenyum, lalu tangannya terulur mengusap wajah Farra."Jangan nangis nggak apa-apa kok, tadi aku sama Dian buru-buru mau ngambil berkas ke perusahaan lain. Jadi naik motor biar cepat, tapi itulah nasib kami tabrakan. Mas kakinya keseleo tapi Dian nggak kenapa-kenapa," terang Tio membuat Farra menangis."Harusnya aku nungguin Mas dulu t