Amanda berdiri gugup, gadis itu mengenakan pakaian berwarna biru langit dengan renda putih tulang, warna yang berpadu begitu sempurna dengan kulitnya yang seputih kapas. Dengan rambut yang digelung tinggi menampilkan garis leher yang cantik, gadis itu mengerjapkan mata ketika melihat kereta Pangeran Hitam dari kejauhan.
Seukir senyum tercipta di wajah pria yang ahli berperang itu-Illarion, melihat seisi istana Hitam menyambutnya. Senyum yang tak pernah muncul ketika dahulu selalu dilakukan penyambutan yang sama, entah apa yang membuat sebuah perasaan senang hingga garis lengkung itu menghiasi wajahnya. Apa kalian tahu?
“Illarion!” seru Amanda ketika kucing hitamnya melompat ke lengan Pangeran Hitam.
“Kau merindukanku?” tanya Illarion sambil mengelus kucing itu, yang di balas dengan lantang oleh Illarion-kuc
Dukung penulis dengan VOTE dan bintang 5 ya ⭐⭐⭐⭐⭐
Illarion memandangnya dengan heran, sedangkan Amanda terlihat terkejut, tapi buru-buru menundukkan kepalanya. ‘Serius adikmu kenapa sih?’ sebenarnya pertanyaan itu yang ingin Illarion lemparkan pada Amanda menggubris kelakuan Gisella barusan. Tapi pria itu urungkan karena melihat istrinya terlalu sibuk memotong daging di piring. ‘Entah apa yang dipikirkan. Mungkin ia benar-benar berharap aku mati di gurun Exilas.’ Dengan muram, Illarion pun menyesap air dari gelas berkaki tinggi yang ada di sebelahnya. Setelah Illarion meletakan gelas itu di atas meja, Gisella langsung mengambil gelas itu dan meminum isinya. “Bagaimana mungkin rasa air putih bisa semanis ini?” gumam Gisella sambil menggigit bibirnya dan menatap penuh rayu pada Illarion. Amanda menahan perih di hatinya. 'Gisella sedang merayu Pangeran Hitam, tapi kenapa itu terlihat menyakitkan bagiku, kenapa
Dan di sinilah Amanda, terbaring meringkuk di atas ranjang kamar Gisella dengan hati yang teramat getir. Jika biasanya ia bisa menahan segala sakit hati, mungkin kali ini ia ingin mengambil satu bagian di tubuhnya itu dan menghanguskannya menjadi abu. Melupakan pernah berbagi ranjang dengan seorang pria tampan bernama Illarion Black. Ia tak pernah menyangka seperih ini harus membiarkan pria itu dilayani oleh adik tirinya sendiri. Sementara itu di ruangan yang berbeda, Illarion terlihat tidur membelakangi pintu kamar. Pundak lebar dengan luka sayatan dalam, membuat pola-pola maskulin di tubuh pria itu. Gisella meneguk salivanya, 'ah sexy, membuatku benar-benar bergairah.' Dengan langkah perlahan dan pakaian yang minim-nyaris tak berbusana, gadis bersurai sewarna tembaga itu berbaring perlahan di sebelah Illarion.
Semenjak itu Illarion Black pisah ranjang dengan Amanda White. Mereka pun tak makan bersama, karena sang pemilik rumah memerintahkan pelayan untuk membawakan makanan ke kamar gadis itu. "Maafkan aku," bisik Amanda sambil melihat Illarion dari balik jendela kamarnya. Gadis itu hanya diperbolehkan keluar ketika Pangeran Hitam tak ada di istana. Amanda tentu tak keberatan, selama ini di kediaman Broke, ia hanya berkutat di dalam puri. Dan ketika ayahnya menurunkan derajatnya menjadi pembantu, barulah ia bisa keluar puri. Tapi hanya untuk bekerja, tak lebih. Sedangkan di istana Pangeran Hitam, Amanda bisa berkeliling taman sesuka hati. 'Ini bukan hukuman yang biasa aku terima,' batin Amanda. 'Tapi kenapa hatiku terasa sakit? bahkan aku sudah biasa diabaikan oleh orang lain, tapi kenapa begitu sakit
Amanda langsung berbalik mendapati sosok tampan berambut coklat dengan iris sewarna almond. Laki-laki yang sama sekali tak dikenalnya itu tersenyum semanis madu sebelum menarik punggung tangan Amanda dan menciumnya. "Aku Apollo, Pangeran dari Landyork. Kurasa ini pertama kalinya aku melihat wanita secantik Anda di acara seperti ini. Aku tak mungkin melupakan jika pernah bertemu Anda sebelumnya," ujar Apollo sambil melepaskan ciumannya dari punggung tangan Amanda. "Dan siapakah Anda, Lady?" Amanda terlihat salah tingkah dengan sapaan yang tak disangka akan ia dapatkan di pesta ini. Gadis itu melirik ke sekitar. 'Pria ini menegurku? Ia bertanya namaku 'kan? Atau orang lain?' Kembali Amanda mengedarkan pandangannya dan terhe
“Duke-, kau lebih tahu apa yang terjadi dan dengan siapa putrimu berpihak.” Dengan mata merah seorang pria tua mendekat kearah Pangeran Hitam, sambil berjinjit dia menunjuk Illarion yang menjulang tinggi di hadapannya. “Aku tak menyangka seleramu adalah wanita penyakitan dari keluarga Ratu yang telah membunuh ibumu sendiri.” Amanda terkesiap mendengar informasi itu. ‘Ratu telah membunuh ibu Pangeran Hitam, kenapa tak ada seorang pun memberitahukanku? Karena itulah ketika pertama kali bertemu pria ini begitu membenciku dan bertanya tentang Ratu?’ Pangeran Apollo menatap Amanda. ‘Oh jadi ia keluarga Ratu. Menarik.’ Mata Illarion menyipit, sedikit membungkukkan diri agar pria tua di hadapannya tak perlu berjingkat. “Mantan mertuaku, kau tahu? Bukan salahku jika selera p
Duke Alantoin masih tak menyangka anak Baron Broke ada di acara ini dan berdampingan dengan Pangeran Hitam. “Hamba benar-benar tak menyangka ia akan membawa gadis itu ke istana, bahkan membiarkannya hidup sampai saat ini.” “Kau selalu bodoh dan tak tanggap pada keadaan, karena itu walau aku lebih muda dan seorang wanita, Ayah selalu mengandalkanku,” hina Ratu Minerva. Duke Alantoin menekukan mukanya, ia yang biasa menghina orang-orang sekarang harus bungkam menerima hinaan dari adik kandungnya sendiri. “Tak berguna,” desis Minerva sambil memandang rendah kakaknya, sebelum berdiri menyambut Raja Abraham. “Yang Mulia, Singa Agung Anarka! Raja Abraham!” Semua para hadirin menunduk memberi hormat saat
Pemandangan mesra itu terpampang nyata di hadapan Amanda. ‘Ia tak pernah tersenyum ketika melihat seseorang, dan kali ini wanita cantik lagi sempurna dengan latar belakang yang dapat menguntungkan dirinya melamar Tuan, tentu saja ia akan menerimanya. Bukankah sesuatu hal yang bodoh jika ia menolaknya?’ Hati Amanda kembali begitu perih, semenjak peristiwa Gisella, kembali gadis itu merasakan hal yang sama. Raja terlihat tak begitu senang dengan permintaan Ratu Zaina, “Aku akan mempertimbangkan hal ini, karena Illarion baru saja menikah dengan keluarga Minerva,” ujarnya sambil melihat ke arah Pangeran Hitam. "Aku akan menunggu dengan sabar, yang mulia Baginda Raja," jawab Ratu Zaina tak menyerah. "Izinkan hamba tinggal di istana Anarka hingga Baginda Raja memberi keputusan dan menurunkan izin kepada hamba," pin
Amanda meninggalkan ballroom acara dengan perasaan sesak. Semua perkataan buruk orang-orang tentangnya di acara itu tak lebih menyakitkan saat melihat Illarion Black berdansa mesra dengan Ratu Zaina. Kakinya berhenti di balkon yang menghadap danau buatan, tak ada cahaya bulan hanya bintang di langit malam. “Sadarlah Amanda! Jangan terlalu tamak, ia bahkan tak memandangmu, dan kau tak akan pernah bisa memilikinya! Ingatlah, kau hanya salah satu orang yang berasal dari keluarga musuhnya,” ucap gadis itu sambil menepuk kedua pipinya. Amanda kemudian termenung nyaris menjatuhkan air mata saat patah hati pertamanya untuk seorang pria. Ah tidak, patah hati pertamanya pada ayahnya. Ben Broke. Dan betapa malang gadis itu, ia harus patah hati kembali ketika baru mengenal cinta, bahkan sebelum cinta itu bersemi indah.