“Ah? Apa?” Peter kebingungan, ia masih memproses beberapa gosip yang ia dengar ternyata hanya bohong belaka, sampai Kaisar Hitam menyatakan kalimat terakhirnya. ‘Sejak kapan aku memiliki istri?’
“Kau mencintai Amanda? Sudah berapa lama?” tanya Illarion lagi memulai interogasi. Sebenarnya ia tak ingin merebut istri siapapun, tapi jika itu Amanda maka ceritanya berbeda.
Kamar yang sempit itu memberi tekanan besar pada Peter, terlebih aura mendominasi pria di atas ranjangnya. Berusaha menenangkan diri, pria jangkung itu duduk di kursi kayu yang berada di pinggir tembok.
“Aku mencintai Amanda sudah lama, sekitar dua tahun lalu,” cerita Peter. ‘Amanda bukanlah gadis
“Apakah kau ayahku?” tanya Max tanpa basa basi. Ia berjalan di samping Illarion. Untuk ukuran anak kecil berumur tujuh tahun, Max memang tergolong tinggi. “Apa kau berharap seperti itu?” tanya Illarion balik. Max menjulurkan lidahnya. “Tentu saja sebaliknya. Aku membenci ayahku, dan jika benar kau ayahku. Maka aku membencimu dua kali lipat,” ucapnya sambil mengacungkan jari tengah dan jari telunjuknya menunjukkan angka dua. “Kau semakin persis denganku, aku juga membenci ayahku bahkan seribu kali lipat.” “Aku dua ribu!” “Yah terserah kau lah,” ucap Illarion acuh tak acuh. “Aku membencimu, kau tahu,” ulang Max sambil menghentikan langkahnya.
Illarion mengangguk setuju. “Terima kasih,” ucapnya tulus. “Kau membuatku merinding saja!” ketus Putri Hera atas perlakuan manis adiknya barusan. Sekedar ucapan ‘terima kasih’ di dalam keluarga inti Kerajaan Anarka adalah perlakuan aneh yang jarang mereka terima dan lakukan satu sama lain, mereka melakukan hal itu hanya untuk orang lain saja. Putri Hera kemudian beranjak ke dapur menyusul Amanda, ia akan pamit dengan tuan rumah, setelah tadi berpamitan dengan Galela. “Apa yang kau kerjakan?” tanya Putri Hera mengejutkan Amanda di dalam dapur. ‘Ah ia benar-benar mirip seperti peri hutan cantik yang dipekerjakan nenek sihir tua, selera adikku memang berbeda,’ batin wanita cantik dengan surai abu bergelombang itu.
“Mirip bagaimana? Wajah seperti Kaisar Hitam itu sangat eksklusif, bahkan di antara para bangsawan Anarka yang terkenal tampan, wajahnya lah yang paling tampan,” seru Jean yang tiba-tiba fangirling Illarion Black dan membela pria bersurai hitam itu, tak ingin idolanya disamakan dengan siapapun. Mendadak salah satu warga desa berlari dengan wajah pucat dan langsung menghadap Ketua Fang. “Ketua! Tolong, kereta kuda adikku jatuh di tebing barat, jurang Helena! Aku takut akan terjadi longsor yang bisa menimbun mereka. Tolong mereka segera, adikku dalam perjalanan yang membawa keluargaku dan adik iparku yang sedang hamil besar ke kerajaan Eden,” jelas pria itu terlihat panik. Ketua Fang menepuk pelan pundak pria itu berusaha menenangkannya. “Tunjukkan jalannya ke tempat kejadian, sambil jelaskan apa yang terjadi padak
“Tapi kita tak mungkin membiarkan seorang wanita untuk masuk ke sana! Bahkan para pria yang mahir memanjat tebing hanya mampu menyelamatkan keluarga yang terjatuh di pinggir jurang rambut Helena,” tolak Peter. ‘Terlalu membahayakan, aku tak akan membiarkan mereka mengorbankan Amanda.’ “Betul! Terlalu membahayakan!” jerit penduduk lain. Kendati ada beberapa penduduk yang vokal menjelekkan Amanda, tapi banyak dari mereka juga merasa berhutang budi pada gadis itu. Mary berjingkat ke sebelah ibu tua yang tertimpa musibah itu, ia ikut menenangkan wanita itu yang masih keluarga jauhnya. “Aku akan memberitahu Amanda, gadis itu tak pernah menolak, ia akan membantu.” Segera setelah mengatakan hal itu Mary berlari ke rumah Amanda. Setengah jam berlalu bagai berhari-hari
“Amanda…,” panggil Illarion lirih, setelah beberapa saat suara wanita yang merintih itu mulai menghilang di ruang dengarnya. Membuat pria yang berada di tengah-tengah jurang itu mengkhawatirkan keadaan gadis yang selalu berada di alam pikirannya.“Amanda…,” panggil Illarion lagi.“Amanda… kau baik-baik saja?” tanya Illarion kali ini mulai terdengar panik. Pendengarannya begitu sunyi sampai ia bisa mendengar bunyi gluduk petir berpuluh-puluh meter di atasnya. ‘Akan segera hujan…’Illarion sudah siap menarik tali yang melingkar di pinggang Amanda, saat ia mendengar tangisan keras seorang bayi. Dan tak berapa lama, cahaya dari kunang-kunang di dalam botol terlihat berada di bawah pria bertubuh tin
“Kau di sini?” tanya Illarion sambil berlari pelan ke arah Amanda. Gadis itu berada di pinggir pantai. Tadi Illarion mencarinya, tapi sebelum diusir oleh Galela ia mendapat informasi dari Max bahwa Amanda ada di pantai. Warna jingga dari matahari yang mulai menghilang di cakrawala, membuat rambut dan wajah Amanda yang seputih salju menjadi berwarna merah berpendar. ‘Dahulu aku membenci cahaya ini, seolah mengingatkanku pada hari ibuku dibakar hidup-hidup di alun alun kota. Tapi sekarang sinar yang sama memberikan pesona kecantikan yang menarik pada Amanda, dan aku tak membenci warna itu sama sekali. Karena Amanda? atau waktu akhirnya mengobati trauma ini,'batin Illarion. Iris ungu di mata Amanda membesar. “Tuan mengenakan baju selain warna hitam?” tanyan
Jantung gadis mungil itu masih berdegup kencang. ‘Apakah aku bersedia kembali dengannya, ke kehidupan dahulu, bersama Tuan?’ ‘Ah ia bahkan bukan seorang Pangeran yang akan menjadi Raja saja sekarang, tapi seorang Kaisar, Raja di Raja. Pantaskah aku? kuatkah aku? bisakah aku?’ Amanda mencari jawaban itu di mata kelam milik Illarion, ia yang hanya anak seorang Baron. Bahkan anak yang tidak diharapkan. ‘Menjadi seorang permaisuri? Ini bahkan jauh diluar takdir-takdir yang aku pikirkan’ Amanda menautkan jari-jari tangannya di depan dada, tak tahu harus menjawab apa. “Aku belum menikah, lagi,” jawab Amanda setelah diam beberapa saat.
“Geez,” desis Illarion mendengar cara bocah kecil itu memanggilnya. ‘Kenapa ia semakin mirip denganku dari waktu ke waktu?’ Illarion bertanya-tanya mengingat ia sering memanggil yang lebih tua hanya sekedar sebutan ‘pria tua’ atau ‘wanita tua’. “Pertama, kau merestui aku menjadi suami ibumu karena aku akan menyebarkan tentang kau menangis-.” Max langsung menghentakan kakinya ke tanah. “Hei! Kau sudah berjanji untuk tak menyebarkannya!” Illarion menggerakan telunjuknya di depan Max. “Aku akan menggunakan seluruh kelemahan yang kau punya untuk mendapatkan keuntungan darimu. Ini sebuah pelajaran bocah kecil, jangan sampai kau memperlihatkan kelemahanmu pada orang yang salah. Ah! lebih baik jangan memperlihatkan kelemahanmu pada si