Beranda / Rumah Tangga / Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan / BAB 111 : SAYA TIDAK AKAN CERAIKAN KAMU

Share

BAB 111 : SAYA TIDAK AKAN CERAIKAN KAMU

Penulis: Langit Parama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-21 08:02:01

Radja terdorong ke belakang, punggungnya membentur sisi sofa. Tapi sebelum Daryan sempat maju untuk menyerang lagi, Savana langsung berdiri dan menahan tubuh suaminya.

“Mas, cukup!” teriak Savana.

Daryan menoleh, sorot matanya tajam menembus wajah Savana. Namun, untuk sekejap, langkahnya terhenti.

“Jangan pukul Radja lagi!” ucap Savana tegas, napasnya tak beraturan karena syok dan emosi.

Tanpa sepatah kata, Daryan langsung meraih pergelangan tangan Savana dan menggenggamnya erat, seolah tak ingin gadis itu lepas darinya lagi.

“Ikut saya pulang.”

“Saya gak mau!” tegas Savana sambil berusaha menarik tangannya.

Daryan menarik lebih kuat. Tapi Savana menepis tangan Daryan dengan kasar.

“Saya bilang saya gak mau, mas!”

Wajah Daryan mengeras. Rahangnya menegang.

“Savana, jangan membantah ucapan suami!” gertaknya dingin dan berat.

Napas Savana tercekat di tenggorokan. Ada jeda panjang di antara mereka, hanya terdengar suara napas berat mereka yang memburu.

“Ngapain kamu berduaan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 224 : KETAHUAN DARYAN

    Daryan duduk sendirian di ruang tengah rumah, bersandar santai di sofa panjang berlapis kulit, laptop terbuka di pangkuan. Layar itu menampilkan grafik, sinyal, dan bar audio yang terus bergerak, serta suara. Suara yang sangat ia kenal. Savana. Suara istrinya, yang sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana. Daryan tak perlu menebak lama, karena tak butuh waktu lama hingga nama itu muncul. Ajeng. Ibunya. Tangannya mengepal perlahan di atas mouse. Rahangnya mengeras saat mendengar nada bicara Savana yang tenang—begitu tenang hingga membuat dada Daryan terasa sesak. Ia tak menyangka, Savana benar-benar ke sana. Benar-benar menjenguk Ajeng di penjara sendirian dan tak memberitahunya sedikit pun. Suara Savana terdengar lagi, jernih lewat mikrofon ponsel baru istrinya yang sudah dia sadap secara remote. “Karena aku pengen lihat, apa Mama masih bisa makan dengan tenang. Apa Mama sehat, apa Mama tidur nyenyak. Setelah yang semua Mama lakukan ke aku.” Daryan memejam

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 223 : AJENG MINTA MAAF

    “Lalu, kalau kamu tidak ingin balas dendam. Kenapa kamu datang ke sini?” Ajeng bertanya dengan nada dingin. Savana hanya membalasnya dengan senyuman kecil. “Ada aku bilang kalau aku ke sini karena mau bales dendam?” Mata Ajeng langsung menyipit. “Terus kamu ngapain ke sini, sambil ungkit-ungkit kejadian itu lagi? Lalu kamu seolah menyindir saya begitu?” tatapannya jatuh pada kotak makanan yang dibawa Savana. “Apa itu ada racunnya?” “Aku minta maaf kalau ucapan aku menyinggung Mama. Aku gak ada niatan mau ngeracunin Mama juga, aku cuma mau kasih tahu kalau aku masih selamat dan … anak aku yang gak selamat,” ujarnya lirih, suaranya mengecil di akhir. Tubuh Ajeng langsung menegang, tangannya yang terletak di atas pangkuannya mengepal erat. “Mama tenang aja, aku gak nyalahin Mama kok,” lanjut Savana, “Dan aku dateng ke sini bukan Cuma mau jenguk Mama, bukan Cuma bawa makanan. Dan bukan juga … bales dendam.” Ajeng meremas tangannya kuat, “Lalu apa?” suaranya terdengar bergetar,

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 222 : MENJENGUK AJENG

    Malam itu sekitar pukul sebelas malam, Savana duduk seorang diri di atas ranjang sambil menatap ke pintu—menunggu Daryan selesai mengerjakan pekerjaannya di ruang kerja. Setelah percakapannya soal Ajeng, mereka terlibat keheningan bahkan saat makan malam juga. Bukan Savana tak mau membujuk suaminya, akan tetapi dia tak tahu harus bujuk bagaimana. “Apa aku buatin kopi aja?” gumamnya pelan. Tanpa pikir panjang, Savana langsung turun dari ranjang. Sejenak pandangannya tertuju pada figura besar di atas ranjangnya, foto pernikahannya bersama Daryan saat belum saling cinta. Baru saja dia hendak melangkah lagi untuk meninggalkan kamar, pintu kamarnya dibuka lebih dulu dan menampilkan Daryan yang sudah kembali dari ruang kerja dengan raut lelah. “Mau ke mana?” tanya Daryan dengan kening mengerut bingung. “Em … mau nyusul kamu ke sana tadi.” Savana tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuk lehernya. “Aku udah selesai,” balas Daryan sambil menutup pintu dan melangkah menuju ranjang.

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 221 : STOP BAHAS MAMA

    “Ini HP barunya, Mas?” Tanya Savana pada sang suami begitu Daryan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk putih yang dililit di pinggang lebarnya, air menetes dari rambutnya yang basah—memberikan kesan maskulin, ditambah dada bidang dan perutnya yang berotot. Daryan menoleh, tatapannya tertuju pada kotak ponsel baru di tangan istrinya. “Iya. Buka aja sayang, semoga kamu suka, ya, sama warnanya.” Savana tersenyum kecil dan membuka kotak ponsel itu di atas ranjang sambil bersandar, sementara kakinya berselonjoran. Sebuah benda pipih berwarna putih dan berlogo buah apel setengah di gigit di belakangnya, “Aku suka banget Mas, makasih, ya.” Daryan tak merespon, ia hanya mengulas senyum kecil yang tipis. Setelah mengenakan celana training dan kaos, dia menyusul istrinya dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan Savana. “Mas, berat,” keluh Savana, namun dia tetap merenggangkan tangannya menyambut sang suami. “Aku ada plan sayang,” ucap Daryan seraya mendongakan ke

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 220 : MULAI DEWASA

    Savana kembali masuk ke rumah, perlahan menutup pintu dengan hati yang sedikit bimbang. Pikirannya masih berputar tentang percakapan tadi dengan Daryan—terutama soal ponsel baru yang akan dibelikannya. Suaminya memang selalu perhatian dengan cara yang berbeda dengan laki-laki pada umumnya, meskipun cara dia terasa terlalu mengatur, bahkan sedikit berlebihan. Tapi Savana tahu, itu demi kebaikannya dan karena Daryan sayang padanya. Saat itu, Hana, yang masih duduk di sofa, menatap putrinya dengan senyum menggoda. "Waduh, nganter suami sampe depan rumah apa sampe kantornya? Lama banget," godanya, membuat Savana tersenyum tipis dan berjalan mendekat. "Ma, jangan gitu. Aku cuma nganter Mas Daryan bentar sambil ngobrol," jawab Savana sambil duduk di sebelah ibunya. Hana mengangkat alisnya, tampak jelas dia sedang menikmati momen tersebut. "Iya, iya, Mama tahu." Savana menghela napas, sedikit bingung. "Iya, Ma, tapi … aku bingung. Gak tahu kenapa tiba-tiba dia ngatur begitu banyak

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 219 : DARYAN PROTEKTIF

    Pagi itu, sinar matahari menyusup lembut melalui jendela ruang tamu rumah baru Daryan dan Savana. Hana melangkah masuk dengan tas kecil di tangan, wajahnya memancarkan senyum hangat yang tak bisa menyembunyikan sedikit kebahagiaan. Savana menyambut ibunya dengan pelukan erat, sesekali menatap sekeliling ruangan yang masih terasa asing namun penuh harapan. "Ayo duduk dulu, Ma," ajak Savana seraya menarik lengan ibunya menuju sofa. Daryan muncul dari ruang kerjanya—sudah lengkap dengan setelan jas mahal yang membalut tubuh tegapnya, ia berjalan dengan langkah tegas sambil menampilkan senyum ramah. "Ma," sapa Daryan sembari menghampiri ibu mertuanya. "Kamu beli rumah mendadak apa gimana? Kok Mama gak dikasih tahu? Sengaja buat dijadiin kejutan untuk istri kamu, ya?" Goda Hana sambil tersenyum kecil. "Gak mendadak juga, Ma. Udah lama saya minta Revanza buat cari-cari. Cuma gak sempat aja mau kasih tahu. Jadi, tahu-tahu langsung pindah semalam setelah hubungan kami membaik," ja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status