Home / Rumah Tangga / Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan / BAB 143 : HORMON KEHAMILAN

Share

BAB 143 : HORMON KEHAMILAN

Author: Langit Parama
last update Last Updated: 2025-08-02 08:01:06

“Sayang, kamu percaya aku, kan?” Daryan melangkah pelan menyusul istrinyaa ke kamar, berusaha menyentuh pundak Savana. Tapi istrinya bergeming, menatap lurus ke depan tanpa ekspresi.

“Mas …,” suaranya pelan, hampir seperti bisikan. “Aku cuma minta satu hal. Jangan bikin aku mikir yang nggak-nggak.”

“Aku nggak tahu itu lipstik siapa, Sayang. Sumpah. Mungkin ada yang jahil, atau ... aku nggak sadar kalau itu masuk ke saku jas aku.”

Daryan menghela napas lelah, lalu meletakan paper bag dan es limau di tangannya tadi ke atas meja. Kemudian menghampiri istrinya lagi dan berdiri di hadapannya.

“Aku gak mungkin main belakang. Kamu tuh istri aku, kamu juga lagi hamil anak aku. Kamu pikir aku segitu rendahnya?”

Savana mendongak menatap sang suami. Rahangnya mengeras. “Yang masukin ini ke saku kamu pasti sengaja. Dan aku nggak suka perasaan kayak gini. Perasaan dikhianati walaupun belum tentu bener.”

“Makanya jangan langsung mikir yang enggak-enggak, sayang.” Daryan mencoba meraih tangan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 144 : BANGUN TENGAH MALAM

    Savana akhirnya tertidur, tubuhnya terkulai lelah setelah menangis begitu lama. Daryan menatap istrinya dengan penuh rasa bersalah. Perlahan, dia membenarkan selimut yang menyelimuti tubuh Savana dengan hati-hati. Meskipun Savana tidur, dia tetap terlihat rapuh, dan hati Daryan semakin teriris. "Maaf karena aku kurang tegas sama Bella. Aku pastiin kali ini, gak akan ada satupun perempuan yang berani deketin aku terutama dia," bisiknya pelan, satu tangannya mengusap kepala sang istri. Dengan napas yang berat, Daryan melangkah pergi ke kamar mandi. Suara air mengalir menenangkan dirinya sejenak, namun di dalam hatinya, ada rasa bersalah yang tak bisa dia lepaskan. Saat tengah malam, Savana terbangun dengan mata yang sedikit kabur. Ia merasakan suhu tubuhnya yang hangat, dan perlahan ia membuka matanya, mendapati ruangan yang temaram. Begitu matanya terbuka sepenuhnya, ia melihat Daryan yang masih duduk di sofa dengan laptopnya. Daryan terlihat sangat fokus, tampak serius, bahkan sa

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 143 : HORMON KEHAMILAN

    “Sayang, kamu percaya aku, kan?” Daryan melangkah pelan menyusul istrinyaa ke kamar, berusaha menyentuh pundak Savana. Tapi istrinya bergeming, menatap lurus ke depan tanpa ekspresi. “Mas …,” suaranya pelan, hampir seperti bisikan. “Aku cuma minta satu hal. Jangan bikin aku mikir yang nggak-nggak.” “Aku nggak tahu itu lipstik siapa, Sayang. Sumpah. Mungkin ada yang jahil, atau ... aku nggak sadar kalau itu masuk ke saku jas aku.” Daryan menghela napas lelah, lalu meletakan paper bag dan es limau di tangannya tadi ke atas meja. Kemudian menghampiri istrinya lagi dan berdiri di hadapannya. “Aku gak mungkin main belakang. Kamu tuh istri aku, kamu juga lagi hamil anak aku. Kamu pikir aku segitu rendahnya?” Savana mendongak menatap sang suami. Rahangnya mengeras. “Yang masukin ini ke saku kamu pasti sengaja. Dan aku nggak suka perasaan kayak gini. Perasaan dikhianati walaupun belum tentu bener.” “Makanya jangan langsung mikir yang enggak-enggak, sayang.” Daryan mencoba meraih tangan

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 142 : CEMBURU

    "Eh, Mbak Bella," sapa Mega ramah begitu keluar dari ruangan kerja Daryan dan mendapati Bella berdiri di depan pintu. "Mau ketemu Pak Daryan, ya?" Bella mengangguk pelan sambil menyunggingkan senyum kecil. “Iya, sebentar aja kok.” “Maaf, Mbak, tapi Pak Daryan sedang tidak ada di ruangan,” jelas Mega sopan. “Beliau sedang makan siang dengan Pak Revanza. Kalau Mbak mau menunggu, bisa saya antar ke ruang tamu eksekutif, ya?” Bella menepis tawaran itu dengan senyum santai. “Gak usah repot-repot, aku tunggu di sini aja. Santai aja, aku kan temannya Daryan.” Mega tetap berdiri di tempat, tidak bergeming. “Maaf, Mbak Bella. Akses ke ruangan pribadi Pak Daryan hanya diperuntukkan untuk sekretaris dan asisten pribadi. Di luar itu tetap harus menunggu di ruang tamu eksekutif.” Bella tertawa kecil, sedikit mendesak. “Aduh, Mega. Aku ke sini bukan buat ngerecokin, kok. Aku cuma mau nyampein sesuatu yang penting. Daryan juga gak bakal keberatan kalau tahu aku nunggu di dalam.” Mega masih tam

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 141 : BABY BOY

    Penthouse terasa sunyi malam itu, hanya suara lembut mesin AC dan ketukan jari besar Daryan di keyboard laptop yang memecah keheningan. Daryan bersandar di headboard ranjang, laptop terbuka di pangkuannya, matanya fokus menatap layar yang sesekali menampilkan grafik dan angka-angka penting dari laporan perusahaannya. Di sampingnya, Savana duduk bersila dengan bantal kecil di pangkuannya. Kepalanya bersandar di bahu sang suami, tatapannya lurus pada layar laptop. Sementara satu tangan melingkar di lengan Daryan. Wajah Daryan tampak lelah, tapi masih terlihat tampan dengan kimono tidur warna hitam yang sedikit terbuka di bagian dada bidangnya. “Mas,” panggil Savana pelan, tangannya mengusap lembut lengan kekar sang suami. “Hm?” sahut Daryan, tak menoleh, tapi tangannya berhenti sejenak. “Udah malem. Istirahat dulu, ya?” Daryan memutar lehernya perlahan, menatap wajah istrinya yang kini sudah bersandar di bahunya. Dia menutup laptopnya dan meletakkannya di nakas samping tempat tid

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 140 : BELLA KICEP

    Bella memasuki rumah Stella dengan langkah cepat, kedatangannya ke sini bukan mencari kakak iparnya itu—melainkan mencari Radja. Kini langkah kakinya membawanya ke lantai atas, menyusuri lorong menuju kamar cowok itu. Tanpa mengetuk pintu, Bella langsung masuk dan menemukan Radja tengah duduk di sofa. "Dja!" serunya, suaranya agak tegang namun tetap mengundang perhatian Radja yang duduk malas. Radja menoleh, ekspresi wajahnya datar, matanya setengah malas menatap Bella yang sudah berdiri di depannya. “Kamu tuh sebenernya suka gak sih sama Savana?” tanya Bella tiba-tiba, membuat Radja mengerutkan dahi. Radja menatap Bella dengan tatapan bingung, lalu sedikit mengangkat alisnya. “Kenapa nanya gitu?” “Jawab aja. Kalau kamu suka, kenapa kamu nggak rebut dia dari suaminya sih?” Bella melanjutkan dengan nada yang agak tajam. Radja menghela napas panjang, menundukkan kepala sejenak, seolah berpikir. Namun dia tidak segera menjawab, hanya diam menatap lantai. Bella yang tidak sabar, b

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 139 : USG KEHAMILAN

    Hari ini usia kandungan Savana sudah memasuki usia enam belas minggu, Daryan dan Savana memutuskan untuk menjalani pemeriksaan USG yang sudah lama mereka tunggu. Savana merasa sedikit gugup, meski dalam hati sangat bersemangat. Ini adalah momen yang tak terbayangkan sebelumnya, mereka akan mengetahui jenis kelamin anak pertama mereka. Di ruang rumah sakit, suasana terasa tenang. Savana berbaring di atas brankar pemeriksaan. Daryan berdiri di sampingnya, menatapnya dengan penuh perhatian. "Mas, kamu berharap anak kita cewek atau cowok?" Savana bertanya dengan nada cemas, meski senyum tipis tak hilang dari wajahnya. Daryan memegang tangannya dengan lembut. "Yang penting anak kita sehat, sayang. Kita akan tetap bahagia apapun jenis kelaminnya." Savana hanya tersenyum dan mengangguk, masih terasa sedikit gugup, tapi juga penuh harap. Tak lama setelah itu, dokter masuk dan menyapa mereka dengan senyuman ramah. "Selamat pagi, Nyonya Savana, Tuan Daryan. Sudah siap untuk melihat keajai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status