Menahan rasa malu Rain bergegas menuju tangga darurat, disusul Embun yang memasang muka hampir menangis karena harus menuruni banyak anak tangga. Rain tidak mau menunggu dan memperlambat langkah, dengan sepatu berhak tinggi tentu saja Embun kesusahan untuk mengejar, tapi tak kurang akal gadis itu me
Rain berbalik dan melangkah untuk kembali ke ruangan di mana Embun berada, akan tetapi logikanya menghalangi. Ia hanya bisa geram dan menggenggam erat jas yang ada di tangan.“Tidak, aku tidak akan pernah membiarkanmu masuk kembali ke dalam hatiku, tidak akan.”Akhirnya Rain berbalik pergi, benar-be
💦💦💦 Hari berikutnya, Embun terlihat sudah rapi. Dia bahkan mengenakan setelan kerja baru yang terlihat sangat modis, meski begitu dia tidak melupakan kacamatanya. Embun merasa tidak boleh terlihat mencolok di awal-awal bekerja, meskipun nanti pada akhirnya dia juga menjadi sosok wanita paling di
Beberapa jam sebelumnya“Ke mana Pak?” Embun yang baru saja menerima berkas dari tangan sang atasan mencoba mencari penegasan. Rain baru saja memintanya menemani ke gelaran acara perusahaan Bianca.“Maaf Pak saya belum siap ketemu calon mertua,” ucap Embun tanpa rasa malu.“Nglunjak ya kamu.” Rain
“Rain, ayo!” Embun berlari mendekat, dia meraih pergelangan tangan Rain kemudian berlari, sampai pacarnya itu harus ikut berlari untuk mengimbangi langkah kakinya. Rain tersenyum lebar, jemari tangannya balik menggenggam pergelangan tangan Embun. Seolah bisa membaca pikiran masing-masing, Embun pun
“Apa kamu baik-baik saja?”Rain sejatinya ingin menanyakan hal itu ke Embun, tapi otaknya kembali menolak. Ia hanya bisa memandangi punggung gadis yang fokus mengendarai mobil miliknya kembali ke tempat kerja.Setelah melepaskan pelukannya ke Arkan tadi. Embun berucap,“Terima kasih, tapi aku belum s
Membuang napasnya berat, Embun berdiri dan kembali menuju meja kerjanya. Ia mulai fokus kembali mengecek laporan hotel dan jadwal beberapa acara besar yang akan diselenggarakan di sana. Gadis itu terkejut melihat pembatalan acara dari PG Factory di malam tahun baru.“Ah … jangan-jangan karena Rain y
“Kamu ke sini mau makan, atau mau cosplay jadi patung Pancoran?”Rain mengenal jelas suara itu, suara milik pria terdekatnya yang tegas tapi kadang bertingkah jenaka. Ia menoleh dan mendapati Skala juga Beni yang tidak berdiri jauh dari posisi papanya.Kesal dengan apa yang dia lihat, Rain seolah in