Hari ini tidak ada lagi misi mata-mata, Venus dan Archio sudah tidak peduli dengan pasangan mereka yang berselingkuh.Mereka berdua memutuskan check out dan pindah hotel.Archio mengemudikan mobil rentalnya ke daerah Ubud.Tempat dingin di Pulau Dewata Bali itu selalu menjadi pilihan pasangan pengantin baru untuk honeymoon.Sayangnya, yang dibawa Archio ke tempat romantis tersebut adalah tunangan dari pria lain yang masih perawan.Meski begitu, Archio tidak menyesalinya.Dia tidak merasa rugi menghabiskan waktu bersama Venus walau tidak bisa bercinta dengannya.Archio juga tidak akan meminta atau berharap apalagi memaksa Venus memuaskannya dengan cara lain.Dengan hanya berada di sampingnya saja, Archio sudah merasa tenang dan bahagia.Gadis itu mampu membuat dunia Archio penuh warna meski hanya duduk diam di sampingnya tidak melakukan apapun.Archio menoleh sekilas pada gadis yang seperti katanya tadi pagi, ‘Memiliki tempat khusus di hatinya’.Siluet wajahnya begitu lembut. meski men
Venus celingukan di ruang tunggu di depan gate yang tertera pada tiket pesawat, matanya mengedar mencari Archio.Tadi pria itu ijin ke Toilet dan meminta Venus menunggu di ruang tunggu depan gate, tapi kenapa Archio lama sekali?Seorang petugas bandara sudah membuka gate, mempersilahkan penumpang untuk melalui garbarata yang tersambung ke pintu pesawat.Venus berdiri, kepalanya menoleh ke sembarang arah mencari sosok Archio sampai akhirnya dia melihat Archio berlari mendekat.Pria itu tersenyum, meraih tas Venus dengan tangan yang satu kemudian merangkul pundaknya menggunakan tangan yang lain.Mereka berdua berjalan saling berangkulan menyusuri garbarata. Setelah seluruh biaya hotel dan makan selama di Bali ditanggung oleh Archio, sekarang Archio juga memilih pesawat dengan maskapai terbaik dan kursi kelas bisnis.Archio royal sekali memperlakukan selingkuhannya.Sebagai wanita yang tunangannya selingkuh dengan istri Archio, Venus justru merasa puas karena pasti Wulan juga mendapat p
Altezza memiliki akses ke apartemen Venus, dia bisa langsung masuk ke sana dengan bebas.Ada kesal tersimpan dalam hatinya karena kemarin Venus tidak membalas pesan hingga hari ini pun pesan yang terakhir dia kirim masih ceklis dua tanpa berubah biru artinya Venus belum membaca pesannya.Sedangkan dia melihat status Venus sering kali online.Tidak ada kecurigaan berarti, Altezza hanya kesal saja diabaikan tunangannya jadi dia tidak mengirim pesan apapun lagi dan langsung datang ke apartemen Venus.Namun dia tidak menemukan siapapun di ruang televisi dan pantry unit apartemen Venus.Jadi dia langkahkan kakinya ke kamar dan tidak ada Venus di sana. Namun sayup dia mendengar sebuah suara dari balkon.Altezza menyingkap tirai yang menutupi jendela ke balkon dan dia menemukan Venus tengah bicara di telepon dengan senyum lebar dan sesekali tertawa.Sebetulnya hal yang biasa, dia sering melihat Venus bicara dengan sahabatnya sambil tertawa melalui sambungan telepon.Tapi Altezza merasa tawa
“Weiiis, gelang baru nih?” Altezza menangkap tangan Venus lalu memindai gelang emas di pergelangan tangan tunangannya.Venus sempat terhenyak, dia melirik gelang pemberian Archio kemudian tersenyum.“Iya … bagus ya?” Venus malah meminta pendapat.“Bagus, kamu beli sendiri?” Lama Venus tidak menjawab pertanyaan Altezza malah mengagumi gelang di tangannya.Altezza jadi mengerutkan kening bingung, ketika dia hendak mengulang pertanyaannya—ponsel yang dia letakan di atas meja berbunyi.Kurir pengantar makanan memberitahu kalau dia sudah di loby.*** Ternyata kondisi serupa dirasakan juga oleh Wulan yang tanpa sengaja memergoki suaminya sedang bicara ditelepon sambil tertawa renyah dan nada suaranya yang lembut.Namun sayang, dia tidak bisa mendengar dengan jelas percakapan suaminya tersebut.Dia jadi berpikir mungkinkah Archio berselingkuh?Hatinya seketika mencelos.Setelah memutuskan sambungan telepon yang tiba-tiba diakhiri begitu saja oleh Venus dengan nada kaku—yang Archio duga ada
Sungguh, Archio tidak tega bila harus merenggut mahkota Venus karena posisinya sekarang dia masih berstatus sebagai pria beristri.Archio belum bisa memberikan kepastian kepada Venus meski Venus sendiri mengatakan bahwa mereka hanya perlu pelan-pelan saja menjalani hubungan ini namun Archio adalah pria dewasa yang normal dan memiliki kebutuhan sementara sang istri sudah malas-malasan melayaninya.Selain dari pada itu Archio merasa tidak berhasrat lagi kepada Wulan yang jelas-jelas berkhianat.Jadi ketika saat ini bertemu dengan Venus yang menggunakan pakaian yang bisa memancing libidonya, Archio membalut tubuh Venus dengan selimut hingga ke leher.Venus yang sekarang berada dalam pelukan Archio belum berhenti tertawa karena ulah pria itu.“Mas ih, masa aku dibungkus gini kaya lemper.” “Abisnya kamu mancing-mancing.” Archio mengakhiri kalimatnya dengan kecupan cukup dalam di kening Venus. Venus melesakan wajahnya lebih dalam ke ceruk leher Archio, mengendus aroma pria itu yang membu
Berhubung Venus dan Archio tengah terlibat cekcok dengan pasangan mereka membuat pasangan selingkuh ini bebas menghabiskan waktu bersama tanpa kontrol dari pasangan atau harus berbohong apa, ke mana dan di mana mereka berada.Puas rasanya bagi Archio dan Venus menghabiskan malam bersama seperti pasangan suami istri yang pada akhirnya Archio kalah dan mereka makeout juga seperti di Bali.Setiap harinya Archio sibuk sekali melakukan banyak meeting dengan klien, begitu juga Venus yang memang pekerjaannya mengurusi operasional kantor seperti tidak ada liburnya.Terbukti di saat weekend saja, Venus harus mendampingi Direksi bersama pimpinan tertinggi di dua Kantor Wilayah Jakarta dan beberapa karyawan penting di perusahaan di mana dia bekerja dalam acara turnamen golf di Bogor.Mendengar rencana Venus yang padat di akhir minggu membuat raut wajah Archio berubah murung.Padahal tadinya Archio ingin mengajak Venus ke Anyer karena bila berkeliaran di Jakarta khawatir bertemu orang yang mengen
Archio mendiamkan Wulan semenjak menjemput di Bandara, bahkan tidak sekalipun dia mengajak Wulan untuk makan.Pria itu menyibukkan diri dengan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda karena beberapa hari terakhir dia harus fokus dan mendahulukan pekerjaan di Jakarta.Dengan sering Archio mendengar hembusan napas bosan Wulan yang tengah menonton televisi membuat bibir Archio menyeringai puas.Archio berharap Wulan pulang kembali ke Surabaya malam ini juga jadi dia bisa menyusul Venus ke Bogor.Wulan bangkit dari sofa, dia berinisiatif memesan makanan di resto hotel melalui sambungan telepon dari kamar.“Kamu mau makan enggak?” Wulan bertanya dengan gagang telepon yang menempel di telinga.“Enggak!” Archio menggelengkan kepala tanpa mengalihkan tatap dari layar iPadnya.Wulan merotasi bola mata malas merespon sikap cuek Archio lantas melanjutkan memesan makanan untuk diantar ke kamar.Tidak lama kemudian bel pintu kamar berbunyi, Wulan berlari membukanya dan kembali ke sofa denga
“Hasil dari tes Sabtu kemarin menunjukkan kalau ada tumor di dalam perut Ibu, tapi belum bisa dipastikan tumor ini jinak atau ganas jadi saya sarankan untuk melakukan Gastroscopy dan Biopsi.” Dokter spesialis Onkologi yang mendatangi Wulan ke kamar rawat berujar demikian.“Ya udah, kita lakukan Gastroscopy sama Biopsi aja, Dok.” Tentu Wulan juga ingin tahu sampai sejauh mana penyakit yang bersarang dalam tubuhnya.Dan hari itu juga, sebelum siang harinya Wulan langsung melakukan saran dokter menjalani serangkaian tes.Ternyata bukan hanya dua tes tadi saja, untuk meyakinkan tumor yang ada dalam perut Wulan apakah ganas atau tidak, dia juga melakukan tes Pencintraan Perut dan memeriksa infeksi Helicobacteri.Sendirian Wulan menjalani banyak tes tersebut hingga tubuhnya yang sudah lemas semakin lemas saja.Sekembalinya ke ruangan usai melakukan tes, Wulan iseng mengirim pesan kepada suaminya.Wulan : Aku udah selesai tes, kamu langsung ke sini nanti beres meeting ya?Sudah lama sejak t