“Aku akan buatkan kamu restoran tapi ada syaratnya.” “Kok pakai syarat? Enggak usah kamu yang buatin … aku juga bisa buat restoran sendiri, sebentar lagi Lambo sama perhiasan aku laku dijual, bisa buat resto keren dan mewah.”Di luar dugaan Svarga, ternyata tidak semudah itu berkomunikasi dengan Zaviya.Svarga memutar otak sambil berusaha untuk tetap tenang.“Syaratnya enggak sulit kok, aku hanya ingin kamu bersikap normal dan berhenti menggodaku … aku semakin ilfeel kalau kamu menggodaku terus ….” Zaviya tercenung menatap Svarga lekat, hatinya semakin sakit seakan ditusuk ribuan sembilu.“Tidak perlu memakai baju tidur semi lingery lagi, berhenti merengek dan bersikap manja … jangan membuat drama konyol lagi, bersikap biasa saja … aku lelah.” Svarga langsung menyesali ucapannya setelah melihat ekspresi wajah Zaviya yang pasi dengan kerjapan mata cepat.Dia tahu kalau istrinya sedang menahan tangis tapi Svarga harus tega agar dia bisa mendapatkan kembali hidupnya yang dulu.Svarga
Dari semenjak Zaviya menentukan tempat untuk restorannya, istri dari Svarga itu langsung sibuk jarang ada di rumah.Zaviya selalu meminta ijin setiap kali akan pergi keluar rumah melalui pesan singkat setelah beberapa langkah Svarga keluar dari apartemen.Istrinya memberitahu kalau dia hendak ke kantor sang kakak dan tentu saja Svarga memberi ijin meski Zaviya pulang malam melupakan tugasnya sebagai seorang istri.Setiap kali pulang ke rumah, sudah tidak ada lagi hidangan makan malam yang lezat apalagi senyum manis Zaviya saat menyambutnya di depan pintu.Baru Svarga sadari kalau entah sudah berapa lama dia dan Zaviya tidak bertegur sapa.Zaviya juga seperti menghindar bertatapan dengannya, tapi tidak pernah lupa membuatkan sarapan pagi.Semestinya Svarga senang, hidupnya yang tenang telah kembali tapi kenapa dia merasa gundah?Siang ini Svarga makan siang bersama para sepupunya.Terpaksa, karena kebetulan mereka baru selesai meeting di kantor pusat.“Masa Dinda harus minta pendapat a
Padahal Zaviya ingin bermanja-manja, dia ingin meminta pendapat Svarga mengenai restorannya.Dia lelah ke sana ke mari sendirian, bolak-balik proyek, memilih bahan, memikirkan konsep, denah sampai printilan untuk restorannya setelah jadi nanti.Zaviya menundukan kepala saat berdiri di depan pintu apartemen, dia tidak perlu memakai topeng lagi agar terlihat bahagia di depan keluarganya.Jemarinya menekan angka pada panel di dekat handle pintu membuat benda tersebut terbuka dan kedatangannya disambut cahaya lampu yang menandakan kalau Svarga sudah sampai di rumah.Zaviya melengos begitu saja melewati Svarga yang tengah duduk di meja kerjanya mematuti layar MacBook.Svarga melirik sekilas dan dia bisa menangkap raut sendu di wajah istrinya.Tapi Svarga gengsi bertanya apalagi memulai obrolan dengan Zaviya.Svarga melamun selama beberapa saat dan entah apa yang merasukinya, dia malah bangkit dari kursi lalu menarik langkah menuju ke kamarnya.Begitu membuka pintu, netranya bertemu dengan
Zaviya memindai sekeliling kamar Svarga, simple dan rapih tidak ada banyak barang.Sebelumnya mama Kejora sudah bertanya kepada Zaviya, apakah Zaviya akan langsung menginap di resort seperti keluarga yang lain agar tidak kesiangan di acara besok.Tapi Zaviya menolak dan mengatakan akan menginap di rumah mama Kejora saja, sebenarnya dia ingin tahu rumah di mana Svarga dibesarkan dan bagaimana situasi kamar Svarga.Dan sekarang dia sudah ada di dalam kamar Svarga, cukup kecewa ternyata tidak ada yang spesial.“Ranjangnya enggak sebesar ranjang kita di apartemen, kalau kamu enggak nyaman … aku akan tidur di kamar tamu,” kata Svarga sembari membuka kaosnya sebelum dia membersihkan diri di kamar mandi.Seketika hati Zaviya berdenyut ngilu mendengar ucapan Svarga yang diartikannya kalau pria itu tidak sudi tidur berdekatan dengannya.“Bukan aku yang enggak nyaman, tapi kamu …,” kata Zaviya dingin kemudian melengos masuk ke dalam kamar mandi.Kening Svarga mengkerut bingung, semakin aneh den
“Cantik ya menantu Papa.” Papa Arjuna bergumam sembari melirik Svarga yang melongo menatap Zaviya.“Iya … eh, apa? Gimana?” Svarga blingsatan membuat papa, mama dan Shaquelle tertawa.“Beruntung kamu,” ujar Shaquelle sambil menepuk dada Svarga menggunakan punggung tangannya.Zaviya tersenyum tidak tulus pada Svarga setelah langkahnya tiba di lantai satu. Dan entah apa yang merasuki Svarga, pria itu mengulurkan tangan kepada Zaviya.“Kalian naik mobil pengantin ya,” kata mama memberi instruksi.“Iya, Mah …,” sahut Zaviya dan barulah dia menyambut uluran tangan Svarga. Svarga menuntunnya keluar dari rumah dan membantunya menaiki Limosin yang akan mengantar mereka ke Resort tempat pesta berlangsung.Dalam perjalanan Zaviya tidak banyak bicara sedangkan Svarga sesekali melirik ke arah Zaviya dengan gesture tubuh yang tetap tenang seperti biasa.Svarga akui kalau Zaviya cantik bila sedang diam seperti ini tapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam Svarga merindukan pecicilannya Zaviya.
Langkah Svarga memelan begitu menjejak teras cottage lantaran mendengar isak tangis Zaviya disusul suara benda pecah.Svarga langsung mempercepat langkahnya, khawatir terjadi sesuatu dengan Zaviya.Dia membuka pintu tidak sabaran.“Zaviya!” Svarga berseru sebelum Zaviya melempar lampu tidur berbahan keramik dari nakas sisi ranjang.Barang-barang yang ada di atas meja sofa sudah berserakan di lantai bahkan ada yang pecah karena kebarbaran Zaviya.Zaviya menoleh, menatap nyalang suaminya dengan mata basah dan merah oleh buliran kristal.“Pergi! Ngapain kamu ke sini? Kamu anti ‘kan sama aku, aku itu virus mematikan buat kamu sampai kamu enggak mau nyentuh aku … tapi kamu mau disentuh Gladys, kamu mau berdansa dengan Gladys … kamu mengijinkan dia meletakan tangannya di dada kamu … kamu memegang pinggangnya tapi aku ….” Kalimat Zaviya terjeda oleh tangis.“Aku … istri kamu yang syah, yang seharusnya kamu gauli malah kamu hindari … sekarang pergi kamu, tinggalin aku sendiri ….” Zaviya melem
Svarga melesakan wajahnya di leher Zaviya, memberikan banyak kecupan setelah mengerang panjang saat meledak di dalam Zaviya.Napasnya memburu begitu juga Zaviya dan pria itu lantas bergulir seraya menarik selimut untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.Zaviya ikut menarik selimut hingga menutupi bagian dada sedangkan Svarga yang berbaring terlentang dengan mata terpejam tampak bagian dadanya naik turun dampak dari napasnya yang masih tersengal.Pria itu meletakan satu lengannya di kening. Kepala Zaviya menoleh ke samping dan karena tidak puas menatap Svarga dengan posisi seperti itu, dia pun bergerak dengan berbaring miring menghadap sang suami, menunggu Svarga memeluknya.Di novel-novel yang dia baca atau film-film yang dia pernah tonton, sang pria akan memeluknya setelah bercinta.Namun beberapa menit berlalu, Svarga tidak juga membuka mata mungkin lelah jadi ketiduran.Zaviya maklum, tadi Svarga bersemangat sekali, membolak balikan tubuhnya dengan mudah, menghentaknya cukup lama sam
Wajah Zaviya tampak masam pagi ini setelah kemarin sehari semalam tidak keluar dari cottage lantaran disekap oleh suaminya sendiri.Apalagi alasannya kalau bukan demi untuk memuaskan hasrat Svarga yang ternyata sangat besar sampai Zaviya kewalahan.Sampai ada satu ronde, Zaviya yang kesal enggan menatap wajah Svarga karena pria itu tidak kenal lelah dan bosan menggempurnya padahal tahu kalau Zaviya sampai tidak bisa jalan lantaran bagian intinya terasa seperti memar dan pria itu seolah tidak peduli.Svarga terus memacu tubuhnya mencari kenikmatan di atas Zaviya.Saat ini, mereka berdua sedang berjalan beriringan menyusuri jalan setapak menuju restoran.Sesekali Svarga melirik Zaviya yang pagi ini tidak terdengar suaranya sama sekali.“Ups ….” Zaviya tersandung batu, nyaris tersungkur dan terjebur ke kolam ikan bila saja Svarga tidak sigap meraih tubuh sintal itu.Namun gerakan cepat Svarga membuat Zaviya berakhir dalam pelukannya.Refleks tangan Zaviya juga melingkari tubuh Svarga lal