Share

Bab 5

"Lebih baik aku menceritakan perbuatan Mas Riko pada orang tuaku," batin Nia sambi duduk di tempat tidur.

Sejak pertengkaran itu, Nia akhirnya berusaha mencari solusi dengan menceritakan semua perbuatan Riko kepada orang tuanya. Harapan akan pembelaan orang tuanya ternyata hanyalah isapan jempol belakang. Bukannya mendapat pembelaan Nia justru disalahkan atas apa yang dikatakannya. 

"Kamu pikir Ayah percaya dengan ceritamu? Tidak, karena selama ini Ayah tidak pernah melihat keburukan pada diri Riko!" bentak Budi yang terlihat kesal. 

“Ayah memang tidak pernah melihat keburukan pada Riko karena selama ini dia selalu bersikap baik di depan kalian, berbeda saat dia ada dirumahnya!” teriak Nia sambil menangis. 

“Nia, jaga ucapanmu! Selama ini Ayah tidak pernah mengajarimu menjadi wanita pembangkang, apalagi pada suami,” bentak Budi yang langsung menampar pipi sang putri. 

"Nia, semua masalah itu pasti ada di setiap rumah tangga. Tetapi Ibu yakin Riko tidak akan sampai hati menjualmu pada laki-laki, apalagi selama ini Riko terlihat begitu sangat menyayangimu," imbuh Indah.

“Aku berani bersumpah jika apa yang sudah aku katakan itu adalah sebuah kebenaran." Nia terus mencoba meyakinkan kedua orang tuanya.

"Kalau memang itu benar, tunjukkan buktinya kepada Ayah biar nanti Ayah sendiri yang menyeretnya ke penjara."

Nia yang tidak mempunyai bukti tentang perbuatan sang suami hanya bisa terdiam dan menunduk. Pasalnya selama ini Riko melarangnya untuk membawa ponsel saat melayani tamu. Sementara itu Rosa yang sejak tadi diam tiba-tiba bersuara seolah ingin membuat Budi semkin membenci Nia. 

"Halah, pasti semua itu hanya cerita karanganmu saja 'kan?" jawab Rosa yang saat itu melipat baju. 

"Tidak, Bu. Aku bicara yang sebenarnya. Mas Riko bukanlah suami yang baik." Nia berusaha menjelaskan. 

"Cukup! Ayah tidak mau kamu terus menjelekkan Riko disini."

Nia yang mendengar jawaban ketiga orang tuanya hanya bisa diam. Dia baru sadar jika semua ini adalah kesalahannya. Pasalnya selama ini dia  lebih memilih memendam sendiri semua perlakuan Riko dan keluarganya. 

Jadi tidak heran jika keluarganya begitu sangat membela laki-laki kejam itu. Setelah menyadari apa yang di lakukan hanyalah sia-sia Nia pun akhirnya pulang ke rumah orang tua Riko. Seampainya di dalam kamar Nia yang merasa kecewa dengan sikap orang tuanya hanya bisa menangis. Dia teringat tentang kebodohannya karena telah menutupi perbuatan kejam sang suami. 

"Nia, bagaimana kabarmu. Nak?" tanya Indah saat Nia datang ke rumahnya. 

"Alhamdulillah, baik. Bu," jawab Nia sambil tersenyum. 

"Maaf ya, Nak. Ibu tidak pernah menemui mu ke rumah Riko, karena Ibu tidak enak jika kehadiran kami hanya akan membuatmu dalam masalah," ucap Indah yang saat itu sedang sibuk melipat baju. 

Tiga bulan lalu, tepatnya saat orang tua Nia tidak memiliki tempat tinggal mereka pernah menumpang di rumah orang tua Riko untuk beberapa hari. Tetapi suatu pagi keluarga Riko dengan tega mengusir keluarga Nia dari rumah itu. Hingga membuat Nia terpaksa mencarikan rumah kos yang kecil untuk keluarganya. 

"Apa mereka masih kejam kepadamu?" tanya Budi yang saat itu baru saja keluar dari dapur.

"Ehm …." 

"Ya tentu saja, mereka itu keluarga kaya dan sombong pasti saja berbuat kejam kepada Nia. Apalagi Nia 'kan dari keluarga miskin," jawab Rosa yang tiba-tiba. 

"Tidak, Bu. Mas Riko dan keluarganya sangat baik kepada Nia, bahkan mereka menuruti semua keinginan Nia." Nia menjawab sambil tersenyum bahagia. 

Budi adalah mantan seorang anggota Polisi, keputusannya untuk melakukan poligami membuatnya dikeluarkan dari anggota kepolisian. Sejak saat itu Budi bekerja sebagai seorang wartawan sebuah majalah swasta dengan gaji yang tidak pasti. Bahkan dengan tega Budi membawa istri keduanya untuk tinggal satu atap dengan Indah. 

Cukup lama Nia melamun mengingat kesalahannya selama ini. Hingga tiba-tiba dia terkejut saat pintu terbuka dengan keras. Tiba-tiba dia terkejut saat mendengar teriakan Sukma memanggil namanya. 

"Nia! Nia." Sukma tiba-tiba mendobrak pintu kamarnya. 

"Ibu." 

"Eh wanita miskin kamu pikir rumah ini adalah rumah orang tuamu! Enak saja kamu tidur-tiduran di kamar, sementara aku menjaga anak-anakmu." Sukma bertolak pinggang di hadapan Nia. 

"Maaf, Bu. Aku hanya ingin istirahat sebentar," jawab Nia sambil menunduk. 

"Istirahat kamu bilang! Anakku kerja mati-matian sekarang kamu bilang kamu mau istirahat sebentar? Sekarang cepat berdiri dan cuci semua piring kotor dan baju kotor yang ada di belakang!" bentak Sukma. 

"Tapi, Bu. Saat ini saya sedang tidak enak badan." 

Sambil langsung menarik tangan Nia. "Aku tidak peduli, kamu kerjakan sekarang atau kamu tidak mendapat makan hari ini." 

Perlakuan keluarga Riko benar-benar membuat Nia menderita. Setiap hari dia harus mengerjakan semua pekerjaan rumah yang ada. Jika tidak, maka tidak ada makanan untuknya di hari itu.

*** 

"Kamu sudah pulang, Mas?" tanya Nia yang melihat Riko masuk ke dalam kamar. 

"Besok jam 7 malam kamu harus ikut denganku di hotel melawai," jawab Riko sambil melepaskan kemejanya. 

"Tidak, aku tidak mau."

" Kamu harus mau, atau aku akan menyiksamu malam ini." Riko langsung mencengkeram tangan sang istri. 

"Kamu sudah gila, Mas. Harusnya kamu sadar apa yang kamu lakukan ini salah!" teriak Nia sambil meneteskan air matanya. 

"Aku tidak peduli, mau salah atau benar. Yang penting besok kamu harus ikut aku," jawab Riko.

"Tidak! Aku sudah putuskan jika aku akan bekerja untuk menyelesaikan hutang-hutang itu." 

"Bekerja, bekerja sebagai apa? Ijazah saja kamu tidak punya," jawab Riko sambil tertawa.  

"Apa saja asalkan tidak jual diri." 

"Besok aku akan paksa kamu untuk ikut denganku," ucap Riko yang langsung mendorong tubuh istrinya. 

Nia yang jatuh kelantai seketika tidak sadarkan diri. Melihat sang istri pingsan. Riko langsung memanggil sang ibu.

"Apa yang sudah kamu lakukan sampai dia bisa tidak sadarkan diri?" tanya Sukma yang terlihat panik.

"Aku tidak melakukan apapun, aku hanya mendorongnya sedikit," jawab Riko yang terlihat ketakutan.

"Sudah-sudah lebih baik kita bawa benalu ini ke rumah sakit, aku tidak mau kita menjadi tersangka jika wanita ini meninggal!" Bentak Sari yang berdiri di dekat Sukma dan Riko. 

*** 

"Bagaimana keadaan Istri saya, Dok?" tanya Riko sesaat setelah Nia mendapatkan penanganan. 

"Ibu Nia baik-baik saja, dia tidak sakit hanya saja saat ini Ibu Nia sedang dalam keadaan hamil," jawab sang dokter sambil tersenyum bahagia. 

"Hamil!" teriak Riko dan Sukma.

"Apa Dokter yakin menantu saya sedang hamil?" tanya Sukma memastikan.

"Saya yakin, Bu. Dan kandungannya saat ini sudah masuk minggu ketiga," jawab Dokter sambil menatap ke arah Sukma.

"Nia hamil. Kira-kira siapa Ayah dari anak itu," batin Riko sambil menunduk.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status