Share

Bab 5

last update Last Updated: 2023-12-27 12:11:33

"Lebih baik aku menceritakan perbuatan Mas Riko pada orang tuaku," batin Nia sambi duduk di tempat tidur.

Sejak pertengkaran itu, Nia akhirnya berusaha mencari solusi dengan menceritakan semua perbuatan Riko kepada orang tuanya. Harapan akan pembelaan orang tuanya ternyata hanyalah isapan jempol belakang. Bukannya mendapat pembelaan Nia justru disalahkan atas apa yang dikatakannya. 

"Kamu pikir Ayah percaya dengan ceritamu? Tidak, karena selama ini Ayah tidak pernah melihat keburukan pada diri Riko!" bentak Budi yang terlihat kesal. 

“Ayah memang tidak pernah melihat keburukan pada Riko karena selama ini dia selalu bersikap baik di depan kalian, berbeda saat dia ada dirumahnya!” teriak Nia sambil menangis. 

“Nia, jaga ucapanmu! Selama ini Ayah tidak pernah mengajarimu menjadi wanita pembangkang, apalagi pada suami,” bentak Budi yang langsung menampar pipi sang putri. 

"Nia, semua masalah itu pasti ada di setiap rumah tangga. Tetapi Ibu yakin Riko tidak akan sampai hati menjualmu pada laki-laki, apalagi selama ini Riko terlihat begitu sangat menyayangimu," imbuh Indah.

“Aku berani bersumpah jika apa yang sudah aku katakan itu adalah sebuah kebenaran." Nia terus mencoba meyakinkan kedua orang tuanya.

"Kalau memang itu benar, tunjukkan buktinya kepada Ayah biar nanti Ayah sendiri yang menyeretnya ke penjara."

Nia yang tidak mempunyai bukti tentang perbuatan sang suami hanya bisa terdiam dan menunduk. Pasalnya selama ini Riko melarangnya untuk membawa ponsel saat melayani tamu. Sementara itu Rosa yang sejak tadi diam tiba-tiba bersuara seolah ingin membuat Budi semkin membenci Nia. 

"Halah, pasti semua itu hanya cerita karanganmu saja 'kan?" jawab Rosa yang saat itu melipat baju. 

"Tidak, Bu. Aku bicara yang sebenarnya. Mas Riko bukanlah suami yang baik." Nia berusaha menjelaskan. 

"Cukup! Ayah tidak mau kamu terus menjelekkan Riko disini."

Nia yang mendengar jawaban ketiga orang tuanya hanya bisa diam. Dia baru sadar jika semua ini adalah kesalahannya. Pasalnya selama ini dia  lebih memilih memendam sendiri semua perlakuan Riko dan keluarganya. 

Jadi tidak heran jika keluarganya begitu sangat membela laki-laki kejam itu. Setelah menyadari apa yang di lakukan hanyalah sia-sia Nia pun akhirnya pulang ke rumah orang tua Riko. Seampainya di dalam kamar Nia yang merasa kecewa dengan sikap orang tuanya hanya bisa menangis. Dia teringat tentang kebodohannya karena telah menutupi perbuatan kejam sang suami. 

"Nia, bagaimana kabarmu. Nak?" tanya Indah saat Nia datang ke rumahnya. 

"Alhamdulillah, baik. Bu," jawab Nia sambil tersenyum. 

"Maaf ya, Nak. Ibu tidak pernah menemui mu ke rumah Riko, karena Ibu tidak enak jika kehadiran kami hanya akan membuatmu dalam masalah," ucap Indah yang saat itu sedang sibuk melipat baju. 

Tiga bulan lalu, tepatnya saat orang tua Nia tidak memiliki tempat tinggal mereka pernah menumpang di rumah orang tua Riko untuk beberapa hari. Tetapi suatu pagi keluarga Riko dengan tega mengusir keluarga Nia dari rumah itu. Hingga membuat Nia terpaksa mencarikan rumah kos yang kecil untuk keluarganya. 

"Apa mereka masih kejam kepadamu?" tanya Budi yang saat itu baru saja keluar dari dapur.

"Ehm …." 

"Ya tentu saja, mereka itu keluarga kaya dan sombong pasti saja berbuat kejam kepada Nia. Apalagi Nia 'kan dari keluarga miskin," jawab Rosa yang tiba-tiba. 

"Tidak, Bu. Mas Riko dan keluarganya sangat baik kepada Nia, bahkan mereka menuruti semua keinginan Nia." Nia menjawab sambil tersenyum bahagia. 

Budi adalah mantan seorang anggota Polisi, keputusannya untuk melakukan poligami membuatnya dikeluarkan dari anggota kepolisian. Sejak saat itu Budi bekerja sebagai seorang wartawan sebuah majalah swasta dengan gaji yang tidak pasti. Bahkan dengan tega Budi membawa istri keduanya untuk tinggal satu atap dengan Indah. 

Cukup lama Nia melamun mengingat kesalahannya selama ini. Hingga tiba-tiba dia terkejut saat pintu terbuka dengan keras. Tiba-tiba dia terkejut saat mendengar teriakan Sukma memanggil namanya. 

"Nia! Nia." Sukma tiba-tiba mendobrak pintu kamarnya. 

"Ibu." 

"Eh wanita miskin kamu pikir rumah ini adalah rumah orang tuamu! Enak saja kamu tidur-tiduran di kamar, sementara aku menjaga anak-anakmu." Sukma bertolak pinggang di hadapan Nia. 

"Maaf, Bu. Aku hanya ingin istirahat sebentar," jawab Nia sambil menunduk. 

"Istirahat kamu bilang! Anakku kerja mati-matian sekarang kamu bilang kamu mau istirahat sebentar? Sekarang cepat berdiri dan cuci semua piring kotor dan baju kotor yang ada di belakang!" bentak Sukma. 

"Tapi, Bu. Saat ini saya sedang tidak enak badan." 

Sambil langsung menarik tangan Nia. "Aku tidak peduli, kamu kerjakan sekarang atau kamu tidak mendapat makan hari ini." 

Perlakuan keluarga Riko benar-benar membuat Nia menderita. Setiap hari dia harus mengerjakan semua pekerjaan rumah yang ada. Jika tidak, maka tidak ada makanan untuknya di hari itu.

*** 

"Kamu sudah pulang, Mas?" tanya Nia yang melihat Riko masuk ke dalam kamar. 

"Besok jam 7 malam kamu harus ikut denganku di hotel melawai," jawab Riko sambil melepaskan kemejanya. 

"Tidak, aku tidak mau."

" Kamu harus mau, atau aku akan menyiksamu malam ini." Riko langsung mencengkeram tangan sang istri. 

"Kamu sudah gila, Mas. Harusnya kamu sadar apa yang kamu lakukan ini salah!" teriak Nia sambil meneteskan air matanya. 

"Aku tidak peduli, mau salah atau benar. Yang penting besok kamu harus ikut aku," jawab Riko.

"Tidak! Aku sudah putuskan jika aku akan bekerja untuk menyelesaikan hutang-hutang itu." 

"Bekerja, bekerja sebagai apa? Ijazah saja kamu tidak punya," jawab Riko sambil tertawa.  

"Apa saja asalkan tidak jual diri." 

"Besok aku akan paksa kamu untuk ikut denganku," ucap Riko yang langsung mendorong tubuh istrinya. 

Nia yang jatuh kelantai seketika tidak sadarkan diri. Melihat sang istri pingsan. Riko langsung memanggil sang ibu.

"Apa yang sudah kamu lakukan sampai dia bisa tidak sadarkan diri?" tanya Sukma yang terlihat panik.

"Aku tidak melakukan apapun, aku hanya mendorongnya sedikit," jawab Riko yang terlihat ketakutan.

"Sudah-sudah lebih baik kita bawa benalu ini ke rumah sakit, aku tidak mau kita menjadi tersangka jika wanita ini meninggal!" Bentak Sari yang berdiri di dekat Sukma dan Riko. 

*** 

"Bagaimana keadaan Istri saya, Dok?" tanya Riko sesaat setelah Nia mendapatkan penanganan. 

"Ibu Nia baik-baik saja, dia tidak sakit hanya saja saat ini Ibu Nia sedang dalam keadaan hamil," jawab sang dokter sambil tersenyum bahagia. 

"Hamil!" teriak Riko dan Sukma.

"Apa Dokter yakin menantu saya sedang hamil?" tanya Sukma memastikan.

"Saya yakin, Bu. Dan kandungannya saat ini sudah masuk minggu ketiga," jawab Dokter sambil menatap ke arah Sukma.

"Nia hamil. Kira-kira siapa Ayah dari anak itu," batin Riko sambil menunduk.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 34

    "Yuni." Rafli terlihat terkejut saat melihat Yuni sudah berada di depan bengkelnya."Yuni. Jadi wanita ini mantan kekasih Mas Rafli," batin Nia sambil menatap Yuni.Apa yang diucapkan Rafli memang benar. Yuni adalah wanita muda yang sangat cantik. Tidak hanya Rafli yang terpesona dengan kecantikan wanita itu. Namun, Nia yang yang baru saja bertemu dengannya pun terlihat kagum."Aak. Bagaimana kabarmu?" tanya Yuni sambil langsung memeluk tubuh Rafli.Sambil melepaskan pelukan Yuni. "Aku baik-baik saja.""Ini siapa?" tanya Yuni saat melihat Nia yang berdiri di samping Rafli sambil menggendong putrinya.

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 33

    Shafira yang selama ini tidak terdengar kabarnya. Tiba-tiba menghubunginya. Nia yang mengetahui siapa orang yang menghubunginya dia terlihat terkejut. [Shafira, apa ada yang bisa aku bantu?] tanya Nia. [Ada hal yang ingin saya sampaikan pada Ibu,] jawabnya yang terdengar ragu. [Apa yang kamu katakan.][Aku ingin Ibu mengembalikan putriku, aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku sangat merindukan putriku,] jelasnya dengan suara bergetar. [Tidak! Aku tidak akan menyerahkan Tiara padamu, dia putriku. Aku yang merawatnya dari kecil, aku juga yang sudah begadang dan menangisinya setiap dia sakit!] bentak Nia sambil mulai menangis. [Tidak bisa. Bu, kalian harus terima kenyataan jika Tiara adalah putri kandungku. Bukan anak kalian."] Nia yang ketakutan langsung menutup ponselnya. Dengan segera dia menggendong Tiara yang masih tertidur pulas. Air mata terlihat mengalir di kedua pipinya. "Dia putriku, bukan milik orang lain. Mas Rafli, ya aku harus bicara dengan Mas Rafli." Nia segera keluar

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 32

    "Kamu pikir aku pembantumu atau baby sitter anak itu! Yang harus menunggu dan meminta izin kalian untuk pergi!" bentak Yola sambil bertolak pinggang. "Bukan begitu. Kak, tapi paling tidak tunggu atau hubungi aku, tidak meninggalkan Tiara seperti itu. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya?" ucap Rafli. "Makanya punya anak itu dijaga, bukannya di tinggal-tinggal." "Kak Yola! Kakak pikir aku dan Nia rekreasi. Kami ke rumah sakit, bahkan saat ini dia harus dirawat. Apa tidak bisa Kakak bersimpati sedikit padanya?" jelas sang adik. "Diam! Ada apa ini, kenapa kalian bertengkar seperti itu." Tiba-tiba Robi masuk kedalam rumah. "Lihat apa yang sudah diperbuat adik kesayanganmu, sejak kecil aku yang merawatnya. Tapi apa balasannya sekarang? Dia justru membenciku seperti itu," jawab Yola sambil menangis. "Rafli! Apa-apaan kamu? Sejak kamu menikah dengan perempuan tidak jelas itu, kamu jadi berubah. Dipikiranmu hanya wanita itu, bahkan sekarang kamu tega membentak orang yang sudah

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 31

    "Apa, istri saya harus dirujuk ke rumah sakit besar!" teriak Rafli yang terlihat terkejut. "Maaf, apa tidak ada cara lain selain dirujuk?" tanya Nia yang saat itu menggendong Tiara. "Tidak bisa, Bu. Ibu harus mendapatkan penanganan secara serius dan pemeriksaan Laboratorium, kebetulan di Puskesmas ini belum tersedia Laboratorium." "Bagaimana dengan Tiara jika aku harus dirawat di Rumah sakit," batin Nia sambil menatap Tiara yang sedang terlelap di gendongannya. "Apa Ibu Nia punya kartu kesehatan? Biar saya buatkan surat pengantar," ucap Dokter tersebut. "Ada, Dok. " Rafli langsung memberikan kartu kesehatan Nia. "Mas, aku tidak mau ke Rumah sakit." "Kita tidak ada pilihan lain, kamu harus segera mendapat penanganan, kamu harus yakin semua pasti akan baik-baik saja," jawab Rafli sambil menggegam tangan Nia. "Tapi bagaimana dengan Tiara, siapa yang merawatnya saat aku di rumah sakit." Wajahnya terlihat khawatir sambil menatap sang putri. Setelah menerima surat pengantar

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 30

    "Buku kelahiran. Untuk apa?" tanya Nia yang terlihat penasaran. "Bang Robi memintaku untuk membawa buku itu padanya. Dia bilang kalau dia ingin melihat buku itu," jawabnya sambil terlihat ragu. Sambil berdiri di hadapan sang suami. "Jadi keluarga mu ragu akan anak ini, apa karena dia jelek jadi keluargamu meragukannya." "Aku sudah menjelaskan itu, tapi Bang Robi tetap tidak mempercayainya. Aku minta maaf, Sayang." Nia yang sudah kesal dengan sikap keluarga Rafli. Langsung berjalan ke arah lemari untuk mengambil buku yang diminta oleh suaminya. Dan langsung menyerahkannya pada Rafli. "Katakan pada keluargamu, jika mereka tidak mengakui anak ini aku tidak masalah. Karena bagiku pengakuan dari mereka tidak penting," ucap Nia sambil menyerahkan buku itu. "Iya, ya sudah aku akan keluar sebentar untuk menunjukkan buku ini pada Abangku," ucap Rafli sambil langsung berjalan keluar kamar. "Aku pikir keluarga Mas Rafli semakin hari semakin membuatku tidak nyaman, tapi bagaimanapun

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 29

    "Maaf, Sus. Dimana pasien bernama Shafira, kenapa dia tidak ada di kamarnya?" tanya Nia pada seorang Perawat yang ada di meja resepsionis. "Ibu Shafira sudah dibawa ke ruang bersalin, karena beliau sudah mengalami pembukaan sempurna dan akan segera melahirkan," jawab Perawat tersebut. "Kalau begitu kamu tunggu disini saja, biar aku masuk ke ruang bersalin untuk menemaninya." Nia memegang tangan suaminya. "Kamu yakin bisa mengatasinya?" tanya Rafli yang langsung dijawab anggukan oleh sang istri. Setelah meminta izin pada suaminya. Nia langsung berjalan ke arah ruang bersalin. Terlihat Shafira sedang menangis dan berteriak kesakitan diatas sebuah tempat tidur. "Sakit, Bu. Aku tidak mau disini, aku mau pulang!" teriak Shafira sambil menggegam tangan Nia. "Sabar ya, Mbak. Istighfar insya Allah semuanya akan baik-baik saja," ucap Nia yang memandang wanita itu dengan iba. "Aku tidak mau, Bu. Aku mau pulang! Mama tolong aku,Ma." Shafira terus berteriak sambil memanggil nama orang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status