Share

2.Pinjaman Online

"Leher kamu kenapa merah seperti ini?" tanya Maria sekali lagi.

"Ini, karena mas Adam mencekikku Ma!" ingin sekali rasanya Gina berteriak mengatakan semuanya kepada Maria. Namun rasa takut yang teramat besar akan kehilangan sosok yang kini tengah menatapnya tersebut membuat Gina harus mencari alasan lain.

"Ini Ma. Tadi ketika jemur pakaian aku kejatuhan semut angkrang, mereka bergerombol dan jatuh tepat di pundak aku dan berlarian kesana kemari. Terus menggigiti leherku, rasanya panas dan gatal. Jadi ketika aku garuk, jadinya merah gini," Gina beralasan.

"Ooh, seharusnya kamu langsung kasih minyak kayu putih, biar gak merah seperti itu!" tambah Maria lagi. Gina hanya meraba lehernya, dan kemudian tersenyum.

"Mama sudah makan?" tanya mengalihkan perhatian Maria.

"Ayo kita makan dulu!" ucapnya lagi, sembari menggiring Maria kedapur.

"Adam belum pulang Gin?" tanya Maria, karena biasanya mereka akan makan bersama. 

"Belum Ma, kan tadi keluar. Mama tenang... lauk sama sayur buat Mas Adam masih banyak kok!" Gina menepis semua kekhawatiran Maria. Sebab mamanya tersebut selalu mendahulukan dan segan kepada Adam.

Waktu terus bergulir, sudah dua hari sejak kejadian dimana Adam mencekiknya, lelaki itu tidak nampak batang hidungnya. Mungkin dia benar-benar marah. Sementara itu Gina yang berada dirumah mulai kehabisan uang belanjanya dan untuk memenuhi keperluan sehari-hari iapun mencoba berjualan gorengan. Beruntung masih ada uang tabungan yang ia miliki untuk membeli bahan untuk berjualan gorengan tersebut. Dan ia membuka lapak berdagangnya di depan rumahnya, kebetulan rumahnya berada di pinggir jalan.

 Ketika sedang asyik melayani salah satu pembelinya, sebuah mobil sedan berhenti tepat di pinggir jalan. Seorang laki-laki turun dan melangkah menghampiri Gina.

Gina yang mengira lelaki tersebut ingin membeli gorengan yang ia jual menyambutnya dengan senyuman.

"Gorengan Mas?" tanyanya menatap lelaki yang menggunakan kacamata hitam tersebut.

Lelaki itu menggeleng, "Saya mau cari Adam, apa orangnya ada didalam?" tanyanya dengan nada datar.

"Mas Adamnya tidak ada di rumah, memangnya kenapa ya Mas, cari suami saya?" Gina yang penasaran tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

"Dia punya utang sebesar 50 juta kepada saya, dan menjadikan rumah ini sebagai jaminan jika tidak bisa membayar hutangnya tersebut." laki-laki itu berjalan mengitari rumah tersebut, sembari memanggil sopirnya.

"Coba kamu ukur berapa meter panjang ke belakang!" titahnya tanpa memperdulikan Gina.

"Tu... tunggu Mas, Mas mau ngapain ngukur-ngukur luas tanahnya segala?" Gina menghampiri lelaki yang berbalut kaos oblong dan celana jeans tersebut.

Lelaki yang tidak diketahui oleh Gina identitasnya tersebut membuka kaca mata hitamnya. Sehingga terpampanglah wajahnya yang rupawan.

"Segera kosongkan rumah ini, saya akan merobohkannya dan akan membangun tempat gym di sini!" ucapnya enteng.

"Loh... looh... looh, tidak bisa seperti itu Mas, lalu bagaimana dengan nasip kami. Kami mau tinggal di mana?" Gina protes.

"Itu urusan kalian. Bahkan jika aku mengambil tanah dan rumah reot ini, hutang Adam juga belum lunas!" ucapan lelaki tersebut semakin membuat Gina khawatir, di mana mereka akan tinggal jika rumah mereka dirobohkan.

"Sebenarnya Mas ini siapa? main mau nyita rumah orang segala?" kesabaran Gina mulai menipis, karena ia tidak tau apa-apa, dan tiba-tiba lelaki ini mau menyita rumahnya. Lelaki bernama lengkap Alex Wijayanto tersebut tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Gina, melainkan hanya menatap wajah wanita yang berdiri di depannya dengan keadaan tersulut luapan emosi tersebut.

'Cantik juga istrinya Adam ini?' batinnya dalam hati setelah memperhatikan Gina.

"Panjang kebelakang 7 meter Bos... lebarnya 6 meter." si sopir menghadap dengan nafas ngos-ngosan. Membuyarkan lamunan Alex.

"Urus tanah kosong di samping rumah ini, dan berikan penawaran harga yang sesuai dengan pemiliknya." ucap Alex lagi. Bahkan pertanyaan Gina tentang siapa dirinya pun belum ia jawab.

Dari jarak kejauhan nampak terlihat oleh Gina, mamanya yang sedang berjalan dengan ibu-ibu lain. Mereka baru saja pulang dari rumahnya ibu Rt yang mengadakan acara. Apa jadinya jika mamanya tersebut mengetahui jika rumah peninggalan suaminya telah dijadikan jaminan hutang oleh Adam menantunya.

"Saya mohon Mas, jangan ambil rumah kami. Saya akan melakukan apapun untuk melunasi hutang tersebut. Ini rumah peninggalan almarhum ayah saya. Jika Mama saya tahu, penyakit jantungnya bisa kumat!" tanpa ragu Gina bersimpuh dan memegangi kaki Alex membuat lelaki yang berstatus duda tersebut tak bisa bergerak.

"Lepaskan kaki saya!" bentaknya. Bukannya melepaskan kaki Alex, Gina semakin erat memegangnya. Membuat Alex merasa tidak nyaman karena beberapa orang yang lewat memandanginya dengan pandangan tak biasa.

"Saya mohon Mas jangan ambil rumah kami!" kini Gina menangis tersedu. Takut celananya terkena ingus dari istri anak buahnya tersebut dengan terpaksa Alex mengiyakan.

"Baiklah, tapi lepaskan kaki saya dulu. Saya jijik dengan ingus kamu!" 

Gina melepaskan cengkramannya pada kaki Alex.

"Ingat! Hutang kamu masih belum lunas!" Alex berbalik dan mencomot gorengan yang tadi ditiriskan oleh Gina, dan memakannya. Kemudian memanggil sopirnya dan merekapun pergi.

Gina dapat menghela nafas lega, karena orang itu sudah pergi ketika mamanya sampai.

"Ehh... Gin jualan gorengan?" tanya bu-ibu yang berjalan bersama Maria.

"Iya Bu, ayo bu dibeli gorengannya!" tawar Gina kepada ibu-ibu yang lain.

Para wanita tersebut pun berkumpul menyerbu gorengan yang dijual oleh Gina, hingga gorengan tersebut habis tak bersisa.

****

"Adam belum pulang juga Gin?" tanya Maria ketika keduanya makan bersama. Entah mengapa Gina merasa kesal kepada mamanya yang begitu perhatian kepada suami laknatnya tersebut. Suami yang hanya memberikan derita dan selalu menorehkan luka padanya.

"Mas Adam ikut pergi bekerja bersama temannya Ma," jawab Gina berbohong.

"Oouh..." Maria membeo, ia paham dan mengerti bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh putrinya tersebut. Keduanya pun kini makan dalam keadaan diam, hanyut dengan isi pikiran masing-masing.

Sementara itu di tempat lain...

Asap tipis keluar dari mulut seseorang yang sedang menikmati sensasi melayang dari barang yang baru saja ia hisap bersama salah satu temannya.

"Eh Dam, istri kamu apa kabar. Apa dia gak nyariin kamu kalo kamu gak pulang?" tanya Reja temannya Adam.

"Biarkan saja, aku pengen lihat dia bisa bertahan hidup atau tidak jika tidak ada aku!" jawab Adam penuh dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi, padahal selama ini yang bisa ia lakukan hanyalah berhutang dan Ginalah yang membayar hutang piutangnya tersebut. Menggunakan tenaganya, Gina sering melunasi hutang dengan menjadi buruh tani di tempat Adam meminjam uang tersebut.

Hingga pada suatu saat, ia mendapatkan ide dengan menjadikan sertifikat rumah mertuanya untuk meminjam uang kepada bos (mandor) di tempat ia bekerja. Uang itu ia pergunakan untuk bermain judi online, bermain dengan seorang wanita cantik yang beberapa bulan ini menggantikan tempat Gina di hatinya, dan juga tentunya membeli barang haram untuknya bersenang-senang.

"Gawat Dam, ada polisi cepat kabur!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status