Share

9. Harus Jadi Milikku

Mendengar ucapan Alex, Gina terdiam. Untuk apa lelaki ini ingin bertemu dengan ibunya. Pintu rumah itupun diketuk oleh Gina.

Kriiiieet...

"Gina, kamu kenapa baru pulang sekara..." ucapan Maria berhenti tatkala menyadari keberadaan Alex.

"Maaf tante, di hari pertama Gina bekerja dia pulang selarut ini. Padahal seharusnya dia pulang jam 5 tadi sore, tapi karena orang tua saya yang meminta dimasakkan masakan lagi jadinya seperti ini," Alex menjelaskan.

"Oh, iya." hanya dua kata tersebut yang bisa Maria ucapkan. Dalam hal ini Maria menilai bahwa Alex adalah orang yang cukup bertanggung jawab.

****

Sesampainya di rumah Alex melepas jaket yang ia kenakan dan merebahkan tubuhnya di atas pembaringan. Bayangan wajah Gina semakin membuat pikirannya tidak karuan, seharian ini ia selalu memperhatikan wanita tersebut tentunya tanpa sepengetahuan dari Gina sendiri.

Andai status Gina pasti, ia akan segera menjadikan Gina sebagai kekasihnya, atau jika dia bersedia menjadi selingkuhannya, pasti Alex akan menjadi orang yang sangatlah bahagia. Namun sayang Gina terjebak dalam pernikahan toxic, dan seharusnya ia keluar dari hubungan tersebut.

Tatapan mata Gina yang sendu membuat Alex seakan menyelam ke dalam rasa sakit tersebut.

'Kau harus jadi milikku Gina, apapun itu caranya.' batin Akex, Hingga sebuah panggilan telepon menyadarkannnya dari lamunan.

"Halo..."

"Aku perlu uang Mas sepuluh juta," ucap seseorang disebrang sana.

"Buat apa?"

"Sewa rumah."

"Minta sama suamimu, kita sudah tidak ada lagi hubungan!" hardiknya kepada wanita yang merupakan mantan istrinya tersebut.

"Kenapa kamu begitu tega sama aku Mas?" tanya lirih.

"Sepertinya pertanyaan itu seharusnya aku yang mengucapkannya dan ditujukan untukmu. Mengapa kamu begitu tega sama aku Marcella?" sahut Alex lagi.

"Mas tolong jangan seperti ini, aku sudah berpisah darinya sejak tiga bulan yang lalu. Dan sekarang aku tidak mempunyai uang satu rupiah pun. Aku perlu uang untuk bayar kontrakan rumah dan juga untuk makan," ucap Cella memelas.

"Baiklah... setelah ini jangan hubungi aku lagi!" Alex mematikan telepon. Ia menatap layar benda pipih tersebut dan mengirimkan sejumlah uang kepada wanita tersebut. Sesekali ia menghela nafas karena teringat penghianatan yang dilakukan oleh Marcella kepadanya, kala itu Alex melihat dengan mata kepalanya sendiri Cella bercumbu mesra dengan selingkuhannya di atas ranjang di alpartemen mereka.

Detik itu juga Alex menceraikan Marcella, semua aset yang mereka miliki Alex jual dan dibaginya dua. Lama tak berkomunikasi, sekarang Marcella kembali menghubunginya untuk meminta uang.

"Dasar wanita jalang!" umpatnya.

Aneh memang, Alex sangat membenci seseorang yang berselingkuh, namun ia menginginkan istri orang lain menjadi miliknya.

Sebulan telah berlalu...

Setiap hari rutinitas yang dilakukan Gina hampir sama, yaitu pergi kekediaman Alex. Menghabiskan waktu disana seharian dengan bekerja, membantu Bi Imah memasak. Seperti hari-hari biasanya Rian akan menjemputnya setiap pagi, namun entah mengapa pagi ini tidak. Ya, beberapa waktu ini Gina memang pergi ikut dengan Rian, karena mereka mempunyi bos yang sama hanya berbeda tempat bekerjanya, Rian hanya perlu mengantar Gina sebentar ke rumah Alex dan ia akan mendapatkan uang untuk membeli bensin, kan lumayan.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih, namun tak nampak batang hidungnya Rian. Ditambah cuaca di luar nampak tak bersehabat, awan hitam menghiasi langit pada pagi ini.

"Ma, aku berangkat!" pamit Gina setengah berteriak karena mamanya berada di dapur.

"Iya!" sahutan Maria dari belakang.

Gina berjalan dan pergi ke pangkalan ojek, dan setelah memesan ojek kepada salah seorang tukang ojek di sana, mereka pun berangkat menuju kediaman Alex. Dalam perjalanan tersebut hujan tiba-tiba turun dengan derasnya.

"Terus saja pak, sebentar lagi sampai kok!" ucap Gina mencegah bapak tersebut untuk menepi dan berteduh, karena dalam pikirannya Gina ingin cepat sampai. Ia tidak enak kepada Bi Imah jika telat, dan untuk bajunya yang basah, ia bisa meminjam baju Bi Imah nanti.

Alex terbangun dari tidurnya yang panjang, berhubung tidak ada orang di rumah, ia bisa santai. Kedua orang tuanya tadi malam berangkat ke kota sebelah karena ingin liburan, sementara semua pegawainya, pada minggu akhir bulan memang selalu ia liburkan. Bi Imah juga pulang setelah memasak sarapan untuknya, setelah berolah raga di dalam ruangan khusus didalam rumahnya tersebut Alex memutuskan untuk berendam dengan air hangat karena jika ia mandi dengan air dingin tentulah akan membuatnya menggigil.

Ting tooong...

Suara bel sedari tadi mengusik kegiatan Alex yang tengah menenangkan diri di dalam air hangat.

Ia keluar dari bathup dan melilitkan handuk dipinggangnya, berjalan dengan sedikit kesal ke luar kamar untuk membukakan pintu, setelah pintu terbuka betapa kagetnya ia melihat Gina yang berdiri di depan pintu dengan keadaan basah kuyup. Wanita itu nampak kedinginan, dapat dilihat dari tubuhnya yang menggigil serta bibir yang bergetar. Tubuh Gina terlihat seksi karena pakaian yang ia gunakan basah dan mencetak lekuk tubuhnya.

Sementara itu sendiri Gina nampak syok dan terkejut karena orang yang membukakan pintu bukanlah Bi Imah, melainkan Alex dengan kondisi tubuh setengah telanjang. Tubuh sispack itu terlihat jelas oleh Gina, di mana otot pada dada dan perut pada tubuh Alex terpahat sempurna.

"Masuk!" titah Alex kepada Gina, setelah menatapnya beberapa saat.

Dengan jantung berdebar Gina masuk namun tak ia dapati Bi Imah dan kedua orang tua Alex di rumah tersebut.

Gina melangkah ke dapur, di mana biasanya Bi Inah berada, namun tak ia temui sosok wanita paruh baya tersebut.

"Tidak ada orang dirumah ini selain kita berdua!" ucap Alex yang berdiri di belakang Gina.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status