Share

3. Terluka dan Kecewa

Author: LiaBlue
last update Last Updated: 2024-08-05 10:46:27

“Permainan kamu semakin hari semakin bagus, Sayang.”

“Dan punyamu tetap enak meski sudah bertahun-tahun kita melakukannya. Empat tahun lamanya, masih saja seperti ini. Nikmat sekali.”

“E-empat tahun?” gumam Davita tak percaya.

Tangan wanita cantik berpakaian pengantin itu terkepal, dadanya mendidih menyaksikan adegan panas di celah pintu. Suara menjijikkan menyertai setiap pergerakan sepasang insan di dalam sana. Napas Davita memburu, dadanya naik turun.

“Binatang,” desis Davita dingin, “mereka benar-benar binatang. Ternyata mereka sudah lama menjalin kasih di belakangku? Hubungan kami 5 tahun, dan 4 tahun diisi dengan perselingkuhan menjijikkan ini? Biadab.”

Davita tertawa pahit, matanya berkaca-kaca. Wanita itu memukul dadanya yang terasa begitu sakit dan sesak. Perlahan tubuhnya meluruh ke lantai, kedua kakinya seakan tak bertulang, sehingga tak lagi mampu menopang tubuh.

Pria yang selama 5 tahun ini ia kira begitu mencintainya, kini tengah bermain panas dengan sahabatnya sendiri, bahkan di malam pertama mereka.

“Malam pertama yang harusnya kamu habiskan denganku ... malah kamu nikmati bersama wanita lain, dan lebih menyakitkannya, wanita itu adalah sahabatku sendiri.” Tangan Davita kembali terkepal, matanya menajam. “Aku bersumpah, aku akan membalaskan ini semua pada kalian!”

Meski rasa sakit menjalar dari jantung hati ke seluruh tubuhnya. Davita mencoba menguatkan diri untuk tetap berdiri. Wanita itu segera mengeluarkan ponselnya, lalu merekam semua aksi menjijikkan Gino dan Hani. Davita sengaja tak melabrak secara langsung, ia membiarkan suami dan sahabatnya itu melanjutkan percintaan, supaya Davita bisa mendapat bukti kuat.

“Rupanya selama ini aku mencintai dan menyayangi para binatang. Betapa bodohnya aku,” gumam Davita tertawa pahit.

Beberapa menit menguatkan diri berdiri di sana merekam aksi panas suami dan sahabatnya. Davita mulai menarik napas, lalu mendorong pintu kamar itu. Pergerakan pintu kamar yang dibuka dari luar, membuat Gino dan Hani terkejut. Mereka semakin terkejut ketika melihat Davita berdiri di daun pintu sembari tersenyum jijik.

Gino tanpa sadar langsung mendorong tubuh Hani yang berada di atasnya. Hani melotot dengan aksi spontan Gino.

“Maaf, bukan maksudku mengganggu permainan panas kalian. Hanya saja ... kalian terlalu terbuur-buru sampai lupa mengunci pintu. Jadi aku tahu, deh.” Davita melontarkan itu dengan senyum tangguh menyimpan luka.

“Davita, ini salah paham. Ini tidak seperti yang kamu bayangkan.” Gino segera mendekat ke arah Davita setelah menyambar selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Davita mundur, tak sudi disentuh oleh Gino. Ia menatap Gino dengan tatapan tajam. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu, bajingan,” desisnya.

Davita tak berniat untuk berteriak seperti orang gila. Ia bahkan terbilang cukup tenang menghadapi Gino dan Hani.

Gino menggeleng. “Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, Davita. Kamu salah paham.”

Davita tertawa mendengar itu. “Salah paham? Tidak seperti yang aku bayangkan? Memangnya apa yang aku bayangkan tentang kalian berdua?” Davita memiringkan kepalanya, ekspresinya kembali berubah dingin. “Padahal niatnya aku yang ingin memberi kalian sebuah kejutan setelah pernikahan ini. Tapi ... rupanya aku yang diberi kejutan tak terduga. Sungguh tak terduga dan tidak pernah aku bayangkan selama ini.”

Gino mengurut keningnya. “Kita bicarakan ini di kamar kita saja. Ini malam pertama kita, jadi aku harap kamu tidak membuatnya jadi berantakan karena—”

Plak ...

Kalimat Gino disela oleh suara tamparan. Wajah Gino tertoleh ketika Davita menampar pipi Gino dengan kekuatan penuh, bahkan telapak tangan Davita ikut memerah.

Davita menelan salivanya perlahan, mencoba tetap tenang meski dadanya kembali sesak. “Tidak tahu malunya kau mengucapkan itu, Gino Antoni. Aku kira kau lupa jika ini adalah malam pertama kita, sampai aku malah bercinta dengan wanita lain yang merupakan sahabatku sendiri. Sekarang kau malah mengatakan aku akan membuat malam pertama kita ini berantakan? Hello, apa kau tidak punya kaca? Begitu tidak tahu dirinya kah kamu? Kamu yang membuat malam pertama kita hancur berantakan, Gino!”

Gino berdecak, ia mengangkat kepalanya lalu menatap Davita yang baru saja berteriak padanya. “Ini hanya suatu kesalahan. Aku minta maaf, sekarang ayo kita kembali.”

“Jangan sentuh aku, bajingan.” Davita menepis tangan Gino yang masih berniat meraih pergelangan tangannya. “Kalian silakan lanjutkan saja, aku akan kembali sendiri. Maaf sudah mengganggu aktivitas menyenangkan kalian berdua. Besok aku akan mengajukan cerai, jadi tidak usah sungkan melanjutkan aksi kalian, kita akan segera bercerai, kok.”

Gino mendelik. “Apa-apaan? Kita baru saja menikah, ini malam pertama kita, kenapa sudah ingin cerai. Jangan gila, Davita! Aku tidak akan pernah setuju bercerai denganmu!”

“Kau yang gila, bajingan! Kau berselingkuh dengan dengan sahabatku sendiri selama empat tahun! Kalian yang gila, kau dan Hani, kalian sama-sama gila. Bajingan keparat kalian berdua!” murka Davita.

Ia sudah tak mampu menahan amarahnya. Kalimat Gino malah semakin memancing emosinya. Padahal Davita sudah berusaha tenang dan elegan, tetapi Gino seakan tak merasa bersalah. Apalagi Hani juga tenang di atas ranjang, seakan tak merasa berdosa. Bahkan sekadar untuk meminta maaf dan menjelaskan pun, Hani tak berminat.

“Ck, kau berisik sekali. Keluar dari kamarku jika ingin berteriak, kampungan,” decih Hani.

Davita terkejut, ia menatap Hani dengan ekspresi tak percaya. “Apa? Kampungan?”

Hani menoleh, ia menatap Davita dengan wajah angkuh. “Iya, kau begitu kampungan. Berisik di sini, tidak tahu tempat. Lagi pula, kau tidak bisa menyalahkan Gino ataupun aku. Harusnya kau berkaca dan sadar diri. Kami juga saling suka dan saling bahagia bersama. Tidak usah lebai.”

Mulut Davita ternganga tak percaya. Setelahnya ia tertawa miris. “Aku tak menyangka, kita sudah berteman selama 8 tahun, Hani. Aku bahkan tidak menganggapmu sekadar sahabat, tapi saudara. Apa salahku padamu?” bisiknya begitu kecewa.

Hani menggulir bola matanya malas, ia benar-benar tak merasa bersalah. Melihat ekspresi Davita yang seperti itu, Hani tetap tak merasa iba. “Kau saja yang bodoh, aku tidak pernah menganggapmu teman. Aku tidak pernah tulus berteman denganmu. Anak yatim, orang miskin dan kampungan sepertimu sungguh tidak tahu malu, berharap aku seorang Hani Candra dari keluarga ternama ini bersedia menjadi temanmu? Cih, bodoh.”

Davita tersenyum pahit. Ia menatap Hani dengan ekspresi sangat terkejut, tak percaya, bahkan mengira ini semua mimpi.

“Kayaknya aku emang lagi mimpi. Tapi, kenapa rasa sakitnya nyata banget,” gumam Davita lirih.

“Gak usah drama, hal sepele kayak gini harusnya gak usah lo bikin drama,” decih Hani, “lo gak mimpi, ini nyata. Bagus deh lo udah tau semuanya, jadi sekalian aja. Gue juga udah muak dan males terus pura-pura.”

Davita meneguk ludahnya perlahan, ia memandang Hani dengan ekspresi tak paham. “Pura-pura?”

“Cih, bodoh. Berbicara denganmu sungguh memuakkan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diselingkuhi Mantan, Pelukan Hangat CEO Kudapatkan   52. Turun

    Tangan Hani terkepal melihat tangan Angga tengah menggenggm tangan Davita. Meski Angga sedang membawa mobil, pria itu masih begitu manis menggenggam tangan Davita. Situasi itu membuat Hani benar-benar seperti orang ketiga di antara mereka, padahal dirinya ‘lah calon istri sah Angga.Pasti Hani tak pernah menyangka dan tak pernah membayangkan jika dirinya akan pernah berada di posisi itu. Mungkin perlahan balasan dan karma mulai datang, karena dulu Hani sengaja menjadi orang ketiga dalam hubungan Davita dan Gino.Davita pun senang karena perlahan balas dendamnya semakin nyata. Ia melirik ekspresi Hani dari pantulan kaca depan mobil. Davita tampak sangat puas melihat wajah marah Hani.“Emm, Kak.”Angga langsung menoleh ketika Davita memanggilnya. “Kenapa?”“Perutku sedari tadi sedikit tidak enak. Aku ingin beli es krim dulu di depan.”Angga menatap Davita yang tersenyum manis kepadanya. “Perut tidak enak, kenapa malah minta es krim? Ini sudah malam, nanti perut kamu semakin tidak enak.

  • Diselingkuhi Mantan, Pelukan Hangat CEO Kudapatkan   51. Pulang Bertiga

    “Davita ini klien Tante, sekaligus temannya Angga. Davita orang yang bertanggung jawab untuk mengurus taman bunga mansion Naradipta. Tadi baru saja selesai survei akhir, sebelum tamannya digarap sesuai denah yang Tante minta. Karna tadi sudah terlalu sore, jadi Tante minta Davita istirahat dulu di sini.” Laili menjelaskan tentang Davita kepada Hani, ia hanya tak ingin Hani berpikiran lain.Meski begitu, Hani memang sudah terlanjur geram kepada Davita. Ia pun sudah tahu jika Davita sengaja mendekati Angga untuk balas dendam kepada dirinya. Davita sendiri sudah mengaku secara terang-terangan kala itu.Hani hanya bisa tersenyum kepada Laili, untuk menjaga image-nya. “Oh begitu, Tante. Ternyata Nona Davita ini karyawan toko bunga, ya?” Hani sengaja menekan kata karyawan toko bunga, demi merendahkan Davita.Davita tersenyum tenang. “Senang sekali bisa bertemu dan berkenalan dengan Nona Candra yang katanya salah satu model terbaik di kota kita.”Hani tersenyum sinis. “Iya, aku juga senang b

  • Diselingkuhi Mantan, Pelukan Hangat CEO Kudapatkan   50. Tidak Percaya

    “Angga, Hani sudah datang. Ayo turun.”Angga berdecak, ia keluar dari kamarnya menemui sang ibu. “Aku akan ikut makan malam kalau Davita juga ikut.”“Iya, Mama tahu. Kamu turun saja duluan, Davita akan menyusul.”“Mama tidak akan membohongiku ‘kan?”Laili mengembuskan napas pelan. “Kamu tidak percaya sama Mama? Sudah, ke bawah saja. Mama akan panggil Davita.”“Biar aku saja.”Laili menahan lengan putranya. “Biar Mama saja. Kamu tidak ingin Kakek curiga, lalu tidak suka kepada Davita ‘kan?”Angga mengembuskan napas berat. “Aku akan tunggu di bawah. Kalau Davita masih tidak turun dalam beberapa menit, aku akan menjemputnya ke kamar.”“Iya-iya, Mama tahu. Pergi ‘lah dulu ke bawah. Kakek dan Hani sudah menunggu di meja makan.”Meski terpaksa, Angga masuk ke dalam lift, menuju ke lantai bawah. Setidaknya Angga masih beruntung Laili tak menentang perasaannya untuk Davita. Seperti yang disebutkan Davita, Laili saat ini berada di posisi serba salah.Laili juga tak enak serta kasihan kepada Ha

  • Diselingkuhi Mantan, Pelukan Hangat CEO Kudapatkan   49. Om, Bukan Kakak

    “Angga masih tidur?” Laili mengintip ke dalam kamar Davita.Davita tersenyum kikuk, ia merasa tak enak. “I-ya, Tante. Aku akan bangunkan sekarang.”“Tidak usah.” Laili menahan pergelangan tangan Davita. Ia tersenyum, lalu menepuk pelan lengan Davita. “Tante ke sini hanya ingin mengajak kamu jalan-jalan sebentar. Masih gerimis, biarkan saja Angga tidur. Jarang sekali dia bisa tidur nyenyak begitu. Biasanya hanya tidur sebentar, lalu fokus kerja lagi. Tante senang dia bisa tidur lebih lama.”Davita terdiam. Ia ikut menoleh ke dalam kamar, meski ranjang tak terlihat jelas dari sana. “Kalau begitu ayo kita jalan-jalan sebentar, Tante.”“Lebih baik pakai ini. Karna hujan, kondisi di luar lebih dingin. Takutnya kamu masuk angin, nanti malah demam. Kalau kamu demam, Tante bisa dimarahi Angga,” canda Laili.Davita terkekeh kecil. Ia masih merasa tak enak serta canggung mempublikasikan hubungannya dengan Angga, di depan Laili. Bagaimanapun Laili pun tahu jika Angga akan segera menikah, sehingg

  • Diselingkuhi Mantan, Pelukan Hangat CEO Kudapatkan   48. Hubungan Yang Salah

    “Eh, Davita.” Laili terkejut melihat Angga datang bersama Davita. Ia berdiri dari duduknya, lalu mendekat ke arah Davita. “Kamu datang, kenapa tidak bilang-bilang Tante? Tahu begitu Tante siapkan sesuatu buat kita makan-makan.”Davita terkekeh kecil menanggapi itu. “Tidak usah repot, Tante. Kebetulan hari ini pekerjaan di toko lebih cepat selesai, Tante. Jadi sekalian saja datang ke sini, melanjutkan pembahasan masalah pembangunan taman bunga.”“Oh, sudah bisa dilanjutkan, ya? Kerja kamu cepat sekali, ya? Baru beberapa hari sudah selesai dan langsung ke tahap selanjutnya. Tidak heran kamu bisa menjadi bos muda.” Laili tersenyum kagum kepada Davita.Davita tersenyum tak enak. “Biasa saja, Tante. Aku masih belum apa-apa dibandingkan Kak Angga.” Ia melirik Angga yang berdiri di sampingnya.Angga tersenyum, ia mengusap puncak kepala Davita singkat. Hal itu membuat Laili terkejut. Pasalnya Angga tak pernah berlaku begitu manis dan lembut kepada orang lain, apalagi perempuan.“Kamu jauh leb

  • Diselingkuhi Mantan, Pelukan Hangat CEO Kudapatkan   47. Fitting Baju

    “Tante, Tuan Muda Naradipta tidak bersedia ikut untuk fitting baju.” Hani memperlihatkan wajah sedihnya di depan Laili.“Kenapa kamu memanggilnya terlalu formal begitu? Kalian sebentar lagi akan menikah. Coba biasanya lagi memanggil dengan nama. Panggil saja dia Angga, jangan panggil terlalu normal,” balas Laili.Hani tersenyum senang, tetapi ia berdeham untuk terlihat tetap polos di depan calon mertuanya. “Aku takut dia tidak suka dan marah. Jadi aku ingin lebih sopan saja, Tante.”“Mulai sekarang biasakan panggil nama saja. Atau kalian sepakati panggilan masing-masing, entah itu panggilan romantis seperti apa. Tidak bagus memanggil tuan atau nona begitu.” Laili tersenyum sembari menepuk pelan punggung tangan Hani.“Baik, Tante. Aku akan coba biasakan memanggil namanya. Nanti aku akan komunikasikan sama dia, bagusnya panggilan seperti apa di antara kami.” Hani tersenyum kepada Laili. “Tapi, aku takut dia tidak suka, Tante. Sekarang saja, dia menolak untuk datang fitting baju,” imbuhn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status