Share

Benih-Benih Kepercayaan

Author: Dini Aulia
last update Last Updated: 2023-10-19 01:34:33

“Wanita licik! Tidak punya hati!” Sosok Aldi berjalan cepat dan segera mencengkram kerah blouse berwarna putih yang dikenakan oleh Mama Reno.

Gerakan Aldi yang sangat cepat membuat wanita paruh baya itu tidak sempat bersiap dan hampir terjatuh jika tangan Luna tidak membantu menahan tubuhnya.

“Aldi!” Papa Reno mendekat dan berusaha menahan tangan Aldi yang sudah mengepal. Wajah dingin Aldi kini memancarkan emosi dan kebencian yang sangat dalam, kedua matanya bahkan sudah memerah. Luna yang berada di belakang Mama Reno berusaha menenangkan Aldi sembari membantu mertuanya untuk kembali berdiri.

“Setelah ibu saya, sekarang anda mau membunuh wanita lain? Hanya demi reputasi anak hina itu, anda meminta Luna mati perlahan-lahan!” Aldi menggeram dan mengencangkan cengkraman tangannya. Sementara Papa Reno masih berusaha menghentikan Aldi. Air mata mulai membasahi wajah pria yang selalu tampil dengan penuh wibawa itu.

“Sayang, aku sudah berulang kali bilang, jangan membawa anak ini kembali! Dia hanya akan menyusahkan kita,” ucap Mama Reno sembari menatap wajah Aldi dengan tatapan tajam.

DUG!

Aldi mendaratkan tinjunya keras-keras ke arah bed Luna. Tatapan matanya tertuju pada wanita dengan rambut disanggul di hadapannya. “Jangan pernah menyebut saya sebagai anak! Orang tua saya hanya ibu saya!” Aldi menggertakkan bibinya dan menatap papa Reno yang mendadak terdiam. Manik hitamnya memancarkan kesedihan yang luar biasa.

“Setelah mengetahui perbuatan anak anda, saya tidak akan membiarkan Luna menjadi korban berikutnya,” ucap Aldi dengan penuh penekanan.

“Maaf pak, apa ada yang terjadi?” Seorang perawat pria mendekati bed Luna dan menatap keempat orang yang berada di sekitarnya dengan tatapan bingung. Papa hanya menggelengkan kepala dan berulang kali meminta maaf karena sudah membuat keributan.

“Sudah, kasihan Luna malah terganggu. Lebih baik kita pulang saja, ma,” ucap Papa Reno tanpa menoleh pada Aldi.

Mama Reno menepuk pelan pundak Aldi sebelum berakhir mencengkramnya dengan cukup kencang. “Setidaknya, berkacalah sebelum bicara! Jangan hanya bermulut besar tetapi sebenarnya lemah, sama saja dengan ibumu! Lebih baik kamu segera pergi dan jangan mengacaukan rumah tangga anak saya! Kamu tahu saya tidak akan pernah ragu menghancurkanmu seperti saya menghancurkan ibumu,” ucapnya sembari melangkah pergi.

“Saya yang akan menghancurkan anda, bukan sebaliknya,” jawab Aldi sebagai balasan atas ancaman yang baru saja dikatakan oleh Mama Reno.

‘Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa semua orang terlihat saling membenci dan terluka?’ Luna hanya menatap ketiga orang di dekatnya dengan wajah bingung. Pungggung mama Reno terlihat semakin menjauh, tetapi Aldi dan Papa Reno masih berada di tempatnya dengan ekspresi yang menyimpan banyak emosi.

“Silakan susul istri anda, pak. Biar saya yang akan mengantar Bu Luna pulang. Jangan khawatir, saya tidak akan meninggalkannya sendiri,” ucap Aldi tanpa menoleh pada papa Reno yang hanya terdiam dan menundukkan kepala.

“Bu Luna, maaf atas keributan yang baru saja terjadi. Saya bersalah karena tidak bisa menahan diri,,” ucap Aldi sembari menempati kursinya kembali. Luna hanya terdiam mendengar ucapan Aldi. Dibandingkan permintaan maaf, Luna lebih membutuhkan penjelasan dari Aldi tentang apa yang sebenarnya terjadi.

“Kamu benar-benar tidak bisa memaafkan papa, Aldi? Apa papa harus bersujud di kaki kamu demi mendapat pengampunan?” Suara papa Reno yang terdengar parau sontak membuat Luna menoleh. Dia tidak salah dengar kan? Pria bertumbuh tinggi besar itu bahkan meneteskan air mata saat meminta maaf pada Aldi?

Aldi hanya menatap tubuh papa Reno yang bergetar dan tangannya yang sejak tadi sibuk mengusap air mata.

“Bu Luna, silakan lanjutkan istirahatnya, tidak usah pedulikan saya,” ujar Aldi sembari membuka ponselnya. Pria berambut ikal itu berlagak seolah-olah tidak mendengar pertanyaan papa Reno.

Suara nada dering terdengar dari arah papa Reno. Ponsel hitamnya yang berada di kantung kemeja tampak menyala, tetapi sang empunya masih sibuk mengusap air matanya dan menatap Aldi yang fokus pada ponsel miliknya.

“Luna, papa pergi dulu. Maaf ya soal keributan hari ini. Dan jangan terlalu memikirkan ucapan mama, pikirkan saja dirimu agar segera pulih.” Papa Reno melambaikan tangan pelan dan menatap Aldi sekali lagi. Kali ini tatapannya terasa sangat dalam dan penuh makna, sementara pria yang ditatap sama sekali tidak terganggu dan tidak berminat untuk sekadar menoleh sejenak.

Luna hanya tersenyum kecil dan melambaikan tangan pada papa Reno yang berjalan menjauh. Pria berkacamata itu akhirnya menyerah dan meninggalkan Aldi tanpa mengucapkan sepatah kata.

“Bu Luna pasti punya banyak pertanyaan saat ini.” Aldi mengalihkan perhatiannya dan menatap Luna begitu langkah kaki papa Reno tidak lagi terdengar.

Luna menatap Aldi dalam-dalam dan mengangguk pelan. “Yah, itu benar. Saya memang punya banyak pertanyaan karena keributan singkat tadi. Tetapi, saya tidak akan menanyakan apapun sekarang, karena saya mengerti pikiran dan perasaan Pak Aldi pasti sudah berkecamuk,” ucap Luna lembut.

“Melihat Pak Aldi sekarang, saya yakin Pak Aldi sudah melalui banyak hal sampai menjadi sangat berani. Saya jadi paham betul kenapa Pak Aldi memberikan penawaran seperti itu. Terima kasih karena sudah berniat melindungi saya dengan tulus.” Sebuah senyum manis ditunjukkan oleh wanita dengan blouse coklat itu. Setelah mendengar perkataan Aldi pada mertuanya tadi, Luna jadi semakin yakin kalau pria di depannya sama sekali tidak memiliki niat buruk. Aldi hanya ingin melindunginya dan memastikan dirinya aman.

“Mulai sekarang, saya akan usahakan untuk selalu berada di dekat Pak Aldi,” ujar Luna dengan ekspresi wajah meyakinkan.

“Bu Luna tidak takut? Setelah apa yang sudah saya lakukan kepada mertua ibu?” Aldi menatap wanita di depannya dengan ekspresi ragu.

Luna menggeleng pelan. “Tidak, karena saya tahu Pak Aldi pasti punya alasan. Dan sejak awal, Pak Aldi terlihat jauh lebih tulus daripada mama,” jawab Luna sembari tersenyum kecil.

Aldi membalas senyum Luna dengan tulus. Pria itu merasa sedikit lega karena mulai berhasil menarik perhatian Luna. Dengan begitu, keinginannya untuk bisa terus melindungi Luna bisa dia wujudkan dengan lebih mudah.

“Ah, infus saya sudah mau habis saja, padahal saya masih belum mau pulang,” celetuk Luna sembari membenarkan posisi selimutnya.

“Kalau begitu kita tidak usah langsung pulang. Saya bisa mengajak Bu Luna pergi ke suatu tempat, yah, meskipun saya tidak yakin Bu Luna akan menyukainya atau tidak. Tetapi tenang saja, saya jamin tempat ini aman! Saya tidak akan membuat Bu Luna celaka ataupun tidak nyaman,” ujar Aldi dengan nada bersemangat.

Berbeda dengan beberapa saat lalu, Aldi tampak dipenuhi emosi positif ketika mengajak Luna pergi ke tempat rahasianya. Hal ini membuat Luna semakin yakin ada banyak hal yang sudah terjadi dan Aldi sembunyikan sehingga dirinya bisa menjadi sosok yang dingin dan tegas.

Luna tertawa pelan sebelum menyahut, “Saya sudah mengatakan akan selalu berada di dekat Pak Aldi, ‘kan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Berita Panas dan Tawaran Penting

    Luna menatap layar ponselnya sembari memasukkan segenggam kacang goreng ke dalam mulutnya. “Perselingkuhan Aktor Terkenal Reno dengan Aktris Pendatang Baru.” Luna membaca judul berita di layar kecil itu dengan nada datar. Tidak ada lagi rasa sedih ataupun kecewa dari sorot matanya, seolah-olah Luna sudah sangat terbiasa dengan berita perselingkuhan itu.Bi Imah yang tengah menyiapkan sarapan mendekat dan membaca berita yang sama dari ponsel Luna. “Jadi mereka tertangkap kamera lagi ya? Apa Pak Reno sengaja melakukan ini?” tanya Bi Imah dengan raut penasaran.Luna menoleh heran demi mendengar pertanyaan asisten rumah tangganya. “Kenapa Mas Reno harus melakukan itu, bi? Memang apa untungnya? Bukankah seharusnya berita seperti ini malah bisa merugikan Mas Reno ya?” Luna justru balas bertanya dengan raut bingung.Wanita paruh baya yang mengenakan celemek kuning itu mengambil kursi di depan Luna dan menghela napas panjang. “Mungkin saja ‘kan Pak Reno sedang tes ombak? Karena kemarin Bu Lun

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Pencarian yang Belum Usai

    Reno menatap rumah besar di depannya dengan wajah kesal. Setelah insiden di jalan tadi, dia memutuskan untuk mengemudikan mobil dan mengantar Maria dan Angga pulang lebih dulu. Entah apa yang ada di pikiran manajernya itu sampai-sampai tidak fokus dalam mengemudi dan hampir membahayakan mereka semua.“Luna, semua ini karena kamu! Seandainya sejak awal kamu mendengarku dan mengabaikan Aldi, pasti kehidupanku akan baik-baik saja! Aku dekat dengan Maria juga ‘kan karena kamu yang mulai cari gara-gara dan merepotkanku terus,” geram Reno sambil memukul setir di depannya.“Sebenarnya di mana kamu bersembunyi, Luna? Mungkinkah kamu kembali ke rumah?” tanya Reno pada dirinya sendiri. Upayanya mendatangi kontrakan Luna setelah tayangan klarifikasi itu tidak membuahkan hasil. Meskipun sudah menunggu di depan rumah petak itu sejak siang hingga malam hari, Reno sama sekali tidak melihat Luna. Sepertinya Luna sudah tahu keberadaannya dan berhasil melarikan diri lebih dulu. Tetapi ke mana wanita it

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Semakin Arogan

    Reno menghentakkan kakinya kencang-kencang setelah menutup pintu coklat di belakangnya. Dia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan reaksi sinis seperti itu dari salah satu direktur yang biasanya selalu memujanya. Ditambah lagi, sikap sinis itu dia dapatkan tepat di depan Aldi, musuh terbesarnya saat ini."Siapa yang akan menangis katamu? Tentu saja itu adalah kamu, Aldi! Dasar tidak tahu diri!" geram Reno sambil meninju tangannya ke sembarang arah dan berjalan menuju lift di ujung koridor. Berita-berita tentang kekerasan yang dia lakukan pada Luna sudah tersebar luas di berbagai media. Tidak seperti biasanya, manajernya, Angga bahkan mengatakan bahwa dia belum mendapat berita apapun dari agensi mereka tentang upaya membersihkan namanya. Hal itu jelas membuat Reno semakin pusing, ditambah dengan sikap direktur yang tadi dia temui. Mungkinkah saat ini dia tengah dikucilkan? "Kenapa jadi aku yang harus dikucilkan? Padahal Aldi dan Luna yang bersalah. Kalau saja Aldi tidak datang

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Siapa yang Akan Menangis?

    Brak!Aldi mengangkat kepalanya karena suara pintu kantornya yang mendadak dibuka dengan kencang. Lebih tepatnya, seseorang yang tampak sangat marah membantingnya dan kini menatap lurus pada dirinya.“Setidaknya tunjukkan rasa sopan ketika memasuki tempat orang la—”Grab!Belum sempat Aldi menyelesaikan ucapannya, sebuah tangan kekar telah mencapai dirinya dan kini mencengkram kerah kemeja hitam yang dia kenakan.“Kurang ajar! Katakan di mana Luna sekarang!” ucap Reno dengan mata memerah. Gigi putihnya bahkan bergetar karena menahan emosi.Aldi menatap pria di depannya dengan dingin. Siapa sangka pagi harinya akan dibuka dengan kemarahan Reno yang mendadak datang di kantornya yang sangat tenang.“Setidaknya tunjukkan rasa sopan ketika memasuki tempat orang lain.” Bukannya menjawab perkataan Reno, pria dengan rambut ikal yang kini dikuncir kecil itu justru mengulangi ucapannya sendiri.B

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Setelah Luna Pergi

    "Saya merasa senang mendengarnya pak. Semoga semua berjalan sesuai rencana, sehingga posisi bapak di agensi itu tidak akan goyah."Luna yang bermaksud mengambilkan air minum dan beberapa snack untuk Bi Imah menghentikan langkahnya tepat di dinding pembatas dapur ketika mendengar suara berat milik Bara. Sebuah nama segera melintas dalam pikiran Luna ketika mendengar kata-kata 'posisi' dan 'agensi'. "Mas Aldi? Mungkinkah Bara bicara dengan Mas Aldi?" tanya Luna pada dirinya sendiri. Seolah tersihir, kedua kakinya bergerak mendekat dan berniat mencuri dengar pembicaraan Bara dan temannya itu. "Baik, pak. Saya mengerti. Saya akan melakukan semua yang bapak minta," ujar Bara dengan mantap. Luna terdiam di sisi lain dapur dan berusaha menahan napas agar Bara tidak merasa terganggu dengan keberadaannya. Sesekali, wanita muda itu mengintip ke dapur dan mendapati Bara yang tengah duduk di meja makan. Mangkuk bakso miliknya yang masih tersisa separuh sama sekali tidak memalingkan perhatian L

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Sikap yang Mencurigakan

    Ting Tong! Bara menghentikan Luna dengan tangannya dan beranjak lebih dulu mendekati pintu utama dengan aksen garis putih itu. Sementara di belakangnya, Luna mengekor dengan tatapan curiga. Hampir saja dirinya terlarut dalam rasa penasaran yang mungkin saja menyeretnya dalam bahaya. Bara membuka sedikit ujung gorden demi mengecek siapa yang berada di balik pintu. "Iya, pak. Beliau sudah datang," ujarnya pelan pada lawan bicara di telepon.Luna yang berada tepat di belakangnya menghela napas lega. Artinya, orang yang berada di belakang pintu bukanlah ancaman bagi mereka.Wanita yang mengenakan dress bunga itu mengernyit kecil ketika Bara membisikkan sesuatu melalui telepon. Rasa penasaran tentang siapa yang diajak bicara oleh pria itu mendadak mencuat. Melihat bagaimana Bara sangat waspada ketika mengangkat telepon, Luna jadi menduga-duga kalau lawan bicara aktor muda itu mungkin saja adalah pemilik rumah mewah ini."Mba, bibi yang akan membantu Mba Luna selama di sini sudah datang."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status