Share

Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku
Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku
Author: Lemonia

Bab 1 Berikan aku roti!

Author: Lemonia
last update Last Updated: 2025-03-13 14:32:26

".... tidak hanya dihafal untuk pelajaran, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari." Dengan papan tulis penuh catatan dan slide yang tengah diproyeksikan, sang guru menjelaskan materi hari ini dengan semangat. Matanya berkilat saat membagikan pengetahuan kepada para siswa yang duduk dengan patuh.

Namun, Fiora terlihat tidak sepenuhnya fokus. Beberapa kali, matanya melirik ke arah jam dinding yang terpampang di depan kelas. Lima menit lagi menuju jam istirahat, dan Fiora sudah terlihat gelisah karena suatu alasan.

Bel akhirnya berbunyi, menandai jam pelajaran sudah selesai, guru tersebut menutup bukunya dengan tenang. Langkahnya santai saat dia meninggalkan kelas, sangat berbeda dengan Fiora yang tak menunggu sesaat pun. Tanpa membereskan buku-buku yang masih berserakan di mejanya, gadis Itu segera bangkit dengan cepat, seolah waktu adalah musuh terbesarnya.

Setibanya di koridor, kaki kecilnya melangkah dengan cepat, hampir seperti berlari. Namun, gerakannya tetap terjaga, penuh kehati-hatian agar tak kehilangan keseimbangan.

Pintu masuk kantin sudah terlihat dengan jelas, bahkan dia menjadi siswa pertama yang datang.

"Bu, roti sandwich melon satu," ucapnya cepat, suaranya masih terdengar sedikit terengah. Wanita paruh baya di balik meja kantin tersenyum ramah sambil mengambil roti sandwich dari tumpukan.

“Ini, nak. Selalu buru-buru, ya?” gumam wanita itu sambil menyerahkan roti dan menerima uang yang disodorkan Fiora. Gadis itu hanya tersenyum sekilas sebelum kembali bergegas.

Tanpa melambat, Fiora melanjutkan larinya, menuju vending machine yang terletak di sebelah kiri lapangan. Artinya, dia harus memutari setengah dari luas sekolah untuk mencapai tujuannya. Beberapa siswa menoleh ke arahnya, heran melihat Fiora yang tampak begitu sibuk setiap jam istirahat.

Begitu keluar dari bangunan sekolah, angin siang yang hangat menyambutnya. Lapangan luas terbentang di bawah cahaya matahari. Meski napasnya berat, ia tetap berlari, pandangannya terkunci pada mesin minuman di kejauhan. "Hampir sampai," gumamnya, menyeka keringat di dahi.

Langkahnya akhirnya terhenti begitu ia berdiri di depan vending machine. Dia lalu memasukkan koin ke dalam lobang mesin dan menekan tombol pilihan minuman yang diinginkan. Suara denting kecil terdengar saat sekaleng kopi akhirnya jatuh ke tempat dimana minuman harus diambil.

Tanpa menunda lagi, ia berbalik dan berlari kembali ke arah kelas. Meski lelah, ia tetap berusaha mempercepat langkah, memikirkan seseorang di kelas yang telah memaksanya melakukan hal merepotkan ini.

Begitu tiba di pintu kelas, Fiora segera masuk dan mendekati satu orang sedang bersandar di bangku dengan ponsel di tangan.

"Sebelas menit." Reksa menekan tombol stop pada stopwatch di aplikasi ponselnya. "Kau seperti omega saja yang selalu melambat setiap harinya."

Reksa, yang duduk di bangku paling belakang dekat jendela, menyandarkan tubuhnya dengan santai sambil menatap Fiora dengan seringai. Dua temannya ikut mengarahkan pandangan ke Fiora, memamerkan senyum meremehkan yang membuat suasana semakin tidak nyaman.

"Masih ada waktu dua puluh detik, sebelum masuk ke menit kesebelas," sangkal Fiora, napasnya masih terengah. Posisinya yang berdiri memungkinkan matanya menangkap angka yang tertera di layar ponsel Reksa.

"Apa bedanya empat puluh detik dengan satu menit? Bukankah lebih dari setengah sama saja dengan dibulatkan ke atas? Apa aku salah?"

"Itu benar." Teman-temannya langsung mengangguk menyetujui.

Fiora merotasikan matanya. Jika dia bisa, dia ingin mengacak-acak wajah sombong itu dengan kedua tangannya.

"Sekarang berikan padaku," ujar Reksa dengan menunjuk makanan yang dibawa Fiora. Gadis beta itu tak punya pilihan selain menurut, menyerahkan roti sandwich dan sekaleng kopi yang ia bawa dengan susah payah. Reksa menerima keduanya dengan senyum licik, membuka bungkusan sandwich dengan perlahan, seolah ingin menunjukkan dominasinya.

"Ah," Keluhnya, mengangkat alis seakan teringat sesuatu, "sebenarnya aku sedang ingin makan yang strawberry. Pergilah belikan yang kumau."

Fiora menatapnya dengan mata melebar, seolah tak percaya. "Apa? Tapi aku—"

"Jangan banyak alasan," potong Reksa cepat. Suaranya tajam, menusuk seperti duri yang membuat Fiora tak berani melanjutkan kalimatnya. Sementara teman-teman Reksa tertawa kecil, menikmati pemandangan ini seolah menjadi hiburan di tengah kebosanan mereka.

"Tapi—" Fiora mencoba membela diri, meski suaranya nyaris tenggelam.

"Itu salahmu karena tidak bertanya terlebih dahulu," sela Reksa lagi, nadanya semakin tegas, seperti palu yang menutup setiap argumen. Mungkin Reksa mengeluarkan dominasinya sebagai alpha untuk menekan Fiora. Itu curang!

Fiora merasa napasnya sesak, tekanan itu menumpuk di dadanya. Ia tahu, tidak ada gunanya melawan alpha sedangkan dia hanya seorang beta. Seperti biasa, ia harus menuruti semua keinginan Reksa.

Dengan pasrah, Fiora berbalik menuju pintu untuk melakukan perintahnya tadi. Namun, baru beberapa meter dia berjalan, suara Reksa kembali memanggilnya.

"Fiona, kau melupakan uangnya," ucap Reksa dengan nada meremehkan, tatapan merendahkan itu membuat Fiora semakin merasa kecil. Ia berbalik tanpa berkata apa-apa, menerima uang dari tangan Reksa tanpa ragu.

Fiora berjalan keluar kelas tanpa menengok kebelakang.

"Hei, bukankah kau tidak suka strawberry?" Itu suara Dion, teman dekat Reksa, terdengar santai namun penuh rasa ingin tahu.

"Ya," jawab Reksa singkat, tanpa keraguan, suaranya tenang namun menyimpan sesuatu yang sulit dimengerti.

Fiora yang berdiri di luar kelas, tepat di balik dinding, mendengar percakapan itu dengan jelas. Tubuhnya membeku sejenak, seolah tak percaya apa yang baru saja didengar. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, mencengkeram erat uang pemberian Reksa.

Meneguk ludahnya pelan, Fiora berusaha menenangkan pikirannya yang bergejolak. Pikirannya berbisik, mencoba menguatkan dirinya. 'Kau sudah terbiasa, Fiora. Ini bukan hal baru. Kau akan baik-baik saja.'

***

Fiora melangkah masuk ke dalam kelas dengan sandwich strawberry di tangan. Pandangannya langsung tertuju pada Reksa, yang kini duduk sendirian. Tidak ada teman-temannya di sekitar, hanya dia dengan kakinya yang santai diangkat ke atas meja. Fokusnya terpaku pada layar ponsel, jarinya bergerak cepat, sepertinya tengah bermain game.

Fiora ragu sejenak, namun akhirnya mendekat. Baru saja ia hendak meletakkan roti di meja, Reksa menyadari kehadirannya. Tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel, ia berkata, "Kau terlalu lama. Aku sudah kenyang sekarang. Itu untukmu saja. Lagipula, aku tidak suka."

Fiora tertawa dengan kesal.

Dia menarik kerah Reksa hingga alpha itu setengah berdiri lalu menjejalkan sandwich strawberry kedalam mulut Reksa tanpa ampun. Mengabaikan gumaman tidak jelas karena sandwich yang memenuhi mulutnya.

Fiora tertawa dengan puas.

Memang ia agak terlambat karena harus menghabiskan makanannya tadi di kantin dengan sangat cepat, karena takut membuat Reksa marah. Fiora hanya tidak ingin merasa kelaparan ketika jam pelajaran selanjutnya. Namun, si Iblis ini benar-benar mempermainkannya!

"Hei, kenapa masih di sini? Pergi sana."

Fiora tersadar dari imajinasinya.

Dia mengerjap dua kali sebelum melihat Reksa, yang duduk dengan santai, menatapnya datar.

Gadis beta itu hanya bisa memaksa senyum. Dia mengambil kembali Sandwich strawberry yang masih utuh, sebelum berjalan ke tempat duduknya.

Walaupun dalam prosesnya sembari mengucap mantra berulang untuk menyegel iblis bernama Reksa Mahardika di kerak bumi lapisan paling dalam!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 52. Ya, aku milikmu.

    Meski hasil pemeriksaan menyatakan tidak ada kecacatan maupun kekurangan perawatan, pihak sekolah tetap menjatuhkan hukuman skors kepada Fiora atas tersebarnya foto-foto di forum sekolah.Di sisi lain, Sarah akhirnya mengambil keputusan besar. Ia menggugat cerai Dito. Kejadian di depan rumah tempo hari hanya mempercepat langkah yang sebenarnya sudah lama ia persiapkan. Bahkan sebelum semua ini terjadi, Sarah telah menyiapkan rumah sewa untuk dirinya dan Fiora.Namun sebelum proses itu rampung, Fiora tinggal bersama Reksa selama seminggu penuh. Hari-hari itu memberinya jeda, ruang untuk bernapas, sebelum ia akhirnya dijemput oleh ibunya.Hari pertama Fiora kembali ke sekolah bertepatan dengan berakhirnya efek penandaan sementara. Begitu efek itu habis, ia serasa diterpa badai feromon, aroma orang-orang di sekitarnya menyesakan, jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Rupanya penandaan itu selama ini menjadi semacam penghalang, mengurangi intensitas aroma yang sampai padanya. Tanpa itu, ia

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 51. Ayah!

    Udara di ruang pemeriksaan rumah sakit tercium samar antiseptik. Fiora duduk di kursi yang disediakan, jari-jarinya meremas ujung roknya. Reksa berdiri di samping, diam namun waspada, tatapannya tak lepas dari dokter yang sedang membacakan hasil akhir pemeriksaan.“Seluruh hasilnya normal,” kata dokter itu akhirnya. “Tidak ada tanda kerusakan atau risiko yang membahayakan.”Fiora mengembuskan napas yang sedari tadi ia tahan.Namun, wajah salah satu petugas dari Pusat Pembinaan Dinamika Sekunder yang ikut menyaksikan pemeriksaan itu terlihat masam. “Sayang sekali, kami pikir akan ada alasan kuat untuk membawamu ke pusat pembinaan.”Nada suaranya kasar, menyiratkan kekecewaan yang tak seharusnya diucapkan di tempat seperti ini. Reksa langsung menegang, matanya menyipit.“Kenapa Anda berminat sekali membawa seorang omega ke sana? Untuk merawat mereka? Kalian baik sekali.”Senyum yang dia berikan terlihat manis di permukaan, tapi dingin di ujungnya.Petugas di seberangnya sempat terdiam s

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 50. Pemeriksaan

    Pagi itu, Reksa berdiri di depan gerbang rumah Fiora, menunggu pemilik rumah keluar. Alpha tersebut hanya berharap Fiora mau memaafkan dan mendengarkan penjelasannya. Mereka bahkan belum sempat menikmati satu kencan pun sebagai pasangan resmi, kenapa takdir begitu kejam padanya? Senyum tipis muncul di wajah Reksa saat melihat Fiora keluar, rapi dengan seragam sekolahnya.“Selamat pagi,” sapanya.Fiora membalas senyum, disertai dengusan kecil. “Pagi. Ada apa dengan kantung matamu? Kau lupa tidur semalam?”"Setelah kejadian kemarin bagaimana aku bisa tidur?" Reksa mengusap tengkuknya. “Aku bisa,” jawab Fiora ringan, meski tatapannya tetap terfokus ke kantong mata Reksa."Kau... " Reksa berkata dengan ragu-ragu. "Kau sudah tidak marah padaku?""Tidak. Aku tidak marah. Baiklah sedikit." Fiora mengoreksi setelah melihat tatapan menuduh Reksa. "Itu karena kau masih menyimpan fotoku. Kenapa tidak menghapusnya?"Reksa menarik napas, menunduk seolah mencari kata yang tepat. “Kau terlihat bag

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 49. Forum sekolah

    Reksa memarkirkan motornya tepat di depan pagar besi yang catnya mulai mengelupas. Lampu teras rumah itu memancarkan cahaya pucat, sekadar cukup untuk menyingkap bayangan seorang pria berpostur tegap di ambang pintu.Fiora turun dari motor dengan pelan, menghindari melakukan tindakan yang menarik perhatiannya. Pria itu Dito, ayahnya, menatap sekilas. Tak ada sapaan, maupun senyuman. Hanya tatapan singkat yang terasa dingin sebelum ia memutar badan dan mendorong pintu. Dentumannya memecah kesunyian malam.Reksa mengerjap, kaget. “Ayahmu masih marah?”Fiora menghela napas pendek. “Tidak. Memang seperti itu. Sekarang… suka membanting barang yang disentuhnya.”Reksa menatap pintu yang tertutup. “Kedengarannya sehat sekali.”Fiora diam.“Serius,” katanya lagi, “kau bisa saja keluar dari rumah ini.”“Aku tidak bisa.”“Bisa.” Reksa menatapnya lebih lama. “Cari tempat lain. Tinggal di rumah sewa. Atau di tempatku.”Fiora menarik napas. “Tidak semudah itu.”"Kenapa?""Aku tidak bisa meninggal

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 48. Aku cemburu

    Fiora merasa panik, matanya bergerak gelisah mencari tanda-tanda kemarahan pada Reksa. Ia tak bisa menahan cemasnya, khawatir Reksa akan langsung meledak terhadap provokasi yang dilakukan Cakra. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Reksa hanya tersenyum tipis, wajahnya tetap tenang meski matanya terlihat tajam. Dia menarik napas sejenak sebelum menjawab, intonasinya rendah namun jelas. “Kalau begitu aku berterima kasih padamu.”Fiora terkejut mendengar reaksi Reksa yang jauh lebih sabar dan terkendali dari yang ia duga. Ia menatap Reksa, agak bingung, namun merasa lega.Cakra, di sisi lain, tampak tidak puas. Senyum nakalnya sedikit memudar, digantikan ekspresi yang lebih datar. “Tsk. Kalian benar-benar membosankan.” Dengan satu lambaian tangan, Cakra mundur.Baru saat itu Fiora menyadari keberadaan kerumunan di sekitar mereka. Para siswa yang tadinya menunggu tontonan drama picisan gratis di sekolah mulai bubar, kecewa karena pertunjukan yang dinanti tak kunjung terjadi."Fiora, ki

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 47. Tiba-tiba jadi pacar

    Bayangan itu bergerak, melangkah pelan keluar dari kegelapan. Di bawah lampu jalan yang remang, wajahnya mulai terlihat. Rahang tegas, mata menatap tajam, tapi senyum kecil menghias wajah yang familiar.“Cakra,” gumam Fiora, suara tercekat keluar dari bibirnya.Cakra, mendekat perlahan, seperti pemburu yang tahu mangsanya tak bisa kabur. “Lama tidak bertemu, Fiora.”Fiora mundur selangkah. “Apa… apa yang kau lakukan di sini? Kau mengikutiku?”Cakra menyeringai, bahunya terangkat sedikit seakan Meledek. “Mengikutimu? Serius, kau pikir aku punya waktu untuk itu?” Dia menatap Fiora dari ujung kepala hingga ujung kaki, bibirnya masih melengkung, tersenyum nakal. “Tapi ya, harus kuakui, ekspresimu tadi cukup menghibur.”Fiora mendengus kesal, memutar bola matanya. Ia mencoba berjalan melewati Cakra, tetapi lengannya dihentikan dengan lembut.“Di mana wingman-mu itu? Jarang sekali aku melihatmu sendirian,” ujar Cakra, nadanya setengah bercanda.“Biarkan aku pergi, Cakra,” jawab Fiora datar.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status