Share

Bab 7 Mahkota yang Ternoda

Teriakan Shifra dan suara benda dilemparkan asal dari dalam kamar terdengar sampai ke ruang makan di mana Javaz masih membereskan sisa makanannya. Pria itu mendongak dan tersenyum tipis lalu melangkah sambil memasukan sapu tangan di saku celananya.

"Shif? Shifra? Buka pintunya! Kamu kenapa? Buka pintunya, Shif! SHIFRA!!!" Teriakan kepanikan serta ketukan berulang kali di pintu kamar Shifra terdengar panik, mengkhawatirkan wanita di dalamnya.

Tak lama suara kunci diputar dari dalam, tubuh lesu dengan dua mata sembab muncul di ambang pintu.

"Kamu kenapa?" tanya Javas sedikit membungkuk menelisik wajah Shifra yang tertunduk.

Kepala tertutup hijab itu hanya menggeleng tanpa terangkat sedikit pun.

"Apa aku sudah gila, Jav? Di mana-mana selalu ada bayangan Mas Elzien ... katakan Jav ... apa aku benar-benar tak bermimpi? Apa ini nyata? Aku tak memiliki siapa-siapa lagi sekarang?" tangisnya pecah, berjongkok memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya yang basah di antara dua siku yang bertumpu.

"Shif ... kamu nggak sendiri ... masih ada aku, hem? Percayalah ...," Javaz ikut berjongkok dan tanpa ragu mendekap janda dari kakaknya. Menepuk punggung dan mengusap kepala Shifra berulang kali hingga isakannya mulai mereda.

Beberapa menit berlalu dalam posisi yang sama, wanita itu merasakan sebuah ketenangan dalam pelukan pria lain yang bukan suaminya.

Bukan sengaja atau tak paham tentang ilmu yang dimiliki sebagai seorang yang pernah menjadi santri. Tapi itulah Shifra, sejak kecil tak menerima kasih sayang dari orang tua kandungnya. Hidup sebatang kara di dalam Pondok Yatim dan Dhuafa hingga seorang pria mapan meminta ta'aruf dengannya.

Hanya bertahan dua tahun dia merasakan kehangatan sebuah keluarga. Seorang ayah yang dipanggilnya Papa, sekaligus dua adik yang serasa sahabat. Kebahagiaan yang tiada tara baginya harus kembali sirna dengan sebuah tragedi tak terduga. Semua seolah menjauh dan tak lagi peduli pada hati dan perasaannya.

Tak ada lagi bahu untuk bersandar. Tak ada lagi ruang berbicara dan berbagi rasa. Hanya Javaz, pria yang pernah menyimpan rasa padanya. Pria yang sekarang masih bertahan ada di sisinya. Shifra merasakan kenyamanan meski bukanlah kehalalan untuknya. Dalam kekalutan dan ketidakpastian kapan kembalinya Elzien, membuat Shifra kehilangan akal. Dia hanya butuh seseorang yang bisa memberinya kekuatan secara nyata. Dan Javaz yang ada di depannya sekarang.

"Maafkan aku, Shif ... Maaf!" kata Javas memberi jarak.

Wanita itu sudah tak mengalirkan air mata lagi, hanya isakan kecil yang tersisa. Dia menatap wajah Javaz dan tersenyum lalu mengangguk, tanda menerima permintaan maaf dan rasa terima kasih.

Adik laki-laki dari almarhum suaminya itu menyodorkan sebuah sapu tangan pada Shifra.

"Hapus dengan ini!" senyuman tipis tersungging misterius di wajah Javaz saat apa yang diberikan diterima dengan senyuman mengembang oleh Shifra.

"Terima kasih, Jav ... mungkin jika bukan kamu adik dari Mas El, aku sudah kehilangan segalanya bersamaan dengan kepergian Mas El. Terima kasih, Jav ...," kata Shifra mencoba berdiri dari posisi jongkoknya.

"Eh? Kamu kenapa, Shif?" Dengan sigap Javaz menahan pinggang Shifra.

Wanita itu menggeleng dan memegang pelipisnya saat mencoba menegakkan tubuh. Satu tangannya bertumpu di pintu kamar yang setengah terbuka. Saat berdiri tiba-tiba saja mata berkunang dan bumi serasa berputar.

"Aku ijin masuk ke kamar kamu, ya? Ayo, hati-hati!" Pria itu memapah Shifra yang berulang kali mengerjapkan mata dan menggeleng dan terlihat sempoyongan tak seimbang.

Javaz menuntun Shifra masuk ke dalam kamar yang selama ini menjadi saksi bisu kebersamaan Sifra dan Elzien.

"Mas El ... aku pusing banget, Mas ...," racaunya berjalan sempoyongan dibantu Javaz naik ke atas ranjang.

"Mas ... aku rindu ... kenapa kamu baru kembali sekarang? Jangan pergi lagi, Mas!" Shifra menarik tangan Javaz saat hendak memakaikan selimut ke tubuhnya.

'Kalo gue jawab, bakal sadar nggak ya? Shit! Kenapa gue lupa tanya berapa lama efek halusinasi obat ini?' Batin Javaz mengumpati kebodohannya tak bertanya tentang informasi obat yang disemprotkannya pada sapu tangan.

"Mas ... temani aku dulu ...," wanita yang mulai tak sadar itu kembali duduk dan mengalungkan dua lengannya ke leher Javaz.

Susah payah pria itu menelan salivanya, hati kecilnya berkata jangan, tapi sesuatu di bawah sana sudah mulai mengeras. Sebagai lelaki dewasa tak bisa dipungkiri, wanita ini menggoda jiwanya.

"Mas nggak kangen sama aku? Apa aku tak memuaskanmu di malam itu? Jadi Mas El pergi?" Shifra meracau dengan meliukkan tubuhnya bergelayut manja di leher Javaz.

Tak ada jawaban dari pria berperawakan hampir sama dengan Elzien itu. Tangannya mulai menyentuh pinggang wanita di depannya.

Mendapat sebuah respon dari pria yang di matanya adalah Elzien, Shifra mendekatkan wajah. Memiringkan kepala dan menempelkan bibirnya di bibir Jazaz yang seketika membelalakkan mata.

Merasa tak berbalas dengan hal yang diharapkannya seperti hal yang sering dilakukan dengan suaminya. Wanita itu memberi gerakan pada indera pengecapnya.

Javaz merasa menang karena bukan dia yang memulai. Melainkan wanita berstatus janda tiga bulan itu menginginkannya. Dia tak kuasa lagi untuk tidak membalas perlakuan Shifra yang diterimanya cuma-cuma.

Kecupan demi kecupan terbalas semakin dalam. Semua alat gerak keduanya pun tak tinggal diam. Saling merasakan dan menjelajahi setiap helai kain yang perlahan ditanggalkan satu per satu.

"Mas ... aaah ... ternyata, aku melewatkan-- ini ... ssshhhh ... se--lama ...," desisan dan racauan Shifra membuat Javaz melakukannya semakin brutal. Keduanya larut dalam lautan dosa yang tak seharusnya dilakukan.

Pria itu rubuh di sisi wanita yang masih meracau menyebut nama suaminya dengan mata tertutup. Senyumannya mengembang dengan napas yang masih terengah setelah berhasil mengeluarkan hormon stres-nya. Berbaring menatap langit-langit kamar dan tersenyum lebar.

'El ... El ... kamu terlalu bodoh atau apa? Jadi selama dua tahun kamu belum menyentuhnya? Baru saja melakukannya beberapa hari sebelum tiada? Dasar Bodoh!' Batinnya menertawakan sang kakak dengan gelengan.

Dia menoleh ke arah wajah teduh di sampingnya yang mulai hanyut dalam lelap. Sedikit mendekat dan mencondongkan tubuhnya, mengecup bibir Shifra sekilas.

"Luar biasa! Kenapa semudah ini mendapatkanmu, hem? Dari lima tahun lalu harusnya aku sudah melakukan ini," Javaz terkekeh lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang sama dengan wanita polos di sampingnya.

Dering alarm dari ponsel di nakas membawa kembali alam bawah sadar Javaz. Tak biasa dengan suara berisik di telinganya sepagi ini membuat pria itu berdecak kesal.

"Berisik banget, sih!" umpatnya terbangun dan menyadari sedang berada di tempat yang bukan kamarnya sendiri.

"Gue harus cepat sebelum Shifra bangun!" gumamnya beranjak ke kamar mandi.

Bayangan romansa dirinya dan Shifra masih terlihat jelas. Meski dia tahu akan fatal jika sampai membuat wanita itu hamil atau akan sangat membencinya jika sadar nanti. Tapi semua sudah terjadi dan tak mungkin kembali ke hari kemarin. Nyatanya wanita itu yang memulainya lebih dulu.

"Tenanglah Jav! Jika ini gagal, maka plan B sudah siap, 'kan?" Pria itu menyemangati dirinya sendiri sambil mengeringkan tubuhnya di depan cermin. Menutup segala ketakutan dalam dirinya karena merencanakan sesuatu kejahatan pada yang dicintainya, Shifra pewaris tunggal kekayaan dan kuasa keluarga Kagendra.

Dengan rasa percaya diri yang masih tersisa, dia keluar kamar mandi di dalam kamar pribadi kakaknya. Jantungnya berdetak cepat saat melihat Shifra sudah terduduk di ranjangnya. Tatapan matanya bertemu, wajah terkejut wanita itu sedikit menggetarkan nyalinya. Tapi dengan cepat Javaz mampu mengendalikan lagi dengan senyuman dan sapaan.

"Kamu sudah bangun?" katanya bersikap seolah dia adalah Elzien, suami Shifra.

'Apa reaksimu, Sayang? Itu yang akan menentukan nasibmu ke depan,' rencana busuknya tersusun rapi di benak Javaz saat itu juga.

***

Bersambung ....

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lia dahlia
bagus crita nya
goodnovel comment avatar
Gian Agil
ceritax bagus bca d bayat cape deh.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status