Share

Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku
Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku
Author: Hana Pangestu

Bab 1

Author: Hana Pangestu
Mereka bilang pernikahan adalah kuburan cinta, tapi bisa dikubur dengan tenang masih lebih baik daripada membusuk di alam liar.

Setelah lebih dari dua bulan menjahit dengan susah payah, akhirnya aku berhasil menyelesaikan gaun pengantinku sendiri.

Di bawah cahaya, gaun itu tampak putih bersih, elegan, berkilauan dan sangat indah.

Aku membayangkan diriku mengenakan gaun ini beberapa hari lagi, melangkah menuju pria yang kucintai. Bahkan dalam mimpi, aku juga tak bisa menahan senyum.

Dari usia sembilan belas hingga dua puluh lima tahun, enam tahun telah berlalu, cintaku akhirnya akan dikubur dengan tenang.

Namun, siapa sangka, begitu aku terbangun, seketika semua mimpi itu hancur dan berubah menjadi ilusi.

"Kak Nora, pagi ini Pak Steve datang ke studio dan mengambil gaun pengantinmu. Dia bawa pulang, ya?" tanya Angel, asistenku dari balik telepon dengan penuh kebingungan.

Aku baru saja bangun tidur, otakku masih setengah sadar. Mendengar itu, aku bertanya balik, "Steve ambil gaun pengantinku?"

"Iya, kamu nggak tahu?"

"Hm, coba kutanyakan dulu," jawabku

Setelah menutup telepon, pikiranku mulai jernih, tetapi aku tetap tidak mengerti mengapa Steve mengambil gaun itu sepagi ini.

Semua perlengkapan pernikahan sudah menumpuk di rumah, tidak ada tempat untuk menyimpan gaun pengantin. Aku berencana mengambilnya sehari sebelum pernikahan.

Aku pun meneleponnya, tetapi tak ada yang mengangkat. Saat hendak mencoba lagi, dia malah menelepon balik.

"Halo Steve, kamu sudah ambil gaun pengantinnya?" tanyaku langsung.

"Iya," jawabnya singkat dengan suara yang terdengar lelah dan serak.

Aku mengernyit dan bertanya dengan khawatir, "Kamu kenapa? Sakit?"

Dia terdiam sejenak, lalu dengan nada tenang dan dingin berkata, "Nora, batalkan saja pernikahan kita."

Aku merasa telingaku berdenging, pikiranku langsung kacau dan langsung bertanya, "Kenapa?"

"Dewita didiagnosis kanker stadium akhir. Dokter bilang waktunya hanya tersisa paling lama tiga bulan."

Aku begitu terkejut.

Tiba-tiba, aku merasa seperti mendapat pencerahan dan takdir seakan mengangkat masalah besar ini dari kehidupanku.

"Lalu apa hubungannya dengan pernikahan kita?"

"Keinginan terakhir Dewita adalah menikah denganku, dengan begitu dia baru bisa pergi dengan tenang," ujar Steve tanpa ragu, bahkan tak memberiku kesempatan bicara, dia langsung menambahkan lagi, "Aku tahu permintaan ini keterlaluan, tapi dia sudah sekarat. Bisakah kamu mengasihaninya?"

Aku terdiam dan terkejut mendengar permintaan paling tak masuk akal yang pernah ada. Butuh beberapa saat bagiku untuk akhirnya tertawa sinis. Aku pun menjawab, "Steve Joan, kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan?"

Steve sangat yakin dan menjawab, "Aku sangat sadar. Nora, aku mau memenuhi keinginan terakhirnya dan menikahinya. Aku tahu ini nggak adil bagimu. Sebagai kompensasi, aku bersedia mentransfer lima puluh persen saham perusahaan padamu. Coba pikirkan baik-baik."

Tubuhku terasa mati rasa. Dengan gagap, aku bertanya, "Bagaimana kalau aku nggak setuju?"

Steve terlihat kesal, menjawabku, "Nora, bisakah kamu masih punya hati nurani? Dewita itu adikmu, dia bahkan sudah sekarat dan hanya meminta permintaan kecil ini saja, kamu bahkan nggak mau memenuhinya?"

Logika macam apa ini?

Aku tak bisa menahan diri, mengejeknya, "Kalau kamu begitu peduli padanya, apa kamu juga akan ikut mati demi menemaninya nanti?"

"Kamu ... " Steve terdiam, tak menjawab. Setelah terdiam sejenak, dia melanjutkan, "Bagaimanapun, aku sudah membawa gaun pengantin itu ke rumah sakit. Bentuk tubuh Dewita mirip denganmu, jadi gaun itu cocok untuknya."

Belum selesai dia bicara, terdengar suara familiar dari telepon itu, "Steve, Dewita sudah bangun!"

"Iya, aku ke sana sekarang," terdengar suara Steve yang begitu terburu-buru. Steve pun langsung berkata padaku, "Nora, aku harap kamu bisa segera memberiku jawaban."

Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menutup telepon.

Suara tadi jelas adalah suara ibu tiriku, Sari Yongko yang juga ibu kandung Dewita.

Sejak kapan mereka menjadi keluarga yang begitu harmonis? Aku sama sekali tidak tahu.

Aku duduk terdiam di kasur sambil memegang ponsel, hatiku dipenuhi ketidakrelaan.

Betapa konyolnya!

Dulu, Sari merebut suami ibuku, sekarang putrinya juga ingin merebut tunanganku?!

Benar-benar pepatah 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya'.

Sepuluh tahun lalu, orang tuaku bercerai. Tak sampai tiga bulan kemudian, ayahku membawa Sari masuk ke rumah dengan penuh kebanggaan.

Sari datang bersama sepasang anak kembar, laki-laki dan perempuan yang usianya dua tahun lebih muda dariku.

Belakangan, aku secara tak sengaja mengetahui bahwa mereka adalah anak kandung ayahku. Mereka adalah adik kandungku dari ayah yang sama dan ibu yang berbeda.

Artinya, ayahku sudah lama mengkhianati ibuku dan memiliki keluarga lain di luar sana, bahkan memiliki anak yang hanya berbeda dua tahun denganku!

Saat ibuku mengetahuinya, dia marah besar dan ingin menggugat cerai dengan ayahku lagi untuk pembagian harta kedua kalinya.

Ibuku ingin berjuang demi hak-hakku, agar harta keluarga tidak jatuh ke tangan wanita licik itu.

Namun, ayahku tak hanya menolak, tapi malah dengan kejam merebut bisnis orang tua ibuku, yang juga kakek dan nenekku.

Kakekku terlalu marah hingga jatuh sakit dan hampir meninggal.

Keluarga kami bahkan tak punya uang untuk biaya pengobatan. Ibuku sampai menjual barang warisan keluarga, mengumpulkan uang dengan susah payah demi menyelamatkan kakek. Tapi pada akhirnya, kakek tetap saja pergi.

Ibuku sangat merasa bersalah, merasa dirinya yang membunuh kakek. Tekanan itu menghancurkan mentalnya, membuatnya depresi berat dan akhirnya dia terkena kanker payudara. Tak lama kemudian, ibu juga meninggal.

Dia benar-benar dibunuh oleh ayahku.

Kepergian kakek dan ibu merupakan pukulan besar bagiku dan nenek.

Sejak saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri, 'Aku akan merebut kembali semua yang seharusnya menjadi milikku dan ibuku, bahkan dengan harga yang berlipat ganda!"

Selama bertahun-tahun, aku membangun bisnis sendiri dan meraih kesuksesan. Aku pun akan segera menikah dengan Steve Joan, pewaris Keluarga Joan.

Aku mengira dengan pria yang kucintai di sisiku, kami akan menjadi pasangan kuat dan semakin memperkokoh posisiku. Siapa sangka, di saat-saat terakhir, aku malah dikhianati dan tunanganku direbut oleh anak dari wanita jalang itu!

Sejak kapan hubungan Steve dan Dewita begitu dekat?

Apakah sejak pertama kali Dewita menyisingkan lengan bajunya untuk mendonorkan darah kepada Steve?

Atau sejak pertama kali Dewita memasak untuknya?

Atau mungkin sejak Dewita yang berusia delapan belas tahun dengan lantang menyatakan di depan semua orang bahwa cinta sejatinya adalah Kakak Steve dan jika dirinya tidak bisa menikah dengannya, dia lebih baik mati saja?

Padahal saat itu, aku dan Steve sudah resmi berpacaran. Tapi pernyataan nekatnya tetap membuat banyak orang terharu dan memujinya sebagai gadis yang pemberani.

Steve, kalau kamu mau menikahinya hanya karena alasan itu, lalu apa artinya semua yang telah kulakukan untukmu selama ini?

Kamu punya golongan darah yang langkah, aku bahkan rela mendonorkan darahku selama lima tahun sampai penyakitmu sembuh total.

Tubuhmu lemah, aku rela memasakkan makanan sehat untukmu, sampai keahlianku sekarang sudah nyaris sempurna.

Saat kamu dirawat di rumah sakit bertahun-tahun, aku bahkan rela menemanimu bermalam-malam dan begitu mengawatirkan kondisimu ...

Sekarang, hanya karena Dewita sakit parah, kamu menusukku dari belakang? Bahkan membatalkan pernikahan kita yang telah lama dipersiapkan demi bersamanya?

Air mataku hampir jatuh, tetapi segera kutahan.

Menangisi pria brengsek sepertinya tidak pantas. Menangisi diriku sendiri juga tidak ada gunanya.

Bertahun-tahun menerima perlakuan buruk dan hinaan dari Keluarga Tira membuatku sadar, air mata hanya membuat mereka tertawa.

Jika ingin menang, aku harus melawan!

Aku mengambil ponsel dan menelepon kembali pria bajingan itu, "Steve, berikan semua saham perusahaan padaku, maka aku akan menyerahkan posisi pengantin ini. Kalau kamu setuju, datanglah malam ini untuk menandatangani perjanjiannya."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku   Bab 100

    Meskipun aku tidak menyukai mereka sekeluarga, bagaimanapun dia adalah orang yang lebih tua, demi kesopanan, aku tetap tersenyum dan menyapa, "Halo, tante.""Nora, jadi kamu benar-benar sudah bersama Pak Billy? Dia nggak tahu kamu itu janda? Statusmu ini jelas ... ""Ibu, bukan janda, dia bahkan belum resmi cerai dengan kakak! Kalau sekarang bersama Pak Billy, itu namanya selingkuh!"Ujar Stefi dengan wajah penuh penghinaan dan kemarahan, lalu menggerutu, "Ada apa sih dengan Pak Billy? Kok bisa tertarik dengannya? Selain cantik, apa lagi yang bisa dibanggakan?"Aku bahkan belum mengucapkan satu kata pun, tapi mereka sudah menempelkan label selingkuh padaku. Benar-benar tidak masuk akal.Aku tertawa sinis, "Stefi, otak itu hal yang bagus, sayangnya kamu nggak punya. Kalau kamu mau tahu siapa yang sebenarnya selingkuh, bagaimana kalau kita tanya orang-orang di sini?"Saat itu, peristiwa pernikahan konyol itu sudah jadi bahan tertawaan di seluruh kota. Semua orang tahu kalau Keluarga Joan

  • Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku   Bab 99

    Namun, di hadapan Jeff saat ini, situasinya tidak memungkinkan. Aku hanya bisa mencari kesempatan lain.Melihat aku sangat canggung, Billy segera membantuku keluar dari situasi ini, "Ayo, para tamu hampir semua sudah datang, pesta bakalan segera dimulai."Aku mengikuti Billy memasuki aula pesta dan sekali lagi mendapat pemahaman baru tentang arti sebenarnya dari kekuasaan dan status sosial.Di dalam Vila Solene terdapat sebuah bangunan bergaya barat tiga lantai yang berdiri sendiri. Bangunan ini memiliki aula pesta besar, ruang konferensi multifungsi dan klub rekreasi. Banunan ini terpisah dari bangunan utama rumahnya, Sehingga dapat memberikan tingkat privasi yang sangat baik bagi pemiliknya.Dekorasi seluruh bangunan tampak sederhana, tetapi sangat berkelas. Bahkan hiasan yang terlihat sepele pun merupakan koleksi seni bernilai tinggi.Saat ini, aula pesta sudah penuh dengan tamu. Suasana meriah dengan obrolan santai dan tawa para tamu yang jelas berasal dari kalangan atas.Aku melih

  • Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku   Bab 98

    "Bagaimana kamu menjelaskannya?""Bilang saja nggak ada apa-apa di antara kita. Aku nggak tidur denganmu, kamu juga nggak tidur denganku.""Kamu, seorang gadis menjelaskan hal seperti ini? Bukankah itu malah membuatku terlihat lebih tidak berani bertanggung jawab?""Aku ... " Aku hampir putus asa, malu bukan main dan bertanya, "Jadi harus bagaimana?"Saat kami sedang pusing memikirkan solusi, tiba-tiba terdengar suara seseorang, "Billy, kudengar kamu keluar khusus untuk menjemput tamu penting. Putri keluarga mana yang begitu kamu hormati?"Aku menoleh ke arah suara itu. Dari belakang Billy, seorang pria tinggi dan gagah melangkah mendekat. Aura karismatiknya terpancar jelas.Sebelum Billy berbalik, ekspresinya sudah semakin rumit."Datang juga orangnya," gumam Billy pelan.Mataku membelalak.Apa? Jadi dia ... Jeff Yosi?Aku tidak mengenalnya.Bagaimanapun, Keluarga Yosi dan Keluarga Solene berada di tingkat yang sama, sedangkan Keluarga Tira jelas berbeda kelas, kami tidak pernah berhu

  • Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku   Bab 97

    "Nggak, nggak! Bukan ... " Aku buru-buru melambaikan tangan, melangkah lebih cepat ke depan, tapi tetap saja tak bisa menahan diri untuk melirik Billy beberapa kali.Dalam hati, aku berdoa semoga saja orang yang mengendarai Bentley malam itu bukan Jeff.Sayangnya, doaku tidak terkabul.Melihat ekspresiku yang aneh dan tampak ragu-ragu, setelah berpikir sejenak, Billy bertanya, "Kamu bertemu Jeff akhir-akhir ini?"Begitu mendengar pertanyaannya, aku langsung paham.Aaaa ... aku ingin lenyap saja dari dunia ini!"Jadi ... apa yang Pak Jeff bilang padamu?" tanyaku pasrah, memutuskan untuk menghadapinya secara langsung.Billy menyipitkan matanya sedikit, lalu menampilkan ekspresi yang sulit dijelaskan, seperti malu tapi juga geli."Maksudmu ... tentang pertengkaranmu dengan Steve? Kamu bilang sudah tidur denganku dan bukan hanya sekali?"Aku langsung tersandung dan hampir saja terjatuh."Hati-hati!" Untung saja Billy sigap menarik lenganku.Wajahku langsung panas membara, sekujur tubuhku t

  • Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku   Bab 96

    Aku berputar beberapa kali di depan cermin dan merasa cukup puas dengan penampilanku.Tiba-tiba, ponselku berdering. Aku mengambilnya dan melihat nama Billy Solene di layar."Halo, Pak Billy.""Nora, sekitar sepuluh menit lagi, sopir bakal tiba di depan apartemenmu.""Iya, aku sudah siap juga, bakal turun sebentar lagi," jawabku dengan ringan, lalu menambahkan dengan sedikit sungkan, "Benar-benar merepotkanmu harus mengirim sopir untuk menjemputku.""Nggak masalah, jalanan di pegunungan kurang aman di malam hari. Karena aku yang mengundangmu, tentu aku juga harus memastikan keselamatanmu."Sikapnya selalu begitu penuh perhatian dan detail, seolah tak pernah meninggalkan celah.Setelah menutup telepon, aku memasukkan ponsel ke dalam tas, lalu mengecek kembali apakah aku sudah membawa lipstik dan bedak. Setelah memastikan semuanya beres, aku pun berangkat.Di sepanjang perjalanan, perasaanku melambung, tegang sekaligus penuh ekspektasi,Saat ini, aku sudah melupakan semua keraguan yang s

  • Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku   Bab 95

    Aku baru sadar, tidak heran Steve terlihat begitu lesu dan muram, wajahnya pun tampak pucat."Nora, tolong bantu Dewita. Semua kesalahan di masa lalu itu ulah kami, Aku minta maaf padamu, ya? Kumohon, kasihanilah dia, pergi ke rumah sakit dan bantu dia ... "Sari maju dan meraih tanganku dengan erat. Gerakannya yang tiba-tiba itu sampai membuat anjingku terkejut dan melompat mundur ke belakangku.Keningku semakin berkerut, aku menatap Sari sambil tertawa dingin dalam hati."Benar-benar langka, tak kusangka aku bisa mendengar permintaan maaf darimu dalam hidup ini," kataku dengan nada menyindir."Aku minta maaf padamu, Nora. Aku bakal turuti apapun yang kamu mau, asal kamu mau selamatkan Dewita. Bagaimanapun, dia itu adik kandungmu, dia itu manusia yang hidupnya berharga ... " ujar Sari mulai menangis, tampak benar-benar tidak rela kehilangan putrinya.Sebagai seorang ibu, dia memang terlihat sangat menyayangi anaknya. Dewita pun bisa dibilang beruntung dalam hal ini.Namun, pikiranku m

  • Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku   Bab 94

    Tak disangka, ternyata Billy juga mengetahuinya.Hal ini membuat suasana jadi agak canggung, terutama karena aku berbohong pada Billy, mengatakan bahwa aku sudah tidur dengan pria di hadapanku ini, bahkan berkali-kali. Memikirkan itu saja sudah membuat lidahku nyaris kelu."Ehm ... dia nggak mau cerai denganku, jadi aku hanya bisa mengajukan gugatan ke pengadilan. Sidangnya akan digelar tanggal 6 bulan depan," ujarku menjelaskan, merasa sedikit bersalah dan tidak berani menatap Billy."Tanggal 6 bulan depan? Masih ada setengah bulan.""Iya, ini sudah sesuai jadwal dari pengadilan, jadi nggak ada pilihan lain.""Iya, nggak perlu terburu-buru," ujarnya menenangkanku, lalu menambahkan, "Tapi dalam kasus gugatan cerai, biasanya sidang pertama itu mediasi, jadi kemungkinan besar nggak akan langsung dikabulkan. Biasanya harus menunggu enam bulan untuk mengajukan gugatan kedua, barulah hakin cenderung mengabulkan perceraian.""Iya, pengacaraku juga sudah mengatakan hal yang sama. Aku harus be

  • Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku   Bab 93

    Aku tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan diriku sendiri, hanya benar-benar malu sampai tidak bisa mengangkat kepala di depannya.Billy melihat betapa malunya aku, seolah ingin mencari lubang untuk bersembunyi. Dengan sangat sopan, dia menghiburku, "Sesekali bersenang-senang dengan teman-teman itu hal yang baik. Bisa melepaskan rasa penat dan stres di hati. Lagipula, soal kejadian malam itu, selain aku, nggak ada orang lain yang tahu. Jadi tenang saja, aku akan merahasiakannya."Kalimat terakhir itu diucapkannya dengan nada bercanda dan di matanya seperti ada sedikit ... keakraban yang samar.Aku menatapnya dengan ekspresi canggung dan membeku.Beberapa saat kemudian, rasa canggung itu semakin menjadi-jadi, pipiku terasa panas seperti terbakar.Jantungku kembali berdebar kencang dan pikiranku mulai berkelana ke arah yang tidak seharusnya.Insting wanita membertahuku bahwa ada sesuatu yang tidak biasa dalam hubungan kami, benar-benar tidak biasa.Tapi, aku tidak bisa

  • Ditinggal Tunangan, Bos Besar Mulai Mengejarku   Bab 92

    Wajahku terasa semakin panas.Orang mabuk muntah itu menjijikkan, baunya juga tidak enak.Dan dia, seorang pria kaya raya yang terbiasa hidup bersih dan elegan, malah harus mengurus aku yang muntah-muntah?!Tidak heran saat aku bangun keesokan paginya, tempat sampah sudah bersih.Ternyata dia yang membersihkannya malam itu."Aku baru sadar saat sampai di rumah, tapi ... aku nggak berani meneleponmu. Hari ini malah merepotkanmu, kamu sampai repot-repot mengantarnya ke sini," katanya santai, sepertinya tidak sadar betapa malunya aku saat ini.Kata-kata itu seolah menggelitik saraf kecanggunganku. Aku menatapnya dengan bingung dan bertanya polos, "Kamu ... nggak berani meneleponku?"Billy tersenyum, matanya seakan bersinar dan wajahnya terlihat agak malu."Iya, aku takut kalau kamu melihat jam tangan itu, kamu bakal mengira aku sengaja meninggalkannya sebagai alasan untuk menghubungimu lagi. Sebelumnya, sepertinya ada kesalahpahaman antara kita, hubungan kita juga jadi agak renggang, jadi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status