Beranda / Pendekar / Divine Power / Bab 3 – Kuil Terlupakan

Share

Bab 3 – Kuil Terlupakan

Penulis: Mineoyoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 20:13:53

Arka berdiri di hadapan pintu besar kuil yang terlupakan, matanya menatap reruntuhan yang memancarkan aura kuno dan penuh misteri. Kuil ini, yang tersembunyi di dalam hutan yang lebat dan angker, tampak tidak terjamah oleh waktu. Setiap sudutnya dipenuhi lumut, dan dinding-dinding batu yang tinggi tampak seperti menyimpan rahasia yang sangat tua. Suara alam yang tidak bisa dijelaskan mengiringi setiap langkahnya, seolah-olah alam itu sendiri mengawasinya. Ada sesuatu yang ganjil di tempat ini, dan meskipun hatinya dipenuhi ketakutan, Arka tahu satu hal pasti: artefak pertama yang ia cari ada di dalam kuil ini.

Peta yang diberikan Eldor memimpin Arka ke tempat ini, menunjukkan dengan jelas bahwa di dalam kuil itulah artefak pertama—sebuah kristal biru yang akan menjadi kunci untuk kekuatan yang lebih besar—tersembunyi. Tanpa banyak pilihan, Arka menarik napas panjang dan melangkah masuk.

Begitu ia melangkah ke dalam, suasana kuil terasa lebih berat. Udara di dalam kuil lembap dan tebal, dan cahaya yang masuk dari celah-celah dinding tampak redup. Tidak ada suara selain langkah kaki Arka yang terpantul di lantai batu. Namun, ia merasakan keberadaan sesuatu yang lain—sebuah kekuatan gaib yang mengelilinginya, seakan-akan ada mata yang mengikuti setiap gerakannya.

Langkah pertama Arka memasuki lorong sempit yang mengarah ke dalam kuil, dan saat itulah ia menyadari bahwa kuil ini bukanlah sekadar tempat penyembahan biasa. Itu adalah labirin yang penuh dengan jebakan mematikan. Dinding-dinding batu yang dulunya mungkin indah kini rapuh dan tertutup lumut, namun di balik keindahan yang terlupakan ini, Arka merasakan ancaman yang nyata. Batu-batu besar yang terjatuh, jeruji besi yang terangkat, dan lantai yang bisa saja terbelah kapan saja—semua itu adalah perangkap yang menguji siapa pun yang berani masuk.

Setiap langkahnya dihitung, setiap sudut dipenuhi bahaya yang tidak terduga. Arka merasakan tekanan di dada, ketegangan yang menyelimuti sekujur tubuhnya. Namun, ia terus melangkah, menepis rasa takut yang mencoba menguasainya. Peta itu memimpin, namun tidak cukup memberi petunjuk detail. Ia hanya bisa mengandalkan ketajaman pikirannya dan instingnya.

Pada suatu titik, Arka berhenti di depan sebuah lorong yang lebih gelap. Di dalam kegelapan itu, ia merasakan adanya ancaman yang lebih besar. Matanya yang mulai terbiasa dengan gelap, menangkap sosok-sosok bayangan bergerak di kejauhan. Makhluk gaib? Atau jebakan baru? Tidak ada waktu untuk berpikir lebih lama. Ia harus melangkah lebih hati-hati, setiap keputusan bisa berakhir fatal.

Namun, tiba-tiba, sesuatu dalam dirinya terbangun. Sebuah dorongan yang tak bisa dijelaskan. Suara pendeta tua yang bijaksana terngiang dalam pikirannya. "Kekuatan sejati ada di dalam hatimu, Arka. Jangan hanya bergantung pada yang tampak. Temukan kekuatan dalam dirimu."

Arka menutup matanya sejenak, menarik napas panjang, dan merasakan getaran energi yang mengalir di dalam tubuhnya. Seperti ada sesuatu yang mulai bergerak di dalam dirinya, sebuah kekuatan yang terasa asing namun juga familiar. Ia memusatkan perhatian, berusaha menyentuh energi itu.

Dengan fokus yang baru, Arka merasakan sesuatu yang berbeda. Sebuah aliran energi spiritual yang tidak tampak, namun nyata. Ia merasakan panas yang mengalir melalui tubuhnya, seperti api yang membakar namun tidak melukai. Tanpa sadar, tangannya terangkat, dan dengan gerakan lembut, ia mengalirkan energi itu melalui jari-jarinya. Keajaiban terjadi—sebuah cahaya kecil muncul di tangannya, cukup untuk menerangi jalannya dan menghindari jebakan yang mengintai.

Dengan bantuan kekuatan baru yang ia temukan, Arka melanjutkan perjalanannya, melewati rintangan-rintangan yang semakin rumit. Ia merasa lebih tenang, lebih terkendali. Setiap kali ia merasakan bahaya mendekat, ia mengalirkan energi itu dengan lebih terampil, dan setiap ancaman yang muncul berhasil ia hindari. Dalam beberapa kesempatan, ia bahkan merasa bisa memanipulasi energi itu untuk membuka jalan yang sebelumnya tertutup atau mengalihkan perangkap yang muncul secara tiba-tiba.

Akhirnya, setelah melalui banyak rintangan, Arka tiba di pusat kuil. Di tengah ruangan besar yang sunyi itu, sebuah batu besar yang terukir dengan simbol kuno berdiri kokoh. Batu itu tampak sangat tua, namun kekuatan yang terpancar dari dalamnya sangatlah nyata. Arka mendekat, merasakan getaran energi yang lebih kuat saat ia semakin dekat.

Ia ingat kata-kata pendeta tua itu: "Kekuatan sejati ada dalam dirimu, Arka. Mantra dan kekuatan itu akan membimbingmu." Tanpa ragu, ia mengucapkan mantra yang pernah diajarkan oleh pendeta itu, dengan penuh keyakinan. Kata-kata itu keluar begitu alami dari bibirnya, meskipun ia baru pertama kali mengucapkannya.

Seketika, batu besar itu mulai terbelah dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga. Tanpa disangka, sebuah kristal biru yang memancarkan cahaya lembut muncul dari dalam batu yang terbelah itu. Kristal itu berkilau seperti bintang yang jatuh, memancarkan aura yang penuh kekuatan dan misteri.

Arka tertegun sejenak, menyadari bahwa inilah artefak pertama yang ia cari. Sebuah kristal biru yang memegang kunci kekuatan ilahi yang lebih besar. Ia meraih kristal itu dengan hati-hati, merasakan energi yang mengalir ke dalam tubuhnya begitu ia memegangnya.

Saat kristal itu menyatu dengan tangannya, Arka merasa sebuah perubahan besar terjadi dalam dirinya. Kekuatan yang lebih besar dari apa pun yang pernah ia bayangkan kini berada di dalam dirinya. Namun, ia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai. Artefak pertama sudah ditemukan, namun masih ada dua lagi yang harus ia cari. Dan ancaman kegelapan yang mengintai dunia ini semakin mendekat.

Dengan kristal itu di tangannya, Arka melangkah keluar dari kuil yang terlupakan, siap untuk menghadapi apa pun yang menantinya. Takdirnya telah dimulai, dan dunia bergantung padanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Divine Power   Bab 111 - Penjaga Baru

    Lira menelan ludah. “Ya. Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini.”Asvaros tertawa kecil—suara yang terdengar seperti derai bayangan yang retak. “Lucu sekali. Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kau pikir kau bisa memahami kekuatan yang kau miliki sekarang?”Seketika, Asvaros mengangkat tangannya, dan bayangan di sekeliling mereka menggeliat liar. Dari tanah, muncul sosok-sosok berbentuk humanoid yang terbuat dari kegelapan, mata mereka bersinar merah layaknya majikan mereka.“Kalau begitu, mari kita lihat apakah kau benar-benar layak menyebut dirimu penjaga.”Dengan satu gerakan tangan, Asvaros melepaskan gelombang energi hitam yang melesat ke arah mereka.Arka bergerak lebih dulu, melompat ke depan dan menebas energi itu dengan pedangnya. Cahaya dari bilahnya meledak dalam kilatan emas, menahan serangan Asvaros sementara Lira dan Daren mundur mencari posisi.Daren melemparkan

  • Divine Power   Bab 110 - Sang Kegelapan Yang Terasing

    Arka mengepalkan tangannya. “Apa artinya itu? Apakah dia akan tetap bersama kami?”Zaroth menggeleng. “Itu tergantung padanya.”Lira menunduk, merasakan getaran kekuatan di dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan batas antara dunia fisik dan energi yang tersembunyi di dalamnya. Dengan satu langkah, ia bisa melintasi dunia yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Tetapi apakah itu berarti ia harus meninggalkan teman-temannya?Ia mengangkat kepalanya, menatap Arka dan Daren. “Aku tidak akan meninggalkan kalian.”Arka menghela napas lega, tetapi sorot khawatir tetap ada di matanya. “Lalu, apa langkah kita selanjutnya?”Sebelum Lira sempat menjawab, seluruh ruangan mulai bergetar. Gerbang yang baru saja disegel kembali berdenyut dengan energi yang tidak stabil. Simbol-simbol di dinding menyala dengan intensitas yang tidak wajar.Zaroth memicingkan mata. “Ini tidak seharusnya terjadi…”

  • Divine Power   Bab 109 - Penjaga Keseimbangan

    Arka mengernyit. “Apa maksudmu?”Zaroth melangkah maju, dan dengan satu gerakan tangannya, bayangan-bayangan itu mundur. “Makhluk-makhluk ini bukanlah ancaman yang harus kalian hancurkan. Mereka adalah bagian dari segel, bagian dari keseimbangan.”Lira terkejut. “Jadi… mereka adalah penjaga segel?”Zaroth mengangguk. “Mereka adalah serpihan dari kekuatan yang tersegel di balik gerbang ini. Jika kalian menyerang mereka, kalian hanya akan mempercepat kehancuran segel.”Varian yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. “Lalu bagaimana kita menghentikan segel ini dari runtuh?”Zaroth menatap gerbang raksasa yang terus bergetar. “Segel ini membutuhkan sesuatu untuk menyeimbangkannya kembali. Cahaya dan kegelapan harus kembali menjadi satu.”Lira menggigit bibirnya, berpikir. “Jadi kita harus menggunakan energi kita untuk menstabilkannya?”Zaroth menatapnya dalam-dalam. “Tidak

  • Divine Power   Bab 108 - Zaroth

    Varian menatapnya tajam. “Kalian adalah orang-orang yang telah menyeberangi batas cahaya dan kegelapan. Kalian telah menerima bayangan dalam diri kalian tanpa kehilangan cahaya. Tidak ada orang lain yang bisa menghadapi ini kecuali kalian.”Lira menelan ludah, hatinya berdebar. Ia tahu sejak awal bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi kini ia merasa seakan-akan mereka sedang berjalan menuju sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.Tanpa membuang waktu, mereka menaiki tangga katedral yang berdebu dan mendorong pintu kayu yang berat. Suara deritnya bergema di aula kosong.Bagian dalam katedral terasa lebih dingin dari luar. Patung-patung malaikat di sisi ruangan tampak rusak, beberapa bahkan kehilangan wajah mereka, seolah-olah terkikis oleh waktu atau sesuatu yang lebih jahat. Di ujung aula, altar utama berdiri tegak, tetapi lantai di depannya memiliki simbol yang bersinar redup—lingkaran sihi

  • Divine Power   Bab 107 - Bayangan di Rivelle

    Mereka melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mencapai pintu gerbang kota. Biasanya, pada jam seperti ini, gerbang masih terbuka dengan para penjaga berjaga di posnya. Namun, malam itu, gerbang tertutup rapat, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.Daren melangkah maju, mengetuk pintu gerbang kayu yang besar. “Ada orang di dalam?”Hening.Lira merapatkan mantel di tubuhnya. “Ini tidak normal…”Arka melirik pria tua itu. “Kau punya cara untuk masuk?”Senyuman kecil muncul di wajahnya. “Tentu saja.”Dengan satu ketukan tongkatnya ke tanah, simbol sihir bercahaya muncul di sekitar mereka. Udara bergetar, dan tiba-tiba, mereka tidak lagi berdiri di luar gerbang. Dalam sekejap mata, mereka telah berada di dalam kota.Namun, yang mereka lihat membuat mereka terdiam.Rivelle yang mereka kenal sebagai kota yang ramai dan penuh kehidupan kini tampak seperti kot

  • Divine Power   Bab 106 - Para Penjaga Keseimbangan

    Arka mengepalkan pedangnya, yang kini juga bersinar dengan aura yang berbeda. “Jadi, apa yang terjadi sekarang?”Penjaga itu tersenyum kecil, kemudian mengangkat tangannya. Seketika, di hadapan mereka, terbentuk sebuah lingkaran besar, mirip dengan gerbang yang mereka temui sebelumnya. Namun, kali ini, di dalam lingkaran itu, mereka bisa melihat berbagai pemandangan—kerajaan yang mereka kenal, hutan-hutan lebat, lautan luas, dan kota-kota yang masih berjuang melawan bayangan kegelapan.“Dunia tidak berhenti bergerak hanya karena kalian telah sampai di sini,” lanjut penjaga itu. “Keseimbangan tidak hanya dicapai dengan pemahaman, tetapi juga dengan tindakan. Sekarang, kalian adalah bagian dari keseimbangan itu. Dan dengan itu… kalian memiliki tugas.”Lira menatap lingkaran tersebut dengan perasaan bercampur aduk. Ia melihat wajah-wajah yang dikenalnya—orang-orang yang pernah mereka temui dalam perjalanan mereka, beber

  • Divine Power   Bab 105 - Ambang Keseimbangan

    Dan saat itu juga, kabut yang menyelimuti kota mulai menghilang, kembali ke tempatnya.Penjaga itu tersenyum. “Kalian sudah melewati ujian terakhir.”Arka menurunkan pedangnya perlahan, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Daren bersandar ke dinding, menghela napas dalam. “Satu hal yang pasti… aku tidak ingin melalui ujian seperti ini lagi.”Lira tersenyum kecil, tetapi dalam hatinya, ia tahu sesuatu.Ini bukan akhir. Ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.Beberapa waktu kemudian, mereka merasakan udara di sekitar mereka terasa lebih ringan, seakan beban yang menghimpit kota ini perlahan menghilang. Namun, di balik ketenangan itu, Lira merasakan sesuatu yang masih menggantung di udara—sebuah misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya.Sang penjaga terakhir menatap mereka dengan sorot mata yang sulit diartikan. “Kalian telah melewati ujian,”

  • Divine Power   Bab 104 - Kegelapan Yang Tak Pernah Tidur

    Kabut hitam menjalar cepat, melahap jalan-jalan Eterna seperti gelombang yang haus akan cahaya. Jeritan ketakutan menggema di udara saat penduduk kota berlarian mencari perlindungan. Bangunan-bangunan yang baru saja dipulihkan retak kembali, seakan dinding-dindingnya menyerap penderitaan dari masa lalu.Di tengah kekacauan itu, Arka, Lira, dan Daren berdiri tegak, menghadapi sosok berjubah hitam yang masih tersenyum penuh rahasia.“Kalian sudah berjuang sejauh ini,” katanya, suaranya nyaris seperti bisikan yang mengalun di udara. “Tapi kalian masih belum mengerti.”Arka mempererat genggaman pedangnya. “Berhenti bicara dalam teka-teki! Apa sebenarnya yang kau inginkan?”Penjaga itu mengangkat tangannya, dan bayangan-bayangan yang menggeliat di tanah mulai membentuk sosok-sosok yang familiar. Wajah-wajah dari masa lalu. Musuh-musuh yang telah mereka kalahkan dalam pertempuran sebelumnya—pemimpin pasukan gel

  • Divine Power   Bab 103 - Pertempuran di Gerbang Eterna

    Dia mengalirkan energinya ke dalam tanah, menghubungkan dirinya dengan Eterna. Lira dan Daren mengikuti, menyatukan kekuatan mereka.Sebuah ledakan cahaya perak meledak dari kota, meluas ke seluruh medan perang.Dan tiba-tiba… waktu berhenti.Musuh terhenti dalam gerakan mereka, pedang dan sihir membeku di udara.Langit gelap kembali bercahaya.Di depan mereka, sosok penjaga terakhir muncul kembali. “Kalian akhirnya mengerti.”Arka mendongak. “Kami tidak bisa terus bertarung. Kami harus menunjukkan bahwa keseimbangan bukan hanya impian.”Lira menambahkan, “Kami akan mengubah dunia… bukan dengan perang, tetapi dengan membangun ulang dari awal.”Penjaga itu tersenyum. “Maka biarlah dunia ini lahir kembali.”Dengan kata-kata itu, cahaya menyelimuti segalanya.Dan dunia berubah.Saat mereka membuka mata, mereka berdiri di temp

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status