Home / Pendekar / Divine Power / Bab 2 – Pencarian Kunci

Share

Bab 2 – Pencarian Kunci

Author: Mineoyoo
last update Last Updated: 2025-01-10 20:13:55

Arka berdiri di tepi hutan lebat, memandang peta tua yang diberikan oleh Eldor. Hanya beberapa jam yang lalu, pria misterius itu menghilang begitu saja, meninggalkan Arka dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Namun, satu hal yang pasti—kehidupan lamanya di Desa Mandala tidak akan pernah sama lagi. Peta itu, yang terukir di atas kulit hewan, kini menjadi penuntunnya dalam perjalanan yang tak terbayangkan sebelumnya. Tiga artefak kuno, tersebar di penjuru dunia, adalah kunci untuk melawan kekuatan gelap yang akan merusak keseimbangan dunia ini.

Langkah pertama menuju takdirnya adalah menemukan kuil terlupakan yang terletak di dalam hutan ini. Hutan yang di luar pengetahuan manusia biasa, tempat di mana waktu seakan berhenti, dan makhluk-makhluk yang tidak tampak hidup di antara pepohonan raksasa dan semak belukar yang tumbuh liar. Arka tahu, perjalanan ini tidak akan mudah.

Tapi ia tidak sendirian. Setiap langkah yang ia ambil, ia merasa seolah dunia ini semakin membukakan rahasianya padanya. Meski rasa takut sering kali datang menghampiri, ada semangat yang menyala dalam dirinya—semangat yang tidak bisa dijelaskan, namun sangat nyata. Ia harus melanjutkan pencarian ini, karena dunia bergantung padanya.

Hutan yang gelap itu menyelimuti Arka dengan kabut tipis yang datang begitu tiba-tiba. Suara-suara asing terdengar dari segala arah. Daun-daun berdesir, dan bayangan makhluk-makhluk yang melintas dengan cepat sering kali membuat Arka terkejut. Namun ia tidak mundur. Peta itu jelas mengarah ke suatu tempat—ke kuil yang terlupakan yang tersembunyi di dalam hutan ini.

Beberapa jam telah berlalu, dan Arka mulai merasakan kelelahan yang menghampirinya. Saat itu, ia melihat sebuah cahaya kecil di kejauhan, berkelip-kelip di antara pepohonan. Dengan hati-hati, Arka berjalan menuju cahaya tersebut. Semakin dekat ia mendekat, cahaya itu semakin terang, dan ia segera menyadari bahwa itu bukan cahaya biasa. Itu adalah sebuah lentera yang digenggam oleh seorang pendeta tua, yang tampak seperti baru saja muncul dari kegelapan.

Pendeta itu mengenakan jubah panjang berwarna coklat keabu-abuan, dan wajahnya dipenuhi kerut-kerut usia. Matanya yang tajam dan penuh kebijaksanaan menatap Arka dengan penuh perhatian. "Kau mencari sesuatu, anak muda?" tanya pendeta itu dengan suara dalam yang menenangkan.

Arka terkejut dan langsung menundukkan kepala. "Aku… aku sedang mencari kuil yang terlupakan. Peta ini membimbingku ke sini, dan aku rasa aku hampir sampai."

Pendeta itu mengangguk pelan. "Peta yang kau pegang itu bukan sekadar peta biasa, Arka. Itu adalah petunjuk menuju perjalanan yang sangat berat. Banyak yang mencoba mencapainya, tetapi hanya sedikit yang berhasil. Kekuatan gelap yang kau hadapi tidak akan memberi ampun. Namun, kau bukan tanpa harapan. Kekuatan yang ada di dalam dirimu, kekuatan spiritual yang mungkin belum sepenuhnya kau pahami, adalah kunci."

Arka merasa bingung. "Aku… aku tidak mengerti. Aku hanya seorang petani. Apa hubungannya kekuatan dalam diriku dengan perjalanan ini?"

Pendeta itu tersenyum lembut, matanya menyiratkan pemahaman yang mendalam. "Kekuatan sejati tidak datang dari luar, Arka. Itu datang dari dalam dirimu. Kekuatan hatimu. Jangan hanya mencari kekuatan dari luar dirimu. Saat kau dapat mengenali dirimu sendiri dan menerima takdirmu, kekuatan sejati itu akan bangkit."

Arka terdiam, mencerna kata-kata pendeta itu. Apa yang dimaksud dengan kekuatan dari dalam hatinya? Seperti apakah bentuk kekuatan itu? Ia merasa seolah ada sesuatu yang terpendam jauh dalam dirinya, namun ia belum bisa menyentuhnya.

Pendeta itu mengangkat tangannya dan menunjuk ke dalam hutan. "Pergilah, Arka. Kuil itu tidak jauh dari sini. Namun, ingatlah—perjalanan ini bukan hanya tentang mencari artefak. Ini tentang menemukan dirimu. Hanya dengan itu, kau akan menemukan jalan untuk menghadapi kegelapan."

Dengan nasihat itu, pendeta tua itu menghilang ke dalam kegelapan hutan, seolah ia hanyalah bayangan yang tenggelam dalam malam. Arka merasa ada ketenangan yang datang setelah berbicara dengannya, namun juga ada rasa tanggung jawab yang semakin besar di pundaknya.

Setelah beberapa saat, ia melangkah lagi. Langkahnya semakin mantap, dan kali ini, ia merasa lebih yakin. Setiap langkah yang ia ambil semakin membuatnya sadar bahwa ini bukan hanya pencarian fisik. Ini adalah pencarian jiwa, pencarian akan kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya, yang mungkin akan membantunya mengalahkan ancaman yang semakin mendekat.

Akhirnya, setelah melewati rintangan yang semakin berat, Arka tiba di sebuah tempat yang terasa penuh dengan kehadiran kuno. Sebuah kuil yang sudah lama terlupakan, tersembunyi di antara reruntuhan pohon besar dan batu-batu yang tertutup lumut. Kuil itu tampak seperti tempat yang telah lama ditinggalkan oleh waktu.

Namun, Arka tahu, ini baru permulaan. Tak jauh dari sana, ia bisa merasakan kehadiran sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang menantinya di dalam kuil ini. Ia menghirup udara dalam-dalam, mempersiapkan dirinya untuk langkah berikutnya. Pencarian ini masih panjang, dan dunia menantinya untuk menemukan kunci yang akan membawa keseimbangan kembali.

Dengan semangat yang baru, Arka melangkah memasuki kuil yang terlupakan, bersiap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Divine Power   Bab 111 - Penjaga Baru

    Lira menelan ludah. “Ya. Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini.”Asvaros tertawa kecil—suara yang terdengar seperti derai bayangan yang retak. “Lucu sekali. Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kau pikir kau bisa memahami kekuatan yang kau miliki sekarang?”Seketika, Asvaros mengangkat tangannya, dan bayangan di sekeliling mereka menggeliat liar. Dari tanah, muncul sosok-sosok berbentuk humanoid yang terbuat dari kegelapan, mata mereka bersinar merah layaknya majikan mereka.“Kalau begitu, mari kita lihat apakah kau benar-benar layak menyebut dirimu penjaga.”Dengan satu gerakan tangan, Asvaros melepaskan gelombang energi hitam yang melesat ke arah mereka.Arka bergerak lebih dulu, melompat ke depan dan menebas energi itu dengan pedangnya. Cahaya dari bilahnya meledak dalam kilatan emas, menahan serangan Asvaros sementara Lira dan Daren mundur mencari posisi.Daren melemparkan

  • Divine Power   Bab 110 - Sang Kegelapan Yang Terasing

    Arka mengepalkan tangannya. “Apa artinya itu? Apakah dia akan tetap bersama kami?”Zaroth menggeleng. “Itu tergantung padanya.”Lira menunduk, merasakan getaran kekuatan di dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan batas antara dunia fisik dan energi yang tersembunyi di dalamnya. Dengan satu langkah, ia bisa melintasi dunia yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Tetapi apakah itu berarti ia harus meninggalkan teman-temannya?Ia mengangkat kepalanya, menatap Arka dan Daren. “Aku tidak akan meninggalkan kalian.”Arka menghela napas lega, tetapi sorot khawatir tetap ada di matanya. “Lalu, apa langkah kita selanjutnya?”Sebelum Lira sempat menjawab, seluruh ruangan mulai bergetar. Gerbang yang baru saja disegel kembali berdenyut dengan energi yang tidak stabil. Simbol-simbol di dinding menyala dengan intensitas yang tidak wajar.Zaroth memicingkan mata. “Ini tidak seharusnya terjadi…”

  • Divine Power   Bab 109 - Penjaga Keseimbangan

    Arka mengernyit. “Apa maksudmu?”Zaroth melangkah maju, dan dengan satu gerakan tangannya, bayangan-bayangan itu mundur. “Makhluk-makhluk ini bukanlah ancaman yang harus kalian hancurkan. Mereka adalah bagian dari segel, bagian dari keseimbangan.”Lira terkejut. “Jadi… mereka adalah penjaga segel?”Zaroth mengangguk. “Mereka adalah serpihan dari kekuatan yang tersegel di balik gerbang ini. Jika kalian menyerang mereka, kalian hanya akan mempercepat kehancuran segel.”Varian yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. “Lalu bagaimana kita menghentikan segel ini dari runtuh?”Zaroth menatap gerbang raksasa yang terus bergetar. “Segel ini membutuhkan sesuatu untuk menyeimbangkannya kembali. Cahaya dan kegelapan harus kembali menjadi satu.”Lira menggigit bibirnya, berpikir. “Jadi kita harus menggunakan energi kita untuk menstabilkannya?”Zaroth menatapnya dalam-dalam. “Tidak

  • Divine Power   Bab 108 - Zaroth

    Varian menatapnya tajam. “Kalian adalah orang-orang yang telah menyeberangi batas cahaya dan kegelapan. Kalian telah menerima bayangan dalam diri kalian tanpa kehilangan cahaya. Tidak ada orang lain yang bisa menghadapi ini kecuali kalian.”Lira menelan ludah, hatinya berdebar. Ia tahu sejak awal bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi kini ia merasa seakan-akan mereka sedang berjalan menuju sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.Tanpa membuang waktu, mereka menaiki tangga katedral yang berdebu dan mendorong pintu kayu yang berat. Suara deritnya bergema di aula kosong.Bagian dalam katedral terasa lebih dingin dari luar. Patung-patung malaikat di sisi ruangan tampak rusak, beberapa bahkan kehilangan wajah mereka, seolah-olah terkikis oleh waktu atau sesuatu yang lebih jahat. Di ujung aula, altar utama berdiri tegak, tetapi lantai di depannya memiliki simbol yang bersinar redup—lingkaran sihi

  • Divine Power   Bab 107 - Bayangan di Rivelle

    Mereka melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mencapai pintu gerbang kota. Biasanya, pada jam seperti ini, gerbang masih terbuka dengan para penjaga berjaga di posnya. Namun, malam itu, gerbang tertutup rapat, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.Daren melangkah maju, mengetuk pintu gerbang kayu yang besar. “Ada orang di dalam?”Hening.Lira merapatkan mantel di tubuhnya. “Ini tidak normal…”Arka melirik pria tua itu. “Kau punya cara untuk masuk?”Senyuman kecil muncul di wajahnya. “Tentu saja.”Dengan satu ketukan tongkatnya ke tanah, simbol sihir bercahaya muncul di sekitar mereka. Udara bergetar, dan tiba-tiba, mereka tidak lagi berdiri di luar gerbang. Dalam sekejap mata, mereka telah berada di dalam kota.Namun, yang mereka lihat membuat mereka terdiam.Rivelle yang mereka kenal sebagai kota yang ramai dan penuh kehidupan kini tampak seperti kot

  • Divine Power   Bab 106 - Para Penjaga Keseimbangan

    Arka mengepalkan pedangnya, yang kini juga bersinar dengan aura yang berbeda. “Jadi, apa yang terjadi sekarang?”Penjaga itu tersenyum kecil, kemudian mengangkat tangannya. Seketika, di hadapan mereka, terbentuk sebuah lingkaran besar, mirip dengan gerbang yang mereka temui sebelumnya. Namun, kali ini, di dalam lingkaran itu, mereka bisa melihat berbagai pemandangan—kerajaan yang mereka kenal, hutan-hutan lebat, lautan luas, dan kota-kota yang masih berjuang melawan bayangan kegelapan.“Dunia tidak berhenti bergerak hanya karena kalian telah sampai di sini,” lanjut penjaga itu. “Keseimbangan tidak hanya dicapai dengan pemahaman, tetapi juga dengan tindakan. Sekarang, kalian adalah bagian dari keseimbangan itu. Dan dengan itu… kalian memiliki tugas.”Lira menatap lingkaran tersebut dengan perasaan bercampur aduk. Ia melihat wajah-wajah yang dikenalnya—orang-orang yang pernah mereka temui dalam perjalanan mereka, beber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status