Kelelawar!Ribuan kelelawar sejenis dengan dua yang baru saja ia bunuh. Mereka membentuk formasi seperti awan hitam yang berputar, mengitari pusat hutan dengan pola yang menunjukkan inteligensi kolektif.Debur sayap mereka melipat udara menjadi gelombang panas dan dingin yang bergantian menyapu wajah Peter. Serpihan kulit kering dari tubuh mereka turun seperti hujan pasir hitam, mengenai rambut dan bahu.Peter melakukan penilaian cepat dengan mata yang sangat tenang meski situasi sudah berubah drastis. Setiap kelelawar individual kira-kira memiliki kekuatan setara Hunter level C. Satu lawan satu tidak masalah. Tapi dengan jumlah ratusan, bahkan ribuan, strategi harus berubah total."Bergizi kalau sendirian," gumamnya sambil memutar jarum perak di antara ruas jari dengan gerakan yang sudah menjadi kebiasaan. "Menjijikkan kalau berkelompok."Ia menyelipkan jarum-jarum itu kembali ke tempatnya. Untuk jumlah sebanyak ini, jarum perak terlalu tidak efisien. Ia membutuhkan jangkauan yang le
Tiba-tiba, dari dahan rendah salah satu pohon ek, Peter mendengar bunyi gesekan kulit. Ia berhenti dan menoleh perlahan.Dua sosok besar yang tadinya menggantung terbalik di dahan tiba-tiba merentangkan sayap mereka. Bentang sayap mencapai dua meter, membrane hitam dengan urat-urat merah yang berdenyut. Tubuh mereka sebesar anak sapi, dengan bulu-bulu hitam kasar yang berdiri tegak.Mata mereka berwarna merah opal, memantulkan sedikit cahaya jamur fosfor dengan kilau yang mengerikan. Mulut mereka terbuka, menampilkan deretan gigi kecil-kecil namun sangat rapat, seperti gergaji yang dirancang untuk merobek daging.Mereka menjerit bersamaan. Suara yang sangat nyaring dan tajam, memecah keheningan hutan dengan kekerasan yang membuat beberapa daun pohon ek bergetar dan jatuh.Hembusan napas mereka sampai ke tempat Peter berdiri. Bau busuk asam yang sangat menyengat, seperti bangkai yang sudah berhari-hari di bawah terik matahari. Droplet liur jatuh dari mulut mereka, mengenai lumut di baw
Cahaya biru yang menyilaukan perlahan memudar. Peter merasakan kakinya menyentuh sesuatu yang keras namun tidak rata. Sensasi dingin langsung merayap dari telapak kaki menuju tulang kering, bukan dingin dari es, tapi dingin yang berasal dari ketiadaan kehangatan selama berabad-abad.Ia membuka mata perlahan, membiarkan pupil beradaptasi dengan kegelapan yang hampir total. Yang pertama kali ia sadari adalah bau. Bau tua yang sangat pekat, gabungan jamur basah, karat logam, dan sesuatu yang membusuk namun sudah mengering hingga hanya menyisakan aroma serbuk.Udara di sini sangat lembap, hampir bisa diraba. Setiap tarikan napas terasa berat, seperti menarik kabut tebal ke dalam paru-paru. Peter mengatur pernapasannya, memperlambat ritme, membiarkan Qi di dalam tubuhnya menyaring udara sebelum masuk ke sistem pernapasan.Ia menoleh ke belakang. Portal sudah menutup sepenuhnya, tidak menyisakan jejak apapun. Dinding batu di belakangnya halus dan keras, seolah tidak pernah ada retakan dimen
Tapi Peter sudah membuat keputusan.Sebelum melangkah, ia melepas jas dokter putihnya dan membalikkannya. Bagian dalam jas itu berwarna hitam polos, tanpa identitas apapun. Ia mengenakannya kembali dengan bagian hitam di luar, menyembunyikan semua tanda pengenal.Dari tasnya, ia mengeluarkan kain hitam sederhana dan melilitkannya menutupi setengah wajahnya, hanya menyisakan mata. Dalam kegelapan malam dan cahaya biru dari pusaran, sosoknya kini hanya terlihat sebagai bayangan gelap tanpa identitas.Peter melangkah maju.Langkahnya tenang, tidak terburu-buru namun penuh kepastian. Setiap langkah membawanya lebih dekat ke pusaran yang kini sudah sangat dekat, hanya sekitar tiga puluh meter di depan.Seorang polisi melihatnya dan berteriak."Hei! Ada orang! Jangan mendekat! Berbahaya!"Peter mengabaikan teriakan itu. Ia terus melangkah, melewati garis pembatas yang sudah tidak ada artinya lagi.Dua polisi mencoba berlari menghentikannya, tapi angin spiritual yang keluar dari pusaran mele
Polisi terus berteriak, membentangkan garis pembatas dengan pita kuning. Namun Peter menyadari satu hal yang sangat penting: belum ada Hunter yang tiba di lokasi.Tim Frontier Gate seharusnya sudah dipanggil sejak pusaran pertama kali muncul. Tapi sampai sekarang, tidak ada satupun petarung berjubah atau bersenjata yang terlihat.Udara di sekitar pusaran mulai berubah. Suhu turun drastis, napas orang-orang mulai mengepul. Bau belerang yang menyengat tercium, membuat beberapa orang batuk-batuk.Seekor burung gagak yang terbang terlalu dekat dengan pusaran tiba-tiba terbakar di udara tanpa api yang terlihat. Tubuhnya berubah menjadi abu dalam sekejap dan jatuh seperti salju hitam.Kerumunan berteriak ketakutan. Beberapa orang mulai berlari menjauhi area itu, meninggalkan kendaraan mereka begitu saja.Namun Peter tidak bergerak. Ia berdiri tegak, menatap pusaran itu dengan intensitas yang sangat tinggi.Dalam pikirannya, ia melakukan perhitungan cepat.Energi yang keluar dari gerbang itu
Beberapa Hunter yang menonton dari luar mengangguk kecil. "Oh, dia memang dokter beneran. Gerakannya rapi.""Tapi cuma itu doang? Lempar jarum sama gerakan tangan kosong?""Biasa aja sih. Aku kira bakal ada yang lebih heboh."Peter menurunkan tangannya dengan tenang, lalu berjalan mengambil ketiga jarumnya kembali dari papan kayu. Ia membersihkan jarum-jarum itu dengan kain lembut dan memasukkannya kembali ke dalam kotak dengan hati-hati.Annabelle menatapnya dengan satu alis terangkat, bibir sedikit melengkung ke samping menahan tawa.Dalam hatinya ia bergumam, 'Hanya itu? Lempar jarum dan gerakan tangan kosong? Ini mah teknik paling dasar yang diajarkan di semester pertama sekolah pengobatan tradisional manapun. Tanpa energi spiritual, tanpa Qi, tanpa apa-apa. Dokter biasa yang terlalu percaya diri.'Namun ia tidak mengungkapkan ejekannya dengan keras. Sebagai petugas profesional, ia hanya mengangguk dengan wajah datar."Baiklah," katanya sambil mengetik di komputer dengan nada yang