Para tokoh hebat lanjut berkomentar."Tapi, Pak Pirouz itu petinggi Perusahaan Vistar dari Negara Kawria!""Pemuda itu berani membunuh Pak Pirouz. Apa dia nggak takut Perusahaan Vistar membalas dendam kepadanya?""Sebentar lagi dia akan mati, tentu saja dia nggak takut. Mungkin itu serangan balik terakhir sebelum dia mati. Dia ingin membunuh orang yang mengganggunya.""Sebaiknya kita jauhi dia."Ekspresi semua tokoh hebat di aula berubah drastis. Mereka terkejut saat melihat keberanian Tirta lagi. Semuanya tanpa sadar menjaga jarak dengan Tirta.Altair mengomel, "Sialan! Kontrak yang ditandatangani tadi masih dipegang Pirouz dan belum dikirim ke Perusahaan Vistar. Sekarang dia malah mati di kediaman Keluarga Hadiraja. Biarpun aku membawa kontrak itu ke Negara Kawria, Perusahaan Vistar juga akan memarahi dan menekan Keluarga Hadiraja karena kematian Pirouz."Altair menambahkan, "Mana mungkin Perusahaan Vistar mau bekerja sama dengan Keluarga Hadiraja lagi? Bukan cuma kesempatan Keluarga
Pirouz sudah minum banyak anggur, jadi dia mulai mabuk. Pirouz sedang membayangkan dirinya meniduri Bella dan lainnya sampai puas.Mendengar ucapan Tirta, Pirouz membanting gelas anggur di tangannya dan tertawa sinis. Dia menanggapi, "Dasar pemuda nggak tahu diri! Kamu benar-benar sombong! Apa tadi kamu nggak mendengar statusku dengan jelas?""Aku ini petinggi Perusahaan Vistar! Apa kamu tahu kehebatan Perusahaan Vistar? Sekarang kita ada di ... Negara Darsia. Kalau kamu berani bicara begitu denganku di Negara Kawria, sekarang ... kamu pasti sudah menjadi ... mayat! Nggak mungkin ... ada hasil lain lagi," lanjut Pirouz.Namun, Pirouz tiba-tiba merasa sesak, seolah-olah bagian lehernya bocor. Leher Pirouz juga terasa gatal. Dia merasakan bau amis di mulutnya dan pandangannya mulai menjadi gelap.Hanya saja, Pirouz tidak bisa merasakan keanehan apa pun saat menyentuh lehernya. Apa dia mabuk berat?Ketika Pirouz masih kebingungan, dia samar-samar mendengar suara Tirta. "Waktu 3 detik suda
Shamit menegaskan, "Sekarang aku sudah menjadi bawahan Pak Tirta. Biarpun Pak Tirta suruh aku membunuhmu, aku juga nggak akan ragu sedikit pun."Begitu Shamit melontarkan perkataannya, ekspresi Altair menjadi makin masam. Urat di dahinya tampak menonjol.Altair menggertakkan giginya dan menimpali, "Apa? Pantas saja kamu berani membunuh di kediaman Keluarga Hadiraja tanpa rasa takut! Ternyata kamu sudah menyiapkan rencana sebelum datang, aku yang terlalu meremehkanmu.""Paman Altair, keluarkan saja semua senjata andalanmu. Kalau nanti aku bertindak, aku takut Paman Altair bahkan nggak sempat menangis," balas Tirta seraya menyipitkan matanya.Tirta tidak buru-buru bertindak. Ayah Tirta berbaring di tempat tidur rumah sakit selama 18 tahun karena Altair. Ibu dan kakek kandungnya juga mati karena Altair.Dendam Tirta pada Altair begitu mendalam! Tirta merasa Altair terlalu beruntung jika langsung dibunuh."Bagus! Keponakanku memang hebat! Kelihatannya kamu begitu yakin bisa mengalahkanku.
Bagi para tokoh hebat, sekarang Tirta sudah menjadi mayat. Mereka menganggap identitas Tirta tidak terlalu penting.Sementara itu, Altair membatu begitu melihat kepala Thiago. Matanya memelotot dan wajahnya merah padam. Dia hanya berdiri di tempat. Suara Altair tercekat karena terlalu emosional.Namun, ekspresi Altair terus berubah-ubah. Awalnya, dia tampak tidak percaya. Kemudian, dia terlihat tidak rela untuk menerima kenyataan. Akhirnya, Altair menunjukkan kebencian dan kebengisannya.Sekarang tubuh Altair gemetaran. Dia membungkuk dan memeluk kepala Thiago dengan ekspresi muram.Altair seperti menggila saat memandang Tirta. Dia menangis dan juga tertawa. Altair berseru, "Bagus! Keponakanku memang luar biasa! Anggota Keluarga Hadiraja memang hebat! Bagus sekali!"Altair hanya mempunyai seorang putra, tetapi dibunuh Tirta. Ketika Altair berada di puncak kejayaannya, Tirta melempar kepala Thiago ke depannya. Sudah jelas sekarang Altair ingin mencincang Tirta dan membuang abu jasadnya.
Altair tertawa, lalu menanggapi, "Putraku agak bandel dan nggak memahami bisnis. Mana pantas dia dipuji Pak Iswar? Tapi, kalau Pak Iswar sangat menghargai putraku, aku suruh dia datang biar Pak Iswar bisa melihatnya."Altair tahu jelas kemampuan putranya. Dia memang tahu Iswar berniat menyanjungnya, tetapi dia tetap merasa senang setelah mendengar ucapan Iswar.Bagaimanapun, Altair hanya mempunyai seorang putra. Dia tetap menganggap putranya sangat berharga meski putranya tidak berguna.Lagi pula, menjodohkan Thiago dengan putri Iswar sangat menguntungkan bagi Keluarga Hadiraja. Hal ini karena latar belakang keluarga Iswar sangat kuat.Selesai bicara, Altair hendak menelepon Thiago. Mengenai masalah Tirta, dia tidak menganggapnya serius lagi karena Shamit sudah bertindak.Namun, setelah Altair menelepon, Thiago tidak menjawab panggilan telepon. Dia bergumam, "Apa dia bersenang-senang dengan wanita lagi?"Saat memikirkan hal ini, tiba-tiba suara teriakan seseorang yang panik mengacaukan
Thiago ketakutan setengah mati setelah melihat Shamit tunduk pada Tirta dalam waktu singkat. Dia berteriak, "Paman Shamit langsung dikalahkan ... dengan satu jurus! Nggak mungkin!"Kemudian, Thiago tidak memedulikan Karla yang berada di pelukannya lagi. Dia berbalik dan berusaha kabur. Mana mungkin Thiago masih bisa bersikap santai dan berpikiran untuk bermain golf seperti tadi lagi?Melihat Thiago kabur, Karla juga sangat takut. Dia mengejar Thiago sambil menjerit, "Pak Thiago ... jangan tinggalkan aku! Tunggu aku, Pak Thiago!"Shamit melihat Thiago dan Karla kabur. Dia berdiri, lalu meminta instruksi Tirta, "Pak Tirta, master nggak boleh dihina. Apalagi kamu itu tokoh hebat yang lebih kuat dari master. Tadi mereka berdua hina kamu, apa aku perlu turun tangan untuk membunuh mereka?"Tirta berdeham. Sebelum sempat menjawab, para tokoh hebat dunia bisnis ibu kota yang mendengar ucapan Shamit bergidik. Mereka sangat ketakutan.Pada saat bersamaan, mereka juga diam-diam bersyukur. Untung