Share

Bab 358

Author: Hazel
Lantaran Afrian bersikeras, Tirta juga tidak menolaknya lagi. Melihat Tirta hendak membantu Afrian dalam acara pemilihan batu giok kali ini membuat Gilang merasa antusias.

Dia mengepalkan tangan dan berkata, "Bagus sekali. Kalau Pak Tirta turun tangan, aku juga bisa belajar. Ini benar-benar kesempatan belajar yang langka."

Afrian juga beranggapan sama. "Tenang saja, akan ada kesempatan untuk kalian. Setelah acaranya dimulai nanti, Irene dan Gilang masuk duluan bersama Tirta."

Gilang dan Irene tentunya tidak akan menolak. Keduanya mengangguk setuju.

Di bawah pimpinan Afrian, Tirta memasuki lokasi pemilihan batu giok. Lokasi acara itu sangat besar dan diadakan di sebuah alun-alun yang luas. Lokasi tersebut ditutupi dengan karpet merah dan ada banyak kursi yang sangat nyaman telah disediakan.

Di sekelilingnya, banyak tamu berkumpul untuk melihat langsung kemeriahan acara pemilihan ini. Kerumunan orang yang padat memenuhi tempat itu sehingga menciptakan suasana yang sangat meriah.

Acara pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
hans
***** mantap Lanjut bro
goodnovel comment avatar
Musthafa Tata
bagus n9vel nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1781

    Tirta berbicara jujur, "Urusanku nggak bisa beres dalam waktu singkat. Kamu nggak usah menghabiskan waktumu untuk memohon padaku."Beberapa hari ini, Tirta bukan hanya harus mengawasi Shazana agar dia tidak diam-diam pergi. Tirta harus mewaspadai anggota Sekte Kristala yang datang. Selain itu, dia juga harus memimpin pasukan khusus untuk mengikuti kompetisi.Setelah semua urusan itu selesai, Tirta harus pergi ke kediaman Keluarga Hadiraja lagi. Namun, Aluna mengira Tirta tidak ingin membantunya karena disinggung adiknya. Aluna pun menangis, dia terlihat kasihan.Tangisan Aluna membuat Orion teringat saat dirinya tahu ayahnya sakit parah. Orion bersimpati pada Aluna.Orion mendesah, lalu berkata kepada Tirta, "Tirta, meskipun nggak sempat pergi, kamu bisa tanya penyakit kakeknya. Kamu langsung berikan resep kepadanya biar dia bisa mencobanya setelah pulang. Kita nggak perlu memikirkan obatnya berefek atau nggak."Tentu saja, Tirta bukan orang yang kejam. Tadi dia hanya tidak kepikiran c

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1780

    "Bu, Ayah masih memakai baju pasien. Nanti kita belikan beberapa potong baju untuknya dulu, lalu kita baru makan dan jalan-jalan," ucap Tirta.Tirta memang mendengar suara gadis itu, tetapi dia mengabaikannya. Tirta berjalan ke depan sambil bicara.Shazana mengamati baju Tirta, lalu mengangguk dan menyahut, "Oke. Ibu juga ingin membeli beberapa potong baju untukmu."Prita bergegas maju. Dia memandang Tirta seraya berujar, "Tunggu dulu. Tirta, apa nanti kamu bisa bantu aku pilih beberapa potong baju?"Tentu saja Tirta tidak keberatan. Dia mengiakan, "Nggak masalah, Paman."Tirta selalu menjaga sikapnya saat bersama Shazana dan Orion. Kebetulan dia bisa menggoda Prita ketika membantunya memilih baju. Jadi, dia bisa lebih rileks.Shazana memutar bola matanya dan mengomentari, "Prita, aku juga pernah hidup di dunia fana. Kenapa kamu meminta Tirta untuk membantumu memilih baju? Apa kamu nggak percaya dengan seleraku?"Prita tersenyum nakal seraya membalas, "Kak, kamu nggak paham. Aku dan Ti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1779

    Shazana ingin membujuk Tirta untuk menyembuhkan Coby terlebih dahulu. Besok mereka baru jalan-jalan di mal.Namun, Tirta mencibir dan berkata sebelum Shazana sempat bicara, "Nggak perlu tunggu sampai 10 detik, bahkan 1 detik juga nggak perlu. Aku sudah membuat keputusan. Aku nggak mau sembuhkan Coby, kecuali Bahera menyiapkan hadiah berharga dan langsung mencariku. Dia juga harus memohon padaku sambil berlutut."Tirta menambahkan, "Kalau nggak, aku nggak akan sembuhkan Coby. Sudah cukup, kalian boleh pergi sekarang."Selesai bicara, Tirta bersikap seolah-olah tidak ada yang menghalanginya. Dia langsung berjalan ke mal.Melihat sikap Tirta, ekspresi pria paruh baya menjadi muram. Dia mendengus dan menegur, "Kamu mau Pak Bahera memohon kepadamu sambil berlutut? Nyalimu besar sekali! Nggak ada yang berani bertindak semena-mena sepertimu di Negara Darsia! Sepertinya kamu nggak dengar omonganku dengan jelas ...."Pria paruh baya hendak melambaikan tangan untuk menyuruh anggotanya bertindak.

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1778

    Pemuda yang mengendarai Mercedes-Benz tadi belum berjalan terlalu jauh. Melihat situasi di tempat Tirta, dia langsung menghentikan langkahnya.Pemuda itu tertawa sinis dan berkomentar, "Beraninya sopir taksi ini mencelakai cucu pejabat senior! Sepertinya dia bosan hidup!"Kemudian, pemuda itu berkata kepada gadis di sampingnya dengan ekspresi puas, "Kak, kita nggak usah buru-buru beli hadiah dulu. Belum telat kalau kita baru beli hadiah setelah melihat pertunjukan menarik ini."Gadis itu mengamati Tirta yang tetap terlihat tenang di tengah kerumunan. Dia berucap seraya mengernyit, "Tapi ... aku merasa dia nggak seperti sopir taksi. Bahkan, aku merasa auranya sangat berbahaya. Aku nggak tahu alasan dia berani mencelakai cucu pejabat senior, kita lihat dulu apa yang terjadi.""Nggak usah pedulikan statusnya. Kecuali dia itu putranya presiden. Kalau nggak, dia pasti nggak bisa hidup di Negara Darsia setelah mencelakai cucu pejabat senior," timpal pemuda itu.Setelah melontarkan ucapannya,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1777

    Tirta adalah orang yang pendendam. Mana mungkin dia melepaskan pemuda yang berbicara kasar itu? Tirta memang tidak berencana turun dari mobil dan mengejar pemuda itu untuk menghajarnya, tetapi dia harus memberinya pelajaran.Tirta mengeluarkan tangannya dari jendela, lalu menggerakkannya ke arah mobil di depan. Seketika terdengar suara kertak. Bagian belakang mobil Mercedes-Benz G itu langsung penyok karena dihantam oleh telapak tangan super besar. Dua ban belakangnya juga pecah dan kaca mobilnya hancur berserakan di lantai."Sialan, ada apa ini? Apa orang Negara Darsia berengsek itu sengaja menabrak mobilku?" maki pemuda yang mengendarai mobil Mercedes-Benz G. Dia sangat kaget hingga wajahnya memucat.Namun, setelah berbalik, pemuda itu menyadari mobil Tirta masih berjarak sekitar 2 meter dari mobilnya. Bahkan, mobil Tirta tidak bergerak.Gadis yang duduk di kursi penumpang juga kaget. Dia berujar sembari merenung, "Seharusnya bukan ditabrak. Mungkin ada sesuatu jatuh dari langit yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1776

    Sementara itu, di mobil taksi. Sebelumnya Tirta mengendarai mobil Mercedes Maybach, jadi dia sedikit kewalahan saat mengendarai mobil manual pertama kali di jalanan yang padat. Bahkan, dia tidak sempat memikirkan Linda lagi.Ketika melewati belokan terakhir menuju mal, mesin mobil sudah mati keempat kali. Tirta yang gundah dan juga gusar menggerutu, "Sialan, mobil ini sangat sulit dikendarai. Kalau nggak latihan sebentar, aku benar-benar nggak terbiasa."Tiba-tiba, pengemudi mobil Mercedes-Benz G baru berwarna hitam yang belum sempat dipasang pelat nomor di belakang mobil Tirta terus membunyikan klakson.Sebenarnya mobil hitam ini terus mengikuti Tirta. Setiap mesin mobil Tirta mati, pengemudi mobil hitam membunyikan klakson tanpa henti.Tirta ingin memaki pengemudi itu, tetapi Shazana yang duduk di kursi penumpang depan menghibur, "Nggak usah pedulikan orang itu, Tirta. Kamu pelan-pelan saja, nggak usah buru-buru. Lagi pula, sebentar lagi kita sampai.""Bu, aku nggak buru-buru," sahut

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status