Bella berjalan sambil lanjut bertanya kepada Tirta, "Memangnya Bu Devika sakit apa? Kapan dia sakit? Kenapa aku nggak mendengarnya?"Tirta berpikir Bella tidak mungkin mencari Devika untuk memastikan kebenarannya, jadi dia asal mencari alasan dengan menjawab, "Malam ini dia baru sakit. Dia digigit anjing hitam."Tiba-tiba, terdengar suara anjing hitam dari belakang. "Kamu asal tuduh orang! Aku nggak pernah menggigit wanita seumur hidup. Jangan fitnah aku!"Tirta menoleh dan melihat baju anjing hitam sudah terkoyak hingga hancur. Kondisi anjing hitam sangat menyedihkan, tetapi kedua matanya masih bersinar.Tirta yang kaget bertanya, "Anjing sialan, kapan kamu ikut kami?"Anjing hitam menyeringai dan menyahut dengan ekspresi bangga, "Dari tadi aku bersembunyi di dalam vila presiden. Kalau nggak, aku sudah ditangkap. Mereka pasti nggak menyangka aku berani bersembunyi di vila presiden. Terkadang tempat berbahaya itu paling aman."Tirta terkejut. Dia tidak menyangka ternyata anjing hitam c
Tentu saja Tirta bisa mendengar suara Devika. Dia membatin, 'Haha, gigit saja. Kalau gigitanmu makin kuat, aku merasa makin nyaman.'Tirta yang merasa senang bersenandung. Di tengah perjalanan, Shinta menanyakan cara pemakaian jimat. Tirta menjelaskannya dengan sabar, lalu Marila dan Shinta mengungkapkan kekaguman mereka.Setelah menyimpan jimat, Shinta tiba-tiba teringat sesuatu. Dia bertanya kepada Tirta, "Oh iya, Kak Tirta. Kamu beri Kak Devika minum esens apa? Sepertinya beberapa hari ini tenggorokanku sakit. Apa kamu juga bisa memberikannya kepadaku?"Sudut Tirta berkedut, dia menyahut, "Itu esens berkualitas tinggi. Kamu masih kecil, nggak boleh minum itu dulu. Aku punya batu giok yang bisa memproduksi air spiritual secara otomatis. Nanti kamu berendam dengan air spiritual ini setelah pulang, aku jamin tenggorokanmu pasti nggak sakit lagi begitu bangun tidur."Selesai bicara, Tirta memasang formasi pada 2 batu giok yang dibelinya tadi sore. Kemudian, dia memberikan kedua batu gio
Lukern terus berteriak ketakutan, "Aku mohon bawa aku kembali ke Negara Khalo. Aku nggak mau mati ...."Alhasil, ucapan Lukern malah membuat pelatih marah. Pelatih langsung menampar Lukern dan berujar, "Dasar pecundang, kamu nggak pantas mewakili Negara Khalo mengikuti kompetisi. Ayo kita pergi. Beberapa hari ini kita istirahat dulu sekalian selidiki tentang informasi orang Negara Darsia itu."....Sementara itu, di ruang tamu vila Nagamas. Shinta menguap, lalu bertanya kepada Gaurav, "Paman Gaurav, waktu 1 jam sudah berlalu. Sebenarnya Kak Devika sakit apa? Dengan kemampuan medis Kak Tirta, seharusnya pengobatannya nggak begitu lama."Kala ini, Saba dan Yahsva sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing karena terlalu mengantuk. Marila juga bingung, dia menimpali dengan ekspresi khawatir, "Iya, Paman Gaurav. Jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi?"Gaurav tidak berani membiarkan Shinta dan Marila naik ke lantai atas untuk memeriksa kondisinya. Dia yang ingin menghalangi mereka berdu
Pada saat yang sama, di sebuah ruang perawatan intensif mewah yang terletak di rumah sakit pusat ibu kota. Seorang pria dari Negara Khalo yang kehilangan kaki dan tangannya berbaring di tempat tidur. Ekspresinya tetap terlihat ketakutan. Dia adalah Lukern.Anggota pasukan khusus Negara Khalo membawa Lukern ke rumah sakit tepat waktu, jadi dia berhasil diselamatkan.Begitu melihat Lukern membuka mata, pelatih dari Negara Khalo langsung menghampirinya dan bertanya dengan emosional, "Lukern, beri tahu aku sebenarnya siapa yang mencelakaimu sampai begini?"Anggota pasukan khusus lain yang berdiri di samping tempat tidur berbicara dengan ekspresi marah, "Lukern, Ferrus sudah mati. Cepat beri tahu kami apa yang sebenarnya terjadi sebelum kamu nggak sadarkan diri?"Tujuh anggota pasukan khusus lainnya mengepalkan tangan dengan erat. Salah satunya menegaskan, "Lukern, cepat bilang! Apa pun identitasnya, kami pasti bantu kalian balas dendam!"Luka Lukern sudah ditangani. Namun, begitu teringat
Selesai bicara, Tirta mengunci pintu kamar, lalu menggosok tangannya dan menghampiri Devika dengan niat jahat."Jangan, aku sama sekali nggak sakit. Aku nggak akan biarkan kamu sentuh aku lagi. Kalau nggak, aku menjadi aneh. Sekarang sudah malam, cepat pulang dan istirahat. Jangan sampai orang tuamu menunggu terlalu lama," ucap Devika.Devika menciut di tepi tempat tidur. Kedua tangannya menggenggam selimut dengan erat untuk menjadikannya sebagai pelindung. Dia yang kesal tidak ingin menyuruh Tirta meninggalkan ibu kota dan berhenti melawan Black Gloves lagi.Tirta tertawa dan menimpali, "Bu Devika, nggak apa-apa. Orang tuaku pasti langsung tidur kalau menunggu sampai kelelahan. Tapi, aku mau lihat bagaimana kamu menjadi aneh? Selain itu, mana yang aneh?"Tirta melanjutkan, "Cepat biarkan aku sentuh kamu sebentar. Setelah itu, aku turun ke lantai bawah. Kalau nggak, malam ini aku tidur di kamarmu."Sekarang Tirta sama sekali tidak malu lagi. Sambil bicara, dia naik ke tempat tidur. Tir
Sejujurnya sekarang Tirta sedikit kebingungan. Bokong Devika terlalu elastis sehingga Tirta terlena. Dia bahkan tidak memperhatikan Gaurav masuk ke kamar.Tirta menyentuh bokong putri presiden dan presiden memergokinya. Kalau kabar ini tersebar, pasti akan menjadi berita sensasional!Devika mengeluh, "Pria berengsek, ini kamarku! Untuk apa aku mengunci pintu? Lagi pula, aku nggak menyangka ternyata kamu ...."Devika makin malu dan sekujur tubuhnya sangat panas. Dia ingin menggigit Tirta. Devika juga tidak bisa melontarkan kata "bokong". Selesai bicara, dia langsung bersembunyi di dalam selimut dan tidak berani menghadapi Gaurav.Sebelumnya wajah Gaurav menegang, lalu dia tampak marah. Gaurav memandang Tirta dan menegur dengan ekspresi muram, "Tirta, sebenarnya apa yang terjadi? Kamu harus memberiku penjelasan."Tirta segera memutar otaknya dan menemukan sebuah alasan. Dia berdeham sebelum menjelaskan, "Pak Presiden, dengarkan penjelasanku dulu. Masalahnya nggak seperti yang kamu pikirk