Se connecterTirta pergi terlalu lama. Alhasil, Ilona yang berada di dalam lonceng sangat cemas begitu mendengar suara ledakan pertama kali. Namun, akhirnya suara ledakan menghilang.Ilona tidak bisa memastikan Tirta masih hidup atau sudah mati. Dia cemas karena menunggu terlalu lama, jadi dia pingsan.Sementara itu, Arata pingsan karena kelaparan. Bagaimanapun, kondisi mereka berdua tidak parah.Tirta memasukkan energi spiritual ke dalam tubuh Ilona. Tak lama kemudian, Ilona bangun. Begitu melihat Tirta, dia sangat emosional.Ilona menghambur ke pelukan Tirta dan berkata sembari menangis, "Pak Tirta, akhirnya kamu pulang! Aku ... sangat cemas menunggumu. Aku kira kamu nggak akan kembali lagi!"Tirta mengusap kepala Ilona sambil menghibur, "Bu Ilona, jangan terlalu emosional. Bukannya aku baik-baik saja? Aku bangunkan ayahmu dulu untuk diskusikan masalah penting. Nanti kita baru bermesraan waktu senggang."Ilona tetap memeluk Tirta dengan erat dan tidak ingin melepaskannya. Dia membalas, "Nggak mau
Tirta memeriksa Giok Penyimpanan dengan kesadaran spiritualnya. Dia langsung merasakan bagian dalam Giok Penyimpanan didominasi oleh barang besar yang mengerikan, sepertinya tidak ada ruang tersisa lagi.Genta menyahut, "Giok Penyimpanan punya ruang tersendiri yang terisolasi dari dunia luar. Kalau dikeluarkan, barang itu pasti akan kembali aktif dan kemungkinan besar bisa meledak."Tirta tertawa dan membalas, 'Baguslah kalau begitu. Aku akan mengeluarkannya waktu pergi ke Negara Martim untuk balas dendam. Aku pasti akan membuat orang Negara Martim terkejut!'Saat Tirta berkomunikasi dengan Genta, terdengar suara orang yang panik di earphone Erhard. Lebih tepatnya, Erhard mendengar suara orang itu begitu Genta kembali. "Gawat, Pak Erhard! Senjata nuklir tiba-tiba menghilang dan nggak merespons! Apa yang harus kita lakukan?"Erhard melihat Tirta yang membawanya terbang dengan ekspresi takut dan berbisik, "Apa? Kamu sudah pastikan nggak salah?"Suara di earphone terputus-putus. "Sudah. A
Ternyata pasukan Negara Darsia yang berjaga di bandara mengenali identitas Shazana dan lainnya yang baru sampai di bandara. Mereka segera membawa Shazana dan lainnya ke kapal tempur Saba.Shazana dan lainnya juga tahu tindakan Tirta dari Saba. Itulah sebabnya Shazana buru-buru menelepon Luvia.Alasannya karena Saba tidak bisa menghubungi Tirta. Kalau tidak, dia pasti meneleponnya sejak awal. Saba menunggu dengan perasaan cemas, tetapi dia juga tidak berani bertindak gegabah sebelum Tirta mengabarinya.Mendengar pertanyaan Shazana, Luvia tidak tahu harus menjawab apa. Dia memberikan ponselnya kepada Tirta dan bertanya, "Tirta, mau beri tahu mereka nggak?""Nggak masalah. Lagi pula, sekarang Keluarga Galen sudah lenyap. Hasilnya sudah bisa dipastikan," sahut Tirta.Namun, Tirta juga tidak tahu sekarang dia berada di mana. Jadi, dia berujar kepada Shazana, "Bu, beri tahu Kak Saba masalahnya sudah kubereskan. Cuma tersisa langkah terakhir."Tirta menambahkan, "Kalian nggak usah cari aku la
Erhard tertawa terbahak-bahak, lalu berseru, "Kamu yang mencelakai mereka dan memasukkan mereka ke neraka! Sekarang aku juga nggak bisa menghentikannya lagi biarpun kamu memohon padaku!"Tirta menimpali, "Memohon padamu? Jangan mimpi! Lihat saja nanti, senjata nuklirmu pasti nggak berfungsi seperti yang kubilang."Whoosh! Whoosh! Whoosh! Pedang Terbang Tirta bergerak dengan cepat. Ditambah dengan Mantra Pedang Spiritual, ratusan tentara Negara Yumai mati dibunuh Tirta.Darah menggenang di halaman rumah Keluarga Galen yang bersih. Banyak pasukan Negara Yumai mati, terluka parah, dan kabur. Sudah jelas tempat ini menjadi neraka.Luvia berujar kepada Tirta, "Tirta, sisanya aku serahkan padamu. Biar aku yang bereskan burung besi di langit.""Oke, Kak Luvia. Hati-hati," timpal Tirta.Awalnya Tirta masih ingin mencari tahu tentang meriam elektromagnetik. Namun, setelah dipikir-pikir, biasanya dia juga tidak suka menyinggung orang lain. Tidak ada gunanya Tirta mendapatkan meriam elektromagnet
Tirta bergerak secepat kilat dan berhasil menghindari serangan itu.Buzz! Muncul lubang hitam di tanah seukuran ibu jari, tetapi kedalamannya belasan meter.Tirta melirik Erhard yang diangkatnya dan berujar dengan alis berkerut, "Jadi, ini senjata rahasia yang kamu bilang? Kekuatannya setara dengan kekuatan penuh tingkat pembentukan fondasi tahap keenam. Kemungkinan besar pemurni energi biasa pasti mati kalau menghadapi serangan senjata ini."Szzt! Szzt! Cahaya listrik kembali muncul. Tirta tidak berhenti, melainkan menghindar lagi. Dia sekalian membunuh belasan tentara Negara Yumai.Muncul lubang hitam yang sama di tempat Tirta berdiri tadi. Tirta yang penasaran berucap, "Mirip dengan serangan petir yang kuat. Senjata rahasia apa ini?"Namun, serangan ini berasal dari udara. Jadi, sekarang Tirta belum sempat terbang ke langit untuk melihat senjata itu.Tirta mengingatkan Luvia, "Kak Luvia, hati-hati. Jangan sampai diserang senjata itu."Kemudian, Tirta lanjut membantai tentara Negara
Senjata nuklir hanya senjata andalan yang terakhir. Erhard sudah menyiapkan trik lain untuk menghadapi Tirta."Oh? Kalau begitu, coba kamu bilang bagaimana caranya kamu membalas Negara Martim. Apa kamu mau menembakkan senjata nuklir ke negara mereka?" tanya Tirta dengan sinis.Kala ini, Tirta tidak takut Negara Yumai menembakkan senjata nuklir lagi. Dia hanya merasa senang mempermalukan anggota Keluarga Galen sebelum mereka mati.Erhard menjawab dengan ekspresi canggung, "Um ... sekarang kami belum membuat keputusan. Senjata nuklir nggak boleh digunakan sembarangan."Tirta mencibir, lalu menanggapi, "Kalian nggak bisa menembakkan senjata nuklir ke Negara Martim, tapi bisa menembakkannya ke Negara Darsia. Padahal tadi kamu juga bilang Negara Martim yang menembakkan peluru kendali balistik antarbenua. Negara Martim yang membuat kalian mengalami kerugian besar."Tirta bertanya, "Kenapa? Apa kalian merasa Negara Darsia lebih gampang ditindas daripada Negara Martim?"Erhard menyahut, "Um ..







