.
.
.
Sebuah telapak tangan membekas di pipi dokter Da Suan menandakan betapa kerasnya hantaman yang dia terima.
Dokter Da Suan memegangi pipinya dan menjilat darah dari sudut bibirnya yang telah pecah.
"Apa ini balasanmu kepadaku?" tanya dokter Da Suan membuang wajahnya.
"Balasan apa? Kamu selalu datang tiba-tiba dan merusak semua pekerjaanku!" pekik Gaiyyun Bai menahan kesal.
"Jadi aku adalah perusak? Jika aku tidak datang, apakah kamu pikir kamu akan hidup sampai saat ini!" Dokter Da Suan mengingatkan Gaiyyun Bai.
"Asal kamu tahu, aku adalah Gaiyyun Bai, aku tidak akan mati dengan mudah!" tandas Gaiyyun Bai sama sekali belum menyadari siapa pria yang ada di depannya.
Dokter Da Suan yang sudah pernah bergulat untuk menyelamatkan nyawanya pun hanya tersenyum. Sungguh dia sangat geli mendengar keangkuhan seseorang yang pernah dia selamatkan.
Namun dokter Da Suan menahan kekesalannya dan bersikap profesional layaknya janji dokter yang akan selalu mengutamakan nyawa pasien terlepas apapun permasalahannya.
"Baiklah Nona Gaiyyun Bai, senang berkenalan dengan anda. Aku adalah Dokter Da Suan, terima kasih karena anda sudah membawa saya ke rumah sakit. Maaf karena saya sudah mengganggu anda. Selamat tinggal!" Dokter Da Suan tidak dapat berlama-lama karena kehadirannya telah ditolak mentah-mentah.
Gaiyyun Bai hanya terdiam.
Sebelum langkah kaki dokter Da Suan keluar dari batas pintu, ia menoleh ke arah Gaiyyun Bai dan berkata, "Aku pikir cukup 3 kali bertemu denganmu. Selanjutnya aku berharap kita tidak akan bertemu lagi."
Gaiyyun Bai belum memahami perkataan Dokter Da Suan, dia hanya berdiam diri sampai bayangan dokter Da Suan tak tersentuh oleh matanya.
Gaiyyun Bai menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan mengusap wajahnya dengan kasar. Pikirannya kalut dan nafasnya nampak terengah-engah seolah dia habis mengangkat beban bumi di pundaknya.
"Dokter Da Suan? Dia adalah seorang dokter?" Gaiyyun Bai mulai memikirkan sesuatu. "Hmmmmm... Aku bertemu dengannya malam itu dan sekarang ini, tapi kenapa dia mengatakan jika kita sudah bertemu 3 kali?" Gaiyyun Bai terus berfikir keras.
Dia menoleh ke lantai dan melihat sebuah kartu nama kedokteran milik dokter Da Suan.
Gaiyyun Bai memperhatikan sebuah id card dengan nama bertuliskan. "Doctor Da Suan Sp.B"
Setelah mengamati dengan jelas alamat rumah sakit tempat dokter Da Suan bekerja dan menganalisa apa yang telah dikatakan oleh dokter Da Suan, Gaiyyun Bai pun langsung berlari keluar dengan panik.
Dia menoleh ke kanan dan ke kiri namun bayangan dokter Da Suan sudah menghilang bak ditelan bumi.
Gaiyyun pun masuk kembali ke dalam rumahnya.Gaiyyun Bai mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. "Periksa apakah benar orang yang menyelamatkan aku dari kecelakaan malam itu adalah seorang dokter bernama Da Suan!" titah Gaiyyun Bai.
Setelah panggilan dimatikan terlihat Gaiyyun Bai memejamkan matanya dan menghela nafas berat. Dia akan sangat merasa bersalah jika orang yang menyelamatkannya waktu itu adalah dokter Da Suan.
........
Hari-hari selalu silih berganti dengan cepat. Bumi semakin tua namun perputarannya semakin kencang. Semua orang dibuat sibuk dengan kebutuhan yang terus meningkat. Dalam kesimpulan siklus orang dewasa ada kebimbangan yang menjadi perselisihan. Apakah waktu yang berjalan dengan cepat atau orang-orang dewasa yang tidak dapat menikmati waktu dengan tepat.
Dokter Da Suan selama 7 hari terakhir terlihat kurang beristirahat dengan baik. Dia memforsir dirinya untuk bekerja keras. Setelah bekerja di rumah umum dia juga menerima shift tambahan di rumah sakit swasta. Beberapa problem hidup memaksanya untuk bertindak melebihi kapasitas.
Namun setelah bekerja keras kini dokter Da Suan dapat menghirup udara dengan panjang di pinggiran danau. Ia akhirnya menikmati cuti tahunan dan berlibur ke sebuah desa pariwisata yang berada di bagian barat.
"Hmmmm .... Inilah hidup! Santai, tenang, duduk dengan manis dan menunggu ikan memakan umpan, ini adalah syurga yang sesungguhnya!" Dokter Da Suan terlihat sangat bahagia sekali meskipun ia hanya seorang diri.
Suara keras dari belakang terdengar nyaring sampai ke telinga dokter Da Suan.
"Ibu ..... Ibu ..... Kamu di mana .... Ibu .... Jawab aku, Bu!" teriak seorang wanita mencari ibunya.
Dokter Da Suan menoleh dan melihat perempuan itu terus berjalan menjauh membelakanginya.
Dokter Da Suan hanya mengerutkan keningnya. Dia tidak ingin lagi ikut campur urusan orang lain sebelum orang itu meminta bantuan darinya. Sikap Gaiyyun Bai sebelumnya membuat dokter Da Suan trauma.
Dokter Da Suan pun kembali fokus memancing. Hatinya sangat berbunga-bunga ketika pancingnya menunjukan gerakan yang semakin menjanjikan.
"Mantap! Ini pasti ikan yang besar!" Dokter Da Suan terus menarik senar dengan semangat.
TUING!
Sebuah sepatu mendarat dengan sempurna."Hahahaha!" Tiba-tiba suara tawa seorang wanita tua dari belakang membuat dokter Da Suan merasa merinding.
Dokter Da Suan menoleh dan seketika langsung terjungkal karena kaget. "Astaga!"
"Hahaha!" Wanita paruh baya dengan wajah belepotan bercak merah-merah bekas makan buah naga tertawa kembali melihat dokter Da Suan terjatuh.
Dokter Da Suan yang awalnya ketakutan tiba-tiba langsung merasa terkejut heran. "Dia? Dia adalah ibunya Gaiyyun Bai?" gumamnya penasaran.
"IBU!" teriak Gaiyyun Bai dari belakang.
"Hahahaha... Lari...!" Ibunya Gaiyyun Bai terlihat bersikap seperti anak berusia 5 tahun.
Wanita paruh baya yang awalnya terlihat garang namun kini bersikap seperti anak berusia 5 tahun berlarian tanpa arah membuat Gaiyyun Bai kewalahan mengejarnya.
Di sisi danau terdapat jurang yang mengarah langsung ke danau air dalam tanpa tepi. Langkah kaki ibunya Gaiyyun terus melangkah ke sana dan akhirnya.
SRUWAK!
"IBU!"
Pagi yang cerah, jam 10 pagan, kuburan keluarga besar leluhur Da Suan di Homeone, berdiri megah di atas perbukitan yang menghadap langsung ke tebing pantai yang biru.Pemberkatan berlangsung dengan khidmat dan penuh makna. Gaiyun Bai menundukkan kepalanya, sesekali melirik ke sekitarnya dengan rasa ingin tahu. Dia mengamati lingkungan sekitar makam dengan seksama, menikmati keindahan alam dan kesucian suasana.Semua anggota keluarga terlihat sangat khusyuk, menyatukan kedua tangan dan memejamkan mata mereka, membiarkan keheningan dan ketenangan mengisi hati mereka. Suasana yang tenang dan sakral ini memperkuat ikatan keluarga dan menghormati leluhur mereka.Gaiyyun Bai memandang giok naga di atas meja persembahan dengan mata penuh kekhawatiran. Pikirannya terus berputar, mencari cara menghentikan niat buruk Kakek Zi Dai.Tanpa kehadiran Zaiyyen, Gaiyyun Bai menyadari bahwa Kakek Zi Dai telah mengincar Da Suan sebagai ketua 7 naga berikutnya. Ia khawatir Da Suan akan terjebak dalam kek
Langkah kaki Kakek Zi Dai berhenti di depan pintu, matanya menyapu ruangan dengan curiga. Ia membuka pintu perlahan, memindai setiap sudut dengan seksama. Keningnya mengerut, keheranan mencuat di wajahnya."Ada siapa, Zi Dai?" tanya Kakek Zu Gai dengan nada khawatir."Tidak ada siapa-siapa," jawab Kakek Zi Dai pelan. "Mungkin hanya firasatku saja."Sementara itu, Gaiyyun Bai bersembunyi di balik lemari, napasnya terhenti. Detak jantungnya berdegup kencang. Ia menunggu beberapa detik, memastikan keamanan. Lalu, dengan gerakan pelan dan hati-hati, ia merambat keluar dari ruangan rahasia, menghindari perhatian Kakek Zi Dai. ...............Gaiyyun Bai membuka pintu kamarnya dengan hati berdebar. Namun, ia terkejut melihat Da Suan duduk di kasurnya, vape menyala di tangan, dan mata tajam menembus kegelapan."Apa yang terjadi, Da Suan?" Gaiyyun Bai bertanya dengan nada bergetar.Da Suan membuang asap vape, matanya tetap menatap. "Kamu tahu, aku mulai merasakan s
Salju rintik-rintik membalut bumi, menciptakan lanskap putih yang magis. Di dalam mobil, Da Suan mengemudikan dengan hati-hati, sementara Gaiyyun Bai menyanjungkan kepala di bahunya, menciptakan kehangatan cinta di tengah kesepian musim dingin.Di sebuah hunian mewah bergaya Eropa yang membentang di tanah seluas 2 hektar, Gaiyyun Bai terlihat gugup, namun berusaha untuk tetap santai. Ia meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang akan melihatnya malam itu."Selamat datang, cantik," sambut Nyonya Sanani, ibu Zaiyyen, dengan senyum hangat. "Apa kabar? Aku mendengar banyak tentangmu dari Su Arra.""Hallo, Tante. Senang bertemu dengan Anda," jawab Gaiyyun Bai ramah.Nyonya Sanani memandang Gaiyyun Bai dengan mata penuh kagum. "Kamu cantik sekali. Aku jadi iri, kapan putraku mendapatkan wanita secantik dirimu?"Su Arra tersenyum. "Sanani, putramu memang harus belajar dari Da Suan."Da Suan berkelakar, "Tidak, Mah. Aku tidak mau mengajari Zaiyyen. Tapi, jika ada persenan, bisa dipertimbangkan!"
Zaiyyen mendekati supirnya dengan langkah pelan, ingin melihat wajahnya yang selalu tersembunyi di balik masker. "Siapa kamu sebenarnya? Mengapa dia memanggil kamu 'Bos'?" tanyanya dengan rasa penasaran.Xing Leo langsung bereaksi cepat, memberi isyarat kepada anak buahnya. Anak buah itu langsung mendekati Xing Leo, berusaha menutupi kesalahan. "Maaf, saya salah orang!" ucapnya.Zaiyyen terhenti sejenak, merasa bingung. Xing Leo berpura-pura marah. "Lain kali perhatikan dengan teliti!"Anak buah itu meminta maaf, tidak berani menatap Zaiyyen. "Maaf, Bos. Biasanya Anda memakai masker hitam, jadi saya salah paham."Zaiyyen terus menatapnya dengan curiga, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kalian adalah organisasi besar dan terpercaya. Apakah kesalahan seperti ini sering terjadi?" tanya Zaiyyen dengan keraguan.Xing Leo tersenyum, menyembunyikan kecanggungannya. "Dia baru bergabung dengan kami. Kami tidak pernah melakukan kesalahan selama ini. Jadi, Anda tenang saja."Zai
Langkah kaki diam-diam mendekati dari belakang. Da Suan, yang terus berbicara dengan Gaiyyun Bai melalui video call, tidak menyadari kehadiran tersebut.Gaiyyun Bai tiba-tiba berbicara dengan nada serius. "Sayang, sepertinya ada seseorang di belakangmu?"Da Suan memperingati, "Sayang, jangan takut-takuti aku lagi!"Tiba-tiba, Gaiyyun Bai mematikan panggilan. Da Suan terkejut dan segera mencoba menghubungi kembali.Saat itu, Da Suan merasakan sesuatu yang bergerak di belakangnya. Dia perlahan menoleh dan melihat Zaiyyen berdiri dengan senyum licik."HUA!" teriak Da Suan kaget.Zaiyyen tertawa. "Hahaha... Kau!"Da Suan melempar bantal ke arah Zaiyyen. "Kamu!"Zaiyyen bertanya, "Hayo, kamu sedang bicara dengan siapa? Apa dia kekasihmu?"Da Suan membuang muka. "Bukan siapa-siapa!"Zaiyyen mencari laptopnya. "Aku ke sini karena ingin mengambil laptopku. Mana?"Da Suan hanya melirik ke meja tanpa berkata.Zaiyyen berdecak kesal. "Dasar, sudah meminjam bukannya berterima kasih malah buang mu
Tuan Domani terpaku melihat sosok misterius membasmi musuh dengan dua pistol dan pisau, tanpa meninggalkan jejak luka pada dirinya sendiri.Da Suan turun dari dalam mobil berlari mendekati ayahnya, wajahnya pucat. "Pah, kamu baik-baik saja?"Tuan Domani menatap Da Suan, masih terkejut. "Dia... dia yang menyelamatkan kita."Sosok itu menghilang ke dalam hutan, meninggalkan keheningan dan mayat berceceran.Keluarga besar turun dari mobil, terkejut melihat pemandangan mengerikan.Kakek Zi Dai mendekati Tuan Domani. "Domani, apakah kamu yang menghabisi mereka?"Tuan Domani menggelengkan kepala, masih mencari sosok misterius. "Bukan, Kakek. Dia... dia yang melakukannya."Semua mata terfokus pada hutan, mencari bayangan penyelamat misterius. Tuan Domani bersemangat, "Dia ada di sini! Seorang wanita misterius dengan rambut bergelombang dan masker hitam. Dia sangat lihai dan menyelamatkan kita dari maut!"Zaiyyen matanya terbuka lebar, penasaran. "Siapa dia? Mengapa dia membantu kita tanpa s