DHOR
DHOR DHORTiga kali suara tembakan dari dalam penginapan membuat Gaiyyun Bai dan dokter Da Suan membeku sesaat karena kaget.
Mata Gaiyyun Bai seketika memerah dan ia menjatuhkan plastik berisi ikan segar. Langkah kakinya melaju dengan cepat dan dia berlari dengan panik masuk ke dalam pondok penginapan.
"IBU!" Gaiyyun Bai masuk ke dalam dan matanya tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya.
Dokter Da Suan menyusul dan juga menatap heran dengan apa yang ada di depannya.
"Apa yang membuat kalian terlihat begitu khawatir?" tanya ibunya Gaiyyun Bai dengan santainya meniup asap dari ujung pistol yang baru saja ia mainkan. Dia duduk dengan santai dan menyilangkan ke dua kakinya. Gayanya sangat persis seperti preman yang berkelas.
"Ibu, tolong dengarkan Gaiyyun Bai. Kita bisa bicarakan ini baik-baik!" Gaiyyun Bai perlahan berjalan memutar. Dia sedikit menoleh ke arah dokter Da Suan untuk membantunya mengambil obat penenang di dalam tasnya yang ada di atas meja pojok ruangan.
"Anak ini! Sejak kapan seorang pria sepertiku dipanggil Ibu? Gaiyyun Bai, ayah selalu mengajarimu untuk selalu menjaga senjata dan menyimpannya di tempat yang aman, tapi kenapa kamu sangat ceroboh kali ini!" Ibunya Gaiyyun Bai ternyata sedang memparodikan mantan suaminya yang seorang gangster.
Ibunya Gaiyyun Bai menoleh ke arah dokter Da Suan yang sedang berjalan perlahan ke arah belakangnya.
Dokter Da Suan tidak memperhatikan sorot mata ibunya Gaiyyun Bai yang seperti telah menemukan mangsa.
Dokter Da Suan yang belum menyadari jika dirinya sedang diintai dengan bersemangat mengambil obat yang Gaiyyun Bai maksudkan.
Ketika dokter Da Suan membalikan tubuhnya, betapa terkejutnya dia tatkala sebuah tembakan mengarah kepadanya.
DHOR!
Sepersekian mili senti terlihat peluru itu melewati telinganya dan tembus ke tembok.
DEG!
Seketika senyum dokter Da Suan langsung lenyap bersamaan dengan wajahnya yang langsung pucat seperti kehilangan separuh nyawa.
"Ayah! Jangan lakukan lagi! Dia adalah calon menantumu!" ucap Gaiyyun Bai berbohong agar ibunya yang sedang menjadi ayahnya tidak melukai dokter Da Suan kembali. Gaiyyun Bai memegang tangan ibunya dan perlahan mengambil pistol dengan perlahan-lahan.
"Calon menantu?" Ibunya Gaiyyun Bai berdiri. Ia berjalan menghampiri dokter Da Suan yang kini hanya bisa mematung dan tidak bisa bergerak lagi.
Gaiyyun Bai terus mengikuti ibunya dari belakang. Meksipun pistol sudah ia tangani, namun tetap saja dia tidak bisa santai karena ibunya sedang memparodikan ayahnya yang sangat melindunginya. Ayahnya Gaiyyun Bai selalu ingin yang terbaik untuk Gaiyyun Bai.
"Kamu adalah calon menantuku? Apakah kamu bisa menembak? Berapa banyak pasukan yang kamu punya? Kamu dari dunia bawah tanah blok mana?" tanya Ibunya Gaiyyun Bai benar-benar bersikap seperti mantan suaminya yang sangat protektif terhadap putrinya.
Dokter Da Suan hanya bisa berdiri mematung menahan kakinya yang bergetar hebat. Dia tidak dapat mengerti apapun saat ini karena pikirannya yang sangat kacau.
"Ayah! Jangan bicara yang aneh-aneh! Dia adalah pria baik-baik. Jangan bertanya sesuatu yang tidak normal!" Gaiyyun Bai memegang tangan ibunya dan dengan hati-hati langsung menyuntikan obat penenang yang sempat ia ambil ketika obat itu terjatuh dari tangan dokter Da Suan.
Ibunya Gaiyyun Bai langsung pingsan ketika obat itu berhasil disuntikan.
Ketika ibunya Gaiyyun Bai tidak sadarkan diri, barulah dokter Da Suan bisa melepaskan kekhawatirannya."Huuuft ... Apa ini? Apa kamu bisa jelaskan padaku?" tanya Dokter Da Suan langsung terperosok dan duduk dengan lemas ke lantai.
Gaiyyun Bai tidak menjawab dan langsung membopong ibunya dengan ke dua tangannya membuat dokter Da Suan langsung ternganga.
Dokter Da Suan tidak percaya jika wanita yang terlihat manis dan wajah sendu dengan mudahnya membopong tubuh ibunya yang cukup berisi.
Hal-hal aneh dan janggal membuat dokter Da Suan terus bertanya-tanya siapa gerangan wanita yang pernah ia selamatkan.
Gaiyyun Bai kembali setelah ia selesai meletakan ibunya di atas kasur. Gaiyyun Bai mengambil air minum dan dalam satu tegukan ia menghabiskan air itu.
Dokter Da Suan berdiri dan menatap Gaiyyun Bai dengan persepsi lain yang pernah ia simpulkan. Dokter Da Suan menyadari jika wanita yang ada di depannya tidak semudah yang ia pikirkan.
"Kau tahu, memiliki senjata di dalam negeri ini adalah ilegal!" Dokter Da Suan memperingati Gaiyyun Bai yang sedang menundukkan kepalanya menatap gelas yang baru saja dia pakai. Entah apa yang Gaiyyun Bai pikirkan.
Gaiyyun Bai melirik ke arah dokter Da Suan.
"Itu adalah senjata peninggalan ayahku. Dia sudah tiada, aku selalu membawanya untuk berjaga-jaga. Ayahku adalah mantan gangster, aku pikir aku harus melindungi ibuku dari musuh-musuh ayahku."
Gaiyyun Bai melangkah ke arah dokter Da Suan. Entah mengapa dia harus berbohong kepada dokter Da Suan, ini bukanlah dirinya yang sesungguhnya.
Gaiyyun Bai tiba-tiba merasa takut jika dokter Da Suan meninggalkan dirinya jika dokter Da Suan tahu jika ia adalah seorang mafia.
Dokter Da Suan meneguk air liurnya dengan payah disaat Gaiyyun Bai tiba-tiba saja meraih pundaknya dan mengelusnya dengan lembut. Sentuhan seperti ini terlihat sangat agresif sekali bagi sang dokter.
"Hampir saja, hampir saja ibuku membunuhmu. Hampir saja." Gaiyyun Bai tiba-tiba memeluk dokter Da Suan. Ada ketakutan mendalam yang menyelimuti hatinya.
Deg
Deg DegJantung dokter Da Suan terlihat nampak tidak aman. Suasana tegang kini beralih menjadi canggung. Dokter Da Suan ingin membalas pelukan hangat itu, namun entah mengapa ia sangat sungkan sampai-sampai jari jemarinya bergetar hebat.
Gaiyyun Bai kini menatap dokter Da Suan dan tersenyum.
"Maafkan aku, aku sudah lancang?" Gaiyyun Bai mundur dan menyeka air mata kecil yang ada di sudut pelipisnya.
Dokter Da Suan melihat ketulusan dari wajah Gaiyyun Bai. Entah kenapa ia merasa tidak terima dengan sikapnya sendiri yang tidak bisa menunjukan sedikit saja keperduliannya.
Dokter Da Suan langsung menarik tangan Gaiyyun Bai sampai ia terjatuh dalam pelukannya.
"Mau ke mana calon istriku?"
Mata Gaiyyun Bai langsung membulat.
Tiba-tiba suara dari pintu mengagetkan mereka.
"KALIAN!?"
Pagi yang cerah, jam 10 pagan, kuburan keluarga besar leluhur Da Suan di Homeone, berdiri megah di atas perbukitan yang menghadap langsung ke tebing pantai yang biru.Pemberkatan berlangsung dengan khidmat dan penuh makna. Gaiyun Bai menundukkan kepalanya, sesekali melirik ke sekitarnya dengan rasa ingin tahu. Dia mengamati lingkungan sekitar makam dengan seksama, menikmati keindahan alam dan kesucian suasana.Semua anggota keluarga terlihat sangat khusyuk, menyatukan kedua tangan dan memejamkan mata mereka, membiarkan keheningan dan ketenangan mengisi hati mereka. Suasana yang tenang dan sakral ini memperkuat ikatan keluarga dan menghormati leluhur mereka.Gaiyyun Bai memandang giok naga di atas meja persembahan dengan mata penuh kekhawatiran. Pikirannya terus berputar, mencari cara menghentikan niat buruk Kakek Zi Dai.Tanpa kehadiran Zaiyyen, Gaiyyun Bai menyadari bahwa Kakek Zi Dai telah mengincar Da Suan sebagai ketua 7 naga berikutnya. Ia khawatir Da Suan akan terjebak dalam kek
Langkah kaki Kakek Zi Dai berhenti di depan pintu, matanya menyapu ruangan dengan curiga. Ia membuka pintu perlahan, memindai setiap sudut dengan seksama. Keningnya mengerut, keheranan mencuat di wajahnya."Ada siapa, Zi Dai?" tanya Kakek Zu Gai dengan nada khawatir."Tidak ada siapa-siapa," jawab Kakek Zi Dai pelan. "Mungkin hanya firasatku saja."Sementara itu, Gaiyyun Bai bersembunyi di balik lemari, napasnya terhenti. Detak jantungnya berdegup kencang. Ia menunggu beberapa detik, memastikan keamanan. Lalu, dengan gerakan pelan dan hati-hati, ia merambat keluar dari ruangan rahasia, menghindari perhatian Kakek Zi Dai. ...............Gaiyyun Bai membuka pintu kamarnya dengan hati berdebar. Namun, ia terkejut melihat Da Suan duduk di kasurnya, vape menyala di tangan, dan mata tajam menembus kegelapan."Apa yang terjadi, Da Suan?" Gaiyyun Bai bertanya dengan nada bergetar.Da Suan membuang asap vape, matanya tetap menatap. "Kamu tahu, aku mulai merasakan s
Salju rintik-rintik membalut bumi, menciptakan lanskap putih yang magis. Di dalam mobil, Da Suan mengemudikan dengan hati-hati, sementara Gaiyyun Bai menyanjungkan kepala di bahunya, menciptakan kehangatan cinta di tengah kesepian musim dingin.Di sebuah hunian mewah bergaya Eropa yang membentang di tanah seluas 2 hektar, Gaiyyun Bai terlihat gugup, namun berusaha untuk tetap santai. Ia meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang akan melihatnya malam itu."Selamat datang, cantik," sambut Nyonya Sanani, ibu Zaiyyen, dengan senyum hangat. "Apa kabar? Aku mendengar banyak tentangmu dari Su Arra.""Hallo, Tante. Senang bertemu dengan Anda," jawab Gaiyyun Bai ramah.Nyonya Sanani memandang Gaiyyun Bai dengan mata penuh kagum. "Kamu cantik sekali. Aku jadi iri, kapan putraku mendapatkan wanita secantik dirimu?"Su Arra tersenyum. "Sanani, putramu memang harus belajar dari Da Suan."Da Suan berkelakar, "Tidak, Mah. Aku tidak mau mengajari Zaiyyen. Tapi, jika ada persenan, bisa dipertimbangkan!"
Zaiyyen mendekati supirnya dengan langkah pelan, ingin melihat wajahnya yang selalu tersembunyi di balik masker. "Siapa kamu sebenarnya? Mengapa dia memanggil kamu 'Bos'?" tanyanya dengan rasa penasaran.Xing Leo langsung bereaksi cepat, memberi isyarat kepada anak buahnya. Anak buah itu langsung mendekati Xing Leo, berusaha menutupi kesalahan. "Maaf, saya salah orang!" ucapnya.Zaiyyen terhenti sejenak, merasa bingung. Xing Leo berpura-pura marah. "Lain kali perhatikan dengan teliti!"Anak buah itu meminta maaf, tidak berani menatap Zaiyyen. "Maaf, Bos. Biasanya Anda memakai masker hitam, jadi saya salah paham."Zaiyyen terus menatapnya dengan curiga, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kalian adalah organisasi besar dan terpercaya. Apakah kesalahan seperti ini sering terjadi?" tanya Zaiyyen dengan keraguan.Xing Leo tersenyum, menyembunyikan kecanggungannya. "Dia baru bergabung dengan kami. Kami tidak pernah melakukan kesalahan selama ini. Jadi, Anda tenang saja."Zai
Langkah kaki diam-diam mendekati dari belakang. Da Suan, yang terus berbicara dengan Gaiyyun Bai melalui video call, tidak menyadari kehadiran tersebut.Gaiyyun Bai tiba-tiba berbicara dengan nada serius. "Sayang, sepertinya ada seseorang di belakangmu?"Da Suan memperingati, "Sayang, jangan takut-takuti aku lagi!"Tiba-tiba, Gaiyyun Bai mematikan panggilan. Da Suan terkejut dan segera mencoba menghubungi kembali.Saat itu, Da Suan merasakan sesuatu yang bergerak di belakangnya. Dia perlahan menoleh dan melihat Zaiyyen berdiri dengan senyum licik."HUA!" teriak Da Suan kaget.Zaiyyen tertawa. "Hahaha... Kau!"Da Suan melempar bantal ke arah Zaiyyen. "Kamu!"Zaiyyen bertanya, "Hayo, kamu sedang bicara dengan siapa? Apa dia kekasihmu?"Da Suan membuang muka. "Bukan siapa-siapa!"Zaiyyen mencari laptopnya. "Aku ke sini karena ingin mengambil laptopku. Mana?"Da Suan hanya melirik ke meja tanpa berkata.Zaiyyen berdecak kesal. "Dasar, sudah meminjam bukannya berterima kasih malah buang mu
Tuan Domani terpaku melihat sosok misterius membasmi musuh dengan dua pistol dan pisau, tanpa meninggalkan jejak luka pada dirinya sendiri.Da Suan turun dari dalam mobil berlari mendekati ayahnya, wajahnya pucat. "Pah, kamu baik-baik saja?"Tuan Domani menatap Da Suan, masih terkejut. "Dia... dia yang menyelamatkan kita."Sosok itu menghilang ke dalam hutan, meninggalkan keheningan dan mayat berceceran.Keluarga besar turun dari mobil, terkejut melihat pemandangan mengerikan.Kakek Zi Dai mendekati Tuan Domani. "Domani, apakah kamu yang menghabisi mereka?"Tuan Domani menggelengkan kepala, masih mencari sosok misterius. "Bukan, Kakek. Dia... dia yang melakukannya."Semua mata terfokus pada hutan, mencari bayangan penyelamat misterius. Tuan Domani bersemangat, "Dia ada di sini! Seorang wanita misterius dengan rambut bergelombang dan masker hitam. Dia sangat lihai dan menyelamatkan kita dari maut!"Zaiyyen matanya terbuka lebar, penasaran. "Siapa dia? Mengapa dia membantu kita tanpa s