"Ini dimana?" ucap seorang laki-laki yang baru saja tersadar dari koma-nya setelah satu Minggu berada di ruang ICU.
Ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sakit, matanya melihat sekeliling ruangan yang di dominasi berwarna putih. Aroma desinfektan begitu menyengat di hidungnya."Rumah sakit?""Kenapa aku bisa berada di rumah sakit?" tanyanya bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak dapat mengingat apapun, apa penyebab dia berada di rumah sakit."Oh Tuhan, akhirnya kamu sadar juga." ucap seseorang yang baru saja membuka pintu ruangan. Dengan cepat ia berjalan mendekati ranjang pasien untuk memeriksa kondisi laki-laki itu dengan diikuti suster di belakangnya.Laki-laki itu hanya diam dan memperhatikan wanita yang berpakaian baju jas putih khas dokter yang di temani suster di belakangnya itu tanpa berkedip."Siapa kamu?" tanya pria yang terluka itu kepada Cheryl yang sedang memeriksa bekas luka operasi pasiennya yang terlihat mulai mengering"Namaku Cheryl, aku dokter yang bertanggung jawab untuk kesembuhan kamu." ucap Cheryl memperkenalkan diri.Mendengar ucapan dokter di depannya, laki-laki itu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya diam sambil memperhatikan apa yang di lakukan Cheryl."Apa ini masih terasa sakit?" tanyanya sambil sedikit menekan bagian dada bekas luka operasi dengan kapas yang sudah di olesi alkohol.Tidak ada jawaban, laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian Cheryl beralih memeriksa luka bagian tangan, setelah itu dia memeriksa luka di kepala yang masih terbungkus perban."Apa terasa pusing? Atau mungkin nyeri di sekitar sini." tanya Cheryl sambil membuka perban di kepala lelaki itu. Dia ingin memastikan apakah lukanya sudah mengering atau belum.Laki-laki itu mengangguk pelan. Karena memang ia merasakan nyeri dan juga pusing disaat bersamaan."Baik. Aku akan mengganti perbannya, biar lukanya tidak terinfeksi.” ucap Cheryl.Dengan cekatan suster yang berdiri di belakang Cheryl mengambilkan peralatan yang di butuhkan untuk membalut kembali luka yang ada di kepala laki-laki itu.“Oh ya nama kamu siapa?” ulang Cheryl karena dia belum mendapatkan jawaban.Laki-laki itu terdiam dengan muka datar, dia mengalihkan pandangan matanya ke arah lain. Sepertinya dia menghindari tatapan mata Cheryl.“Apakah ada keluarga kamu yang bisa di hubungi?” tanya Cheryl sambil membalut luka di kepala laki-laki itu.Namun lagi-lagi tidak ada jawaban dari laki-laki itu. Sepertinya laki-laki itu masih bingung dengan kondisinya yang memang baru tersadar dari koma."Sus, nanti pindahkan dia ke ruang perawatan. Kondisinya sudah mulai stabil." ucap Cheryl yang kini telah selesai melakukan tugasnya.Dia tidak memaksakan jawaban atas pertanyaannya pada laki-laki itu. Kalau pun dia tidak mau menjawab, Cheryl tidak keberatan akan hal itu.“Baik Dok.” jawab suster.“Istirahatlah, supaya kondisi kamu cepat pulih.” ucap Cheryl sambil tersenyum. Lalu dia berjalan meninggalkan ruangan yang di ikuti suster.Cheryl menghela napasnya saat sudah berada di luar ruangan. “Sepertinya dia masih shock.” ucap Cheryl.Ia teringat bagaimana percakapannya dengan pamannya beberapa hari lalu.“Apa kalian berdua tahu jika ini sepertinya bukan sebuah kecelakaan biasa. Dari luka tembak yang langsung tertuju kearah jantung, sepertinya ada yang berusaha membunuh pria itu.”“Apa?!” Cheryl dan Felicia kompak. Dan saling pandang tak percaya mendengar ucapan sang dokter.“Maksud Om, ini sudah di rencanakan?” tanya Cheryl memastikan.“Sebaiknya kita bicarakan hal ini di ruanganku saja.” ajak sang dokter.Cheryl dan Felicia mengangguk dan berjalan mengikuti langkah kaki sang dokter menuju ke ruangannya. Walau dalam hati Cheryl, dia bertanya-tanya siapa pria itu sampai ada yang merencakan pembunuhan terhadapnya.“Sekarang ceritakan pada Om, bagaimana kalian bisa menemukan laki-laki itu?” tanya sang dokter.“Waktu itu kami berdua baru memulai pendakian di gunung, tapi belum jauh kami mendaki, Felicia melihat laki-laki itu yang hampir jatuh ke jurang. Setelah aku cek ternyata dia masih hidup.” Cheryl memulai bercerita tentang kejadian yang baru saja ia alami.“Aku juga yang menghubungi ambulans untuk membawanya kemari, Om.” lanjut Cheryl.Sang dokter menghela napasnya, “Untung saja kamu membawanya ke sini tepat waktu. Kalau tidak dia tidak akan bisa di selamatkan lagi.” ucap sang dokter.“Apa ada kartu identitas yang kamu temukan saat menemukan dia? Supaya kita bisa menghubungi pihak keluarganya.” tanya sang dokter.“Tidak ada satu identitas pun yang kami jumpai di tubuh laki-laki itu Om.” jawab Cheryl.“Sebaiknya kita rahasiakan tentang ini, kalau ada yang nanya apa yang terjadi padanya, jawab saja kalau kemungkinan dia mengalami perampokan saat melakukan pendakian. Om akan mencoba mencari tahu siapa laki-laki itu, karena om sangat yakin kalau dia itu orang penting bagi seseorang yang menginginkan kematiannya.” ucap dokter itu dengan sangat yakin.Cheryl dan Felicia saling pandang yang kemudian keduanya mengangguk secara bersamaan. Setelah pembicaraan itu baik Cheryl dan Felicia berusaha bersikap seolah ini bukanlah masalah besar. Bahkan keesokan harinya Felicia memutuskan kembali ke Jakarta untuk melanjutkan aktifitasnya. Sedangkan Cheryl mendapatkan tugas untuk mengawasi perkembangan laki-laki itu sampai dia sembuh.Setelah seminggu kini laki-laki itu sudah sadar dari komanya, berbagai pemeriksaan lanjutan pun di lakukan. Dan dari semua pemeriksaan yang di lakukan dokter yang menangani operasi laki-laki itu mendiagnosa jika laki-laki itu mengalami amnesia. Dia tidak dapat mengingat apapun termasuk juga dia tidak mengingat siapa namanya.Masalahnya, Cheryl tidak tahu harus menghubungi siapa, karena laki-laki itu juga tidak ingat akan keluarganya. Karena hal itu dokter Burhan yang juga adalah om-nya Cheryl menugaskan dia secara khusus merawat laki-laki itu.Dokter Burhan adalah adik dari Papanya Cheryl sekaligus pemilik dari klinik yang ada di desa itu. Sedangkan Cheryl sendiri adalah dokter muda yang baru saja lulus kuliah, sebenarnya ia sudah terdaftar sebagai dokter muda disebuah rumah sakit besar yang ada di kota. Namun karena klinik dokter Burhan kekurangan tenaga dokter, maka rumah sakit itu pun mengirim Cheryl untuk membantu di klinik tersebut.Hari berganti hari, kini sudah dua minggu laki-laki itu tinggal di klinik. Kondisinya pun semakin hari semakin membaik. Hanya saja dia tidak mau berbicara dengan siapa pun termasuk Cheryl yang notabene adalah dokter yang setiap hari memeriksanya.Pergantian cuaca yang cukup ekstrim membuat klinik di desa itu penuh dengan pasien yang harus di rawat inap. Kebanyakan dari para pasien yang di rawat inap itu terkena sakit demam berdarah, typus, atau pun batuk pilek.Karena hal itu dokter Burhan meminta laki-laki itu untuk tinggal sementara di rumah Cheryl sampai kondisinya benar-benar sembuh. Apalagi Cheryl adalah orang pertama yang menemukannya, dan Cheryl juga yang bertanggung jawab untuk pemeriksaannya maka akan lebih mudah jika ia tinggal di rumah Cheryl.Awalnya Cheryl menolak ide pamannya itu, namun karena tidak ada pilihan lain maka dengan terpaksa dia menerimanya."Ini kamar kamu, kalau kamu bosan kamu bisa menikmati acara TV." ucap Cheryl sambil menunjukkan kamar tamu untuk di tempati laki-laki itu.Tidak ada jawaban dari laki-laki itu, dia berjalan masuk ke dalam kamar sambil mengamati suasana kamar. Kamar sederhana namun begitu tertata rapi."Aku sudah membelikan beberapa pakaian untukmu, kamu bisa memakainya untuk berganti pakaian." ucap Cheryl.Mendengar itu laki-laki itupun menoleh kearah Cheryl yang sudah membuka lemari yang berisi penuh dengan pakaian. Ia hanya mengangguk sebagai jawaban."Buatlah dirimu nyaman. Anggap saja rumah sendiri." ucap Cheryl sambil tersenyum ramah."Dan ini, pakai ini untuk berkomunikasi. Kamu bisa menghubungiku jika merasa ada yang membuatmu tidak nyaman." lanjut Cheryl sambil memberikan ponsel ke tangan lelaki itu."Aku akan menyiapkan makan malam, nanti kalau sudah siap aku akan memanggilmu." lanjutnya lalu kemudian dia keluar dari kamar.Laki-laki itu menatap Cheryl yang keluar dari kamar, kedua sudut bibirnya melengkung tipis keatas membentuk sebuah senyum tipis penuh arti. Senyuman misterius yang mengundang begitu banyak pertanyaan bagi siapa saja yang melihatnya.Setelah Cheryl sudah tak terlihat, lelaki itu melihat kearah ponsel yang ada di atas telapak tangannya yang baru saja di berikan oleh Cheryl. Bak Dewi Fortuna sedang berada di sisinya, ponsel itu ternyata tak memiliki sandi. Tangannya mengetikkan sesuatu di layar ponsel tersebut, setelah mengklik tombol send, senyuman tipis kembali terukir di bibirnya.“Temui aku di sini, untuk waktunya kapan akan kukabari lagi.”Di waktu yang sama namun tempat yang berbeda. Abercio membawa Cheryl menuju ke apartemen miliknya, walau awalnya Cheryl menolak tapi tuan muda tersebut tidak mengindahkan penolakan Cheryl.“Sedang memikirkan apa, Hem?” tanya Abercio yang kini sedang berbaring diatas sofa dengan paha Cheryl sebagai bantalannya. Perasaan nyaman, tenang serta damai ia rasakan setelah bertahun-tahun Abercio hidup ia tidak pernah merasakan perasaan tersebut.“Tidak, tidak ada.” jawab Cheryl, tangannya mengusap lembut kepala Abercio, dan sebelah tangannya yang lain berada di genggaman Abercio.“Terus kenapa dari tadi diam saja? Apa karena aku membawamu dengan paksa ke apartemen ini? Makanya kamu diam saja. Apa kamu marah padaku?” tanya Abercio lagi.Cheryl tersenyum, “Bukan, bukan karena itu juga. Aku juga nggak marah kok, bukankah statusku sebagai nyonya Abercio sudah pantas jika berada di apartemen ini.” jawab Cheryl dengan nada menggoda.Abercio tersenyum lalu menarik tengkuk Cheryl hingga wajah Cheryl m
“Dimana tuan Bima? Aku ingin bertemu dengannya.” teriak seorang wanita paruh baya dengan wajah penuh emosi saat kepala pelayan mencegahnya masuk kedalam rumah mewah bak istana milik keluarga besar Danurendra.“Maaf nyonya, tuan besar sedang tidak ingin menerima tamu. Silahkan kembali lagi esok hari.” kepala pelayan dengan sopan memberi pengertian bahwa bos besar mereka sedang tidak ingin diganggu.“Ck, minggir!” wanita paruh baya tersebut memaksa masuk dan mendorong dengan kuat kepala pelayan sehingga ia bisa masuk kedalam rumah tersebut.“Tuan Bima, aku ingin bicara denganmu. Tuan Bima!” teriaknya sesaat setelah ia memasuki rumah besar tersebut, suaranya nyaring menggelegar membuat telinga yang ada di dalam rumah terasa berdengung.“Nyonya, kecilkan suaramu. Anda sangat tidak sopan membuat kerusuhan di rumah orang.” kembali kepala pelayan berusaha mencegah orang itu untuk masuk lebih dalam.“Lepaskan! Aku harus bicara dengan tuan Bima.” orang itu meronta saat lengannya di cengkeram o
“Bagaimana tanggapan anda tentang gosip yang beredar saat ini? Apakah benar jika anda dan dokter itu mempunyai hubungan khusus, tuan Abercio?”“Kami melihat anda sering menghabiskan waktu bahkan berkunjung ke lokasi bencana untuk menemuinya. Jadi apakah itu bisa dikatakan bahwa anda berencana mempublikasikan hubungan anda dengan dokter itu?”“Selama ini anda sering digosipkan dengan beberapa model bahkan artis papan atas yang sedang naik daun, tapi yang kami tahu pihak Danurendra group selalu mengklarifikasinya jika itu tidak benar. Lantas bagaimana dengan dokter itu? Apakah dengan anda membiarkan kabar tersebut itu berarti anda tidak menampik jika anda memiliki hubungan dengan dokter itu?”“Mohon kalian tenang dan satu-satu pertanyaannya, tuan muda akan menjawab dengan jelas kali ini.” ini asisten Ryan yang berbicara untuk menenangkan para wartawan yang sangat antusias untuk mendapatkan kabar terkini tentang beredarnya gosip panas antara Abercio dan Cheryl akhir-akhir ini.Abercio me
“Dokter Cheryl dimana?” Abercio yang datang ke rumah sakit untuk menemui Cheryl langsung menuju ke ruang prakteknya.“Dokter Cheryl? Bukankah tadi pulang sama tuan muda.” suster Gita menjadi bingung kenapa tuan muda itu ada di rumah sakit mencari istrinya.Padahal saat pulang dari jawa tengah bukankah dia yang langsung menjemput dan membawa pulang dokter Cheryl sedangkan yang lain masih harus bertemu dengan direktur rumah sakit untuk memberikan laporan.“Jadi dia tidak kemari?” tanyanya lagi memastikan.Suster Gita menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban, sekilas terlihat raut wajah cemas Abercio tapi suster Gita tidak berani bertanya cemas karena apa.Abercio menghela napasnya lalu dia meninggalkan ruang praktek Cheryl dan menyusuri lorong poliklinik rumah sakit. “Sayang sebenarnya kamu dimana?” gumamnya pelan dan terlihat frustasi.Ya, tadi setelah kepergian Kiran dari kantornya terlihat Ryan memasuki ruang kerja Abercio. “Tuan muda, apakah semua baik-baik saja?” tanya R
“Ryan apa semua sudah siap?” tanya Abercio saat mereka berdua berjalan menuju ke ruangan CEO.“Sudah tuan muda, dan para wartawan juga sudah menunggu waktu konferensi pers tiba, Kita akan jadikan konferensi pers itu sekaligus untuk mengumumkan produk baru kita yang akan segera di luncurkan.” jelas Ryan.“Ok kerja bagus, Ryan. Kamu undang wanita tua itu beserta anaknya ke acara peluncuran produk baru perusahaan.” perintah Abercio.“Baik tuan muda.”“Aku akan lihat apakah mereka masih bisa bersikap sombong setelah semua bukti terkumpul.” ucap Abercio dengan senyum miring menyimpan sebuah makna.Setelah menjemput Cheryl di rumah sakit tadi, kini Abercio kembali ke kantor mengurus beberapa hal untuk persiapan peluncuran produk baru. Salah satu produk kecantikan dari perusahaan Danurendra Gruop memang yang paling ditunggu oleh semua kalangan.Di ruang kerjanya Abercio fokus dengan laptop yang ada didepannya, karena memang begitu banyak pekerjaan yang tertunda selama ia berada di Jogja bebe
‘Seorang pengusaha muda tertangkap basah sedang makan malam bersama seorang wanita di sebuah restoran mewah yang ada di jogja.’‘Kepergok ketemuan dengan orang yang sama, pengusaha berinisial AD tidak memberikan klarifikasi apapun, apakah itu pertanda jika rumor kencan mereka benar adanya?’‘Setelah kepergok berciuman di bandara, kini pebisnis muda berinisial AD tertangkap kamera sedang berduaan di sebuah restoran mewah di jogja.’‘Rumor kencan pengusaha muda berinisial AD kini semakin santer terdengar, mereka juga sering terlihat menghabiskan waktu bersama disela-sela kesibukan mereka di jogja.’‘Beberapa foto menunjukkan kedekatan tuan muda kaya raya dengan seorang dokter muda yang ada di Jogja, apakah itu orang yang sama dengan yang sedang ramai dibincangkan saat ini?’‘Beberapa bukti bahwa tuan muda kaya raya itu sedang dekat dengan seorang dokter menjadi sorotan utama di berbagai media, apakah benar mereka sedang berkencan?’Beberapa judul berita di berbagai media cetak maupun el
“Hah? Kenapa bisa ada berita seperti ini?” Cheryl yang sedang asyik men-Scroll ponsel di kejutkan dengan adanya sebuah berita yang muncul di notifikasi dilayar ponselnya.Wajahnya seketika terlihat panik, ia melihat sekeliling kamar untuk mencari seseorang. “Mas Cio kemana sih?” gerutunya karena sosok suaminya tidak kelihatan batang hidungnya.Ketika Cheryl ingin beranjak dari ranjang terlihat Abercio membuka pintu kamar, “Mas darimana?” tanya Cheryl dengan kening berkerut.Abercio yang sedang fokus pada ponselnya mendongak dan melihat kearah Cheryl, “Ryan menelpon memberikan laporan seperti biasa, kenapa sayang? Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu.”Abercio memasukkan ponselnya kedalam saku celana lalu ia berjalan mendekati Cheryl yang memang baru saja turun dari ranjang dan berdiri disamping ranjang tersebut.“Mas coba lihat berita ini. Kenapa tiba-tiba ada berita seperti ini? Padahal aku sudah berada jauh dari rumah sakit.” Cheryl memperlihatkan layar ponselnya kepada
“Baiklah untuk malam ini aku akan mengalah padamu,” ucap Abercio yang pasrah saat Cheryl mengatakan alasannya untuk tetap tinggal di penginapan malam ini.Cheryl mengulum senyum bahagianya, tidak sia-sia dia dari tadi membujuk sang suami untuk menyetujui keinginannya. Karena sebenarnya Cheryl sangat capek hari ini, yang ia inginkan hanya segera beristirahat diatas kasur empuk tanpa ada yang mengganggu.Ya walaupun itu terdengar berlebihan, tapi memang itulah yang ia rasakan. Dari pagi dia perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta, belum lagi tadi meninjau lokasi bencana.Kalau di paksakan untuk ikut Abercio ke hotel yang jarak tempuhnya kurang lebih setengah jam perjalanan, pasti akan menguras tenaganya.“Makasih suamiku yang paling baik sedunia,” Cheryl tersenyum sambil tangannya melingkar di leher Abercio. Seakan tak tahu malu menunjukkan rasa sayangnya secara terang-terangan pada Abercio, dan itu membuat Abercio bahagia.Sedangkan tangan Abercio memeluk pinggang Cheryl, pandangan matan
“Apa yang mas lakukan disini?” tanya Cheryl terkejut bercampur panik melihat Abercio berdiri didepan pintu kamar dengan posisi sebelah tangannya terangkat bersiap mengetuk pintu.Bagaimana ia tidak panik saat ia yang baru saja membuka pintu kamar dan berniat untuk keluar malah melihat laki-laki itu berdiri disana. Padahal jelas-jelas mereka saat ini sedang berada di penginapan tempat para rombongan dokter dan perawat berkumpul.Bagaimana kalau ada yang melihat? Apa yang semua orang pikirkan nanti? Cheryl melihat kearah belakang Abercio, disana ketua team melongokkan kepalanya sambil tersenyum kearah mereka, dengan canggung Cheryl membalas senyuman ketua team.Jantung Cheryl serasa ingin lepas dari tempatnya, ‘Apakah ketua team akan mencurigai kami?’“Mana koper kamu?” tanya Abercio seolah tak terjadi apa-apa, bahkan seakan dia tidak peduli jika ada yang melihat mereka sedang bersama.Cheryl memperhatikan seisi ruangan untuk memastikan tidak ada yang melihat kejadian ini, dilihat ketua