Seminggu sudah berlalu, dan selama itu juga Cheryl sudah merawat laki-laki itu secara pribadi di rumahnya. Namun hingga kini Cheryl masih belum juga mengetahui siapa nama laki-laki itu. Walau ia cukup patuh dengan apa yang di katakan Cheryl sebagai dokter, tapi dia tidak mau membuka mulut walau hanya untuk mengucapkan terima kasih pada Cheryl selaku orang yang sudah menyelamatkan hidupnya.
Cheryl sering mengajaknya bicara, namun respon yang di berikan laki-laki itu hanya diam tanpa ekspresi. Walau pun begitu, dia akan merespon ucapan Cheryl dengan tindakan. Laki-laki itu juga cukup rajin melakukan aktifitas di rumah Cheryl, sehingga di saat Cheryl pulang dari Klinik, rumahnya terlihat bersih dan rapi."Ternyata dia cukup tahu diri juga." gumam Cheryl sambil tersenyum ketika dia pulang kerja rumahnya terlihat rapi dan sangat bersih.Laki-laki itu terlihat sedang duduk di sofa sambil menikmati acara televisi. Tak ada ekspresi yang ia tunjukkan selama menonton acara televisi, hanya raut wajah datar seperti biasanya."Apa kamu sudah makan?" tanya Cheryl yang baru pulang kerja dan berjalan melewati ruang santai dimana laki-laki itu sedang menikmati acara televisi.Mendengar suara Cheryl laki-laki itu menoleh ke belakang dimana suara Cheryl berasal, lalu dia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, pertanda jika laki-laki itu belum makan malam. "Sudah aku duga." ucap Cheryl."Kamu tunggu sebentar, aku akan menyiapkan makan malam." lanjut Cheryl yang kemudian dia berjalan menuju ke kamarnya untuk meletakkan tas sekaligus mengganti bajunya dengan yang lebih santai.Laki-laki itu mengangguk kemudian dia kembali melanjutkan melihat acara televisi. Senyuman tipis setipis tisu terukir indah di sudut bibirnya, sepertinya ini adalah sesuatu yang sangat ia tunggu-tunggu selama seharian ini.Setelah itu Cheryl menutup pintu kamarnya, ia berganti baju yang lebih santai agar lebih leluasa saat melakukan kegiatan di dapur. "Aku tidak tahu bagaimana caranya membuat dia mau bicara padaku, setidaknya dia bisa memberitahuku siapa namanya. Sehingga akan lebih mudah kita berkomunikasi, padahal ini sudah satu minggu dia di sini." Cheryl ngedumel sesaat setelah mengganti bajunya dan bersiap akan keluar kamar."Namaku Abercio." tiba-tiba terdengar suara di depan pintu kamar Cheryl saat Cheryl baru saja membuka sedikit daun pintu kamarnya.Cheryl seketika terkejut bukan main sampai-sampai jantungnya mau keluar dari tempatnya. "Kamu membuatku terkejut, untung saja aku tidak punya penyakit jantung." kesal Cheryl, lalu dia segera keluar dari kamar dan berjalan menghampiri orang yang kini masih berdiri di depan pintu kamarnya. "Apa kamu membutuhkan sesuatu?" tanyanya."Namaku Abercio." ulangnya dengan ekspresi wajah datar."Iya, terus?" ucap Cheryl yang masih kesal akibat terkejut."Bukankah tadi kamu ingin aku memberitahumu siapa namaku?" ucap lelaki itu bingung sambil mengerutkan keningnya heran akan sikap Cheryl.Seketika Cheryl tersadar akan sesuatu, ia membelalakkan matanya tak percaya. saking shocknya ia sampai ingin berteriak kencang, namun ia masih bisa mengendalikan kewarasannya dengan menutup mulutnya sendiri menggunakan telapak tangannya."Ka-kamu bicara padaku? Aku tidak salah dengar-kan? Kamu benar-benar bicara padaku?" tanya Cheryl yang masih tak percaya.Melihat hal itu laki-laki yang mengakui dirinya bernama Abercio hanya bisa membolakan matanya dan pergi meninggalkan Cheryl begitu saja. "Hei tunggu." panggil Cheryl sambil mengejar lelaki itu yang sudah bersiap memasuki kamarnya."Nama kamu Abercio kan?" tanya Cheryl yang masih tak percaya akan pendengarannya sendiri.Laki-laki yang mengaku jika dirinya bernama Abercio itu mengangguk sambil menatap heran kearah Cheryl.Cheryl yang sangat antusias itu bingung harus memulai dari mana untuk bertanya pada Abercio, apakah dia sudah mengingat sesuatu tentang kejadian buruk yang sudah menimpanya."A-apa kamu sudah bisa mengingat sesuatu? Maksudku bukankah kamu harus menceritakan apa yang sudah terjadi padamu beberapa waktu lalu?" dari sorot matanya terlihat jika Cheryl sangat berharap jika Abercio bisa mengingat semuanya.Sejenak Abercio terdiam, kemudian dia menatap kearah Cheryl yang terlihat begitu antusias dengan jawaban apa yang akan dia berikan. "Memangnya ada kejadian apa? Karena aku tidak dapat mengingat apapun selain namaku sendiri." ucap Abercio dengan wajah datar.Mendengar itu raut wajah kecewa tergambar jelas di wajah Cheryl, padahal dia sangat berharap kalau laki-laki itu akan bisa mengingat semuanya."Kenapa?" tanya Abercio mengerutkan keningnya saat melihat raut wajah kecewa Cheryl.Seakan memahami perasaan laki-laki yang berdiri di depannya. Cheryl tersenyum, tangannya terulur untuk mengusap pundak laki-laki itu. "Tidak apa-apa, bisa ingat siapa nama kamu itu juga sudah bagus. Apalagi kamu sudah mau bicara padaku, aku sangat senang mendengarnya." ucap Cheryl tulus memberi semangat pada Abercio."Aku lapar." ucap Abercio seolah mengalihkan pembicaraan."Hah, oh, aku buatkan makanan dulu. Kamu tunggu sebentar." ucap Cheryl bersemangat.Abercio hanya mengangguk sebagai jawaban, jantungnya berdebar kencang saat melihat senyum bahagia di bibir Cheryl. 'Kenapa dia terlihat sangat imut dengan senyuman itu.' batin Abercio.Cheryl terlihat sangat cekatan memasak di dapur, Abercio terus memperhatikan setiap gerak-gerik Cheryl saat sedang memasak dari ruang makan. Senyum tipis terukir begitu saja dari sudut bibirnya saat melihat Cheryl."Nah sudah siap, mari kita makan." ucap Cheryl.Abercio hanya mengangguk, lalu Cheryl mengambilkan nasi ke piring Abercio. Entah kenapa malam ini terasa sangat berbeda bagi Cheryl, ia merasa sangat bahagia. Bukan tanpa alasan jika Cheryl merasakan hal itu, karena pasien yang kini duduk di depannya sudah mulai berbicara bahkan memberitahu siapa namanya. Ini sebuah kebanggaan bagi Cheryl, sehingga akan ada harapan jika suatu saat nanti dia akan segera mengingat semuanya termasuk mengingat dimana rumah dan keluarganya.Setelah makan malam selesai, Cheryl berniat untuk mengemasi piring kotor yang mereka gunakan untuk makan. Tiba-tiba sebuah tangan kekar menghentikan aktifitas Cheryl. "Kenapa?" tanya Cheryl bingung sambil melihat kearah Abercio."Terimakasih kamu telah menyelamatkanku dan juga sudah merawatku selama ini, aku janji akan membalas semua kebaikan kamu di masa depan." ucap Abercio."Hah?" Cheryl mengerjapkan matanya berkali-kali seakan tak percaya."Oh, itu sudah menjadi kewajibanku. Aku rasa semua orang akan melakukan hal yang sama sepertiku jika berada di posisiku, jadi jangan banyak berpikir." ucap Cheryl sambil tersenyum. Padahal jantungnya berdebar cukup kencang saat kedua matanya melihat wajah tampan Abercio yang juga menatap kearahnya dengan tatapan tulus.Abercio terdiam sejenak, "Biar aku yang membereskannya, sebaiknya kamu istirahat saja." ucapnya, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah piring kotor di depan Cheryl. "Hah, oh ok ok." jawab Cheryl.Dengan segera Abercio mengemasi piring kotor yang ada di meja dan membawanya ke dapur. "Ada apa denganku? Kenapa jantungku berdegup kencang sekali, apa ini pertanda jika aku mengidap penyakit jantung?" gumamnya saat sudah di depan wastafel, dengan tangan memukul pelan dadanya. Tak beda jauh dengan Cheryl, setelah sampai di kamarnya ia meletakkan kedua telapak tangannya di atas dadanya. "Oh Tuhan ada apa ini? Kenapa jantungku berdebar kencang begini?" gumamnya sambil berusaha menenangkan degup jantungnya yang masih menggila.Hari ini Cheryl mendapatkan tugas untuk ikut mengambil persediaan obat-obatan di rumah sakit yang ada di kota. Namun entah kenapa Abercio bersikeras ikut dengannya. Padahal biasanya Cheryl yang selalu berinisiatif mengajaknya terlebih dahulu namun selalu di tolak, tapi kali ini justru Abercio yang ngotot ingin ikut."Dok, apa dokter yakin kalau dia beneran akan ikut dengan kita ke kota?" tanya sopir mobil carry putih yang mereka gunakan untuk perjalanan ke kota. Karena memang itu mobil satu-satunya yang dimiliki klinik selain mobil ambulans.Cheryl menoleh kearah Abercio yang berdiri tidak jauh darinya. "Hmm iya, ayo cepat berangkat sekarang, keburu gelap nanti kita pulangnya." ucap Cheryl."Hah, oh, baiklah dok kalau begitu." Jawab sang sopir lalu ia segera masuk ke dalam mobil.Cheryl dan Abercio duduk di jok belakang. Sedangkan sopir dan salah satu suster yang memang di tugaskan untuk menemani Cheryl mengambil obat-obatan duduk di jok depan.Selama perjalanan menuju ke rumah sakit
"Kerjakan semua tugasmu dengan benar. Selama kamu bekerja keras mencari bukti lengkap tentang siapa dalang sesungguhnya di balik kejadian yang menimpaku, maka biarkan aku istirahat sejenak disini tanpa adanya urusan kantor yang menggangguku. Dan ingat untuk melaporkan apapun yang kamu temukan melalui email." Pungkas Abercio sebelum ia keluar dari mobil."Hah?! Ba-baik tuan muda." jawab Ryan tersadar dari lamunannya.Abercio melangkah kearah pintu utama rumah sakit saat melihat dari kejauhan kalau Cheryl sudah keluar dengan beberapa orang yang mengangkat kardus. Dan bisa di pastikan jika itu adalah kardus obat-obatan yang memang di perlukan untuk klinik di desa."Tuan muda tersenyum? Apa aku tidak salah lihat? Aku tidak sedang bermimpi kan?" gumam Ryan yang masih belum bisa mencerna situasi dengan benar.Dan kini sudah terlihat jelas bukan alasan dan tujuan Abercio sangat ingin ikut pergi ke kota bersama dengan Cheryl kali ini. Ternyata ia sudah membuat janji temu dengan orang kepercay
Kini di dalam rumah Cheryl sedang berkumpul beberapa orang dari perwakilan warga desa, termasuk Dokter Burhan yang sebelumnya sudah di hubungi Cheryl supaya datang membantu memberikan penjelasan pada warga desa.“Sebelumnya saya minta maaf pak RT dan para warga, apa tidak ada solusi lain selain mereka harus menikah?” Dokter Burhan menjeda ucapannya sambil melihat pak RT yang ada di depannya lalu ia beralih melihat keluar.“Karena begini, bukankah kita semua tahu jika nak Abercio saat ini sedang kehilangan sebagian ingatannya? Apalagi dia tidak memiliki dokumen pendukung sama sekali yang menunjukkan siapa dia, dimana keluarganya, dimana dia tinggal dan lain sebagainya. Jadi alangkah baiknya jika kita memakai sedikit hati nurati kita untuk membantu kesembuhan beliau tanpa harus memaksanya untuk menikah dengan Cheryl.”“Kita juga tahu selain Cheryl sebagai Dokter di klinik desa, dia juga dokter yang bertanggung jawab akan kesembuhan Abercio. Jadi saya sangat yakin kalau mereka tidak akan
Dokter Burhan mengerutkan keningnya seolah menanyakan akan ucapan Cheryl barusan. Apa itu artinya Cheryl menyetujui untuk menikah dengan Abercio?"Aku akan menikah dengan dia, anggap saja aku berbaik hati mau membantu dia dari situasi yang sulit ini, om." ucap Cheryl walaupun dia tidak begitu yakin dengan keputusannya sendiri.Helaan napas lega terdengar dari Dokter Burhan. "Kalau begitu ayo kita keluar sekarang, kita hadapi pak RT dan para warga agar masalah ini cepat selesai." ucap Dokter Burhan yang hanya diangguki oleh Cheryl.Mereka berdua akhirnya keluar dari kamar Cheryl, semua orang menoleh kearah Dokter Burhan dan Cheryl saat terdengar pintu kamar terbuka. Mereka menunggu keputusan apa yang akan mereka katakan selanjutnya. Apakah Cheryl akan menikah dengan Abercio? Atau Abercio pergi dari desa?Walaupun Abercio terlihat sangat tenang tapi sesungguhnya dia merasa sangat cemas dengan keputusan apa yang akan Cheryl berikan pada para warga. Sebenarnya ada sebuah ketakutan juga di
Kehidupan setelah pernikahan Cheryl dan Abercio tidak begitu banyak berubah Cheryl masih saja sibuk dengan pekerjaannya di klinik, sedangkan Abercio akan menunggunya di rumah sambil melakukan hal-hal kecil seperti membereskan rumah atau dia akan melihat acara televisi.Terkadang kalau ia bosan di rumah maka Abercio akan pergi ke klinik sekedar melihat-lihat saja. Ia tidak akan mengganggu pekerjaan istrinya jika Cheryl sibuk merawat para pasien, Abercio akan menunggu di ruangan Cheryl.Tapi walaupun begitu setidaknya mereka setiap hari sarapan dan makan malam bersama, selalu bertukar kabar walaupun itu bukan sesuatu yang penting. Misalnya saling memberi kabar jika mereka sedang atau mau melakukan sesuatu."Sudah lama ya?" tanya Cheryl saat memasuki ruangannya dan melihat ada Abercio disana sambil bermain hp."Tidak juga." jawab Abercio setelah melihat siapa yang baru saja memasuki ruangan. Lalu dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana yang ia kenakan."Ada apa? Tumben jam segini ad
"Ada kabar apa? Kenapa kamu berani menghubungiku terlebih dahulu, tanpa menunggu kabar dariku, apa kamu sudah bosan dengan pekerjaanmu? Atau kamu ingin pensiun dini?" kesal Abercio saat menerima panggilan dari orang kepercayaannya yaitu Ryan. Bagi Abercio saat ini ia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Cheryl tanpa ada gangguan sedikitpun."Maafkan saya tuan muda," jawab Ryan takut saat mendengar suara dari Abercio yang sepertinya sedang marah, walaupun Ryan tidak berhadapan langsung dengan bosnya itu tapi Ryan paham betul akan hal itu."Cepat katakan, ada masalah apa?" tanya Abercio."Saya sudah menemukan siapa dalang di balik kejadian yang menimpa tuan muda." jawab Ryan."Apa kamu sudah yakin?""Iya tuan muda, semua bukti yang tuan muda minta sudah saya dapatkan termasuk saya juga sudah menahan antek-anteknya yang mencelakai tuan muda di gunung waktu itu.""Kerja bagus Ryan, kamu handle dulu sampai aku kembali. Beri aku waktu tiga hari, setelah itu kamu jemput aku ke
Dokter Burhan turut bahagia setelah mendengar cerita dari Cheryl yang mengatakan jika ada seseorang yang mengenal dekat Abercio dan akan datang ke Desa untuk menjemputnya dan sekarang sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju ke Desa tersebut.Itu berarti Abercio akan segera kembali berkumpul dengan keluarganya, lantas bagaimana dengan nasib Cheryl? Bagaimana dengan pernikahan mereka yang sudah berjalan sekitar 6 bulan ini? Itu menjadi salah satu kekhawatiran Dokter Burhan akan nasib keponakannya itu. Apalagi Cheryl adalah keponakan kesayangannya, sudah pasti kebahagiaan Cheryl adalah yang utama."Lantas bagaimana dengan nasib pernikahan kamu sama dia?" tanya dokter Burhan pada Cheryl saat mereka berada di ruangan Dokter Burhan setelah membahas sesuatu."Maksud Om?" Cheryl balik bertanya karena menurut Cheryl tidak ada yang perlu di khawatirkan dari pernikahannya."Kalau dia kembali pada keluarganya, bagaimana dengan kamu?""Ya nggak gimana-gimana sih Om, kan masih bisa berhubungan
"Dokter, ada pasien di UGD yang butuh penanganan dari dokter," ucap salah seorang suster yang berjalan dengan tergesa menghampiri Cheryl yang baru saja keluar dari ruang pasien."Ayo kita kesana." dengan sedikit berlari Cheryl menuju ke UGD bersama dengan suster itu.Suster pun menunjuk kearah pasien yang dimaksudkan, disana ada seorang bapak-bapak setengah baya sedang berbaring di brankar dengan kepala dan hidungnya mengeluarkan darah. Sepertinya dia habis mengalami kecelakaan atau sejenisnya."Segera balut lukanya dan cepat hentikan pendarahannya." perintah Cheryl pada suster yang bertugas."Baik dok."Karena memang Cheryl kini ditugaskan di UGD, jadi sewaktu-waktu jika dia dibutuhkan dia harus selalu siaga. Ya benar banget, kini Cheryl sudah kembali ke Jakarta untuk bertugas di sebuah rumah sakit besar disana.Setelah masa magangnya selesai 5 bulan yang lalu, ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan bertugas di rumah sakit RENDRA INTERNATIONAL HOSPITAL sesuai kesepakatan sebelumn