Share

Bab 3

Seminggu sudah berlalu, dan selama itu juga Cheryl sudah merawat laki-laki itu secara pribadi di rumahnya. Namun hingga kini Cheryl masih belum juga mengetahui siapa nama laki-laki itu. Walau ia cukup patuh dengan apa yang di katakan Cheryl sebagai dokter, tapi dia tidak mau membuka mulut walau hanya untuk mengucapkan terima kasih pada Cheryl selaku orang yang sudah menyelamatkan hidupnya.

Cheryl sering mengajaknya bicara, namun respon yang di berikan laki-laki itu hanya diam tanpa ekspresi. Walau pun begitu, dia akan merespon ucapan Cheryl dengan tindakan. Laki-laki itu juga cukup rajin melakukan aktifitas di rumah Cheryl, sehingga di saat Cheryl pulang dari Klinik, rumahnya terlihat bersih dan rapi.

"Ternyata dia cukup tahu diri juga." gumam Cheryl sambil tersenyum ketika dia pulang kerja rumahnya terlihat rapi dan sangat bersih.

Laki-laki itu terlihat sedang duduk di sofa sambil menikmati acara televisi. Tak ada ekspresi yang ia tunjukkan selama menonton acara televisi, hanya raut wajah datar seperti biasanya.

"Apa kamu sudah makan?" tanya Cheryl yang baru pulang kerja dan berjalan melewati ruang santai dimana laki-laki itu sedang menikmati acara televisi.

Mendengar suara Cheryl laki-laki itu menoleh ke belakang dimana suara Cheryl berasal, lalu dia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, pertanda jika laki-laki itu belum makan malam. 

"Sudah aku duga." ucap Cheryl.

"Kamu tunggu sebentar, aku akan menyiapkan makan malam." lanjut Cheryl yang kemudian dia berjalan menuju ke kamarnya untuk meletakkan tas sekaligus mengganti bajunya dengan yang lebih santai.

Laki-laki itu mengangguk kemudian dia kembali melanjutkan melihat acara televisi. Senyuman tipis setipis tisu terukir indah di sudut bibirnya, sepertinya ini adalah sesuatu yang sangat ia tunggu-tunggu selama seharian ini.

Setelah itu Cheryl menutup pintu kamarnya, ia berganti baju yang lebih santai agar lebih leluasa saat melakukan kegiatan di dapur. 

"Aku tidak tahu bagaimana caranya membuat dia mau bicara padaku, setidaknya dia bisa memberitahuku siapa namanya. Sehingga akan lebih mudah kita berkomunikasi, padahal ini sudah satu minggu dia di sini." Cheryl ngedumel sesaat setelah mengganti bajunya dan bersiap akan keluar kamar.

"Namaku Abercio." tiba-tiba terdengar suara di depan pintu kamar Cheryl saat Cheryl baru saja membuka sedikit daun pintu kamarnya.

Cheryl seketika terkejut bukan main sampai-sampai jantungnya mau keluar dari tempatnya. "Kamu membuatku terkejut, untung saja aku tidak punya penyakit jantung." kesal Cheryl, lalu dia segera keluar dari kamar dan berjalan menghampiri orang yang kini masih berdiri di depan pintu kamarnya. "Apa kamu membutuhkan sesuatu?" tanyanya.

"Namaku Abercio." ulangnya dengan ekspresi wajah datar.

"Iya, terus?" ucap Cheryl yang masih kesal akibat terkejut.

"Bukankah tadi kamu ingin aku memberitahumu siapa namaku?" ucap lelaki itu bingung sambil mengerutkan keningnya heran akan sikap Cheryl.

Seketika Cheryl tersadar akan sesuatu, ia membelalakkan matanya tak percaya. saking shocknya ia sampai ingin berteriak kencang, namun ia masih bisa mengendalikan kewarasannya dengan menutup mulutnya sendiri menggunakan telapak tangannya.

"Ka-kamu bicara padaku? Aku tidak salah dengar-kan? Kamu benar-benar bicara padaku?" tanya Cheryl yang masih tak percaya.

Melihat hal itu laki-laki yang mengakui dirinya bernama Abercio hanya bisa membolakan matanya dan pergi meninggalkan Cheryl begitu saja. "Hei tunggu." panggil Cheryl sambil mengejar lelaki itu yang sudah bersiap memasuki kamarnya.

"Nama kamu Abercio kan?" tanya Cheryl yang masih tak percaya akan pendengarannya sendiri.

Laki-laki yang mengaku jika dirinya bernama Abercio itu mengangguk sambil menatap heran kearah Cheryl.

Cheryl yang sangat antusias itu bingung harus memulai dari mana untuk bertanya pada Abercio, apakah dia sudah mengingat sesuatu tentang kejadian buruk yang sudah menimpanya.

"A-apa kamu sudah bisa mengingat sesuatu? Maksudku bukankah kamu harus menceritakan apa yang sudah terjadi padamu beberapa waktu lalu?" dari sorot matanya terlihat jika Cheryl sangat berharap jika Abercio bisa mengingat semuanya.

Sejenak Abercio terdiam, kemudian dia menatap kearah Cheryl yang terlihat begitu antusias dengan jawaban apa yang akan dia berikan. "Memangnya ada kejadian apa? Karena aku tidak dapat mengingat apapun selain namaku sendiri." ucap Abercio dengan wajah datar.

Mendengar itu raut wajah kecewa tergambar jelas di wajah Cheryl, padahal dia sangat berharap kalau laki-laki itu akan bisa mengingat semuanya.

"Kenapa?" tanya Abercio mengerutkan keningnya saat melihat raut wajah kecewa Cheryl.

Seakan memahami perasaan laki-laki yang berdiri di depannya. Cheryl tersenyum, tangannya terulur untuk mengusap pundak laki-laki itu. "Tidak apa-apa, bisa ingat siapa nama kamu itu juga sudah bagus. Apalagi kamu sudah mau bicara padaku, aku sangat senang mendengarnya." ucap Cheryl tulus memberi semangat pada Abercio.

"Aku lapar." ucap Abercio seolah mengalihkan pembicaraan.

"Hah, oh, aku buatkan makanan dulu. Kamu tunggu sebentar." ucap Cheryl bersemangat.

Abercio hanya mengangguk sebagai jawaban, jantungnya berdebar kencang saat melihat senyum bahagia di bibir Cheryl. 'Kenapa dia terlihat sangat imut dengan senyuman itu.' batin Abercio.

Cheryl terlihat sangat cekatan memasak di dapur, Abercio terus memperhatikan setiap gerak-gerik Cheryl saat sedang memasak dari ruang makan. Senyum tipis terukir begitu saja dari sudut bibirnya saat melihat Cheryl.

"Nah sudah siap, mari kita makan." ucap Cheryl.

Abercio hanya mengangguk, lalu Cheryl mengambilkan nasi ke piring Abercio. Entah kenapa malam ini terasa sangat berbeda bagi Cheryl, ia merasa sangat bahagia. Bukan tanpa alasan jika Cheryl merasakan hal itu, karena pasien yang kini duduk di depannya sudah mulai berbicara bahkan memberitahu siapa namanya. Ini sebuah kebanggaan bagi Cheryl, sehingga akan ada harapan jika suatu saat nanti dia akan segera mengingat semuanya termasuk mengingat dimana rumah dan keluarganya.

Setelah makan malam selesai, Cheryl berniat untuk mengemasi piring kotor yang mereka gunakan untuk makan. Tiba-tiba sebuah tangan kekar menghentikan aktifitas Cheryl. "Kenapa?" tanya Cheryl bingung sambil melihat kearah Abercio.

"Terimakasih kamu telah menyelamatkanku dan juga sudah merawatku selama ini, aku janji akan membalas semua kebaikan kamu di masa depan." ucap Abercio.

"Hah?" Cheryl mengerjapkan matanya berkali-kali seakan tak percaya.

"Oh, itu sudah menjadi kewajibanku. Aku rasa semua orang akan melakukan hal yang sama sepertiku jika berada di posisiku, jadi jangan banyak berpikir." ucap Cheryl sambil tersenyum. Padahal jantungnya berdebar cukup kencang saat kedua matanya melihat wajah tampan Abercio yang juga menatap kearahnya dengan tatapan tulus.

Abercio terdiam sejenak, "Biar aku yang membereskannya, sebaiknya kamu istirahat saja." ucapnya, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah piring kotor di depan Cheryl. 

"Hah, oh ok ok." jawab Cheryl.

Dengan segera Abercio mengemasi piring kotor yang ada di meja dan membawanya ke dapur. "Ada apa denganku? Kenapa jantungku berdegup kencang sekali, apa ini pertanda jika aku mengidap penyakit jantung?" gumamnya saat sudah di depan wastafel, dengan tangan memukul pelan dadanya. 

Tak beda jauh dengan Cheryl, setelah sampai di kamarnya ia meletakkan kedua telapak tangannya di atas dadanya. "Oh Tuhan ada apa ini? Kenapa jantungku berdebar kencang begini?" gumamnya sambil berusaha menenangkan degup jantungnya yang masih menggila.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Evelyne
hah.... mulai suka..? hehehe terlalu cepat thor....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status