"Sepertinya dia sudah tewas. Cepat lempar dia ke jurang, jangan sampai meninggalkan jejak." perintah seorang pria berpakaian serba hitam setelah menembakkan 2 peluru ke arah pemuda yang kini tergeletak berlumuran darah di bawah kakinya.
Derasnya air hujan pun berhasil meredam suara letusan dari senjata api milik pria tadi."Baik, Bos." jawab dua pria lain dengan pakaian yang sama.Tanpa berpikir panjang beberapa orang itu mengangkat tubuh pemuda yang sudah tidak bergerak itu menuju ke tepi jurang. Tak lama setelahnya mereka melemparkan tubuh pemuda itu ke jurang."Misi kita telah selesai, ayo segera tinggalkan tempat ini."***"Cher, Cheryl! Cepat ke sini! Itu ada–" teriak wanita berambut sebahu yang saat itu sedang berjalan untuk mendaki gunung. Suara wanita itu terdengar panik disertai gemetar takut. Telunjuknya mengarah kepada sesuatu yang tidak bisa dilihat jelas. Bebatuan yang besar serta cuaca yang berkabut membuat jarak pandang wanita itu terbatas."Felicia, ada apaan sih, pakai acara teriak-teriak segala." keluh gadis yang bernama Cheryl, sambil berjalan mendekati sahabatnya dengan napas terengah-engah karena jalanan yang menanjak ditambah lagi tas ransel yang berat ada di punggungnya.Jalanan yang licin pasca hujan yang mengguyur pegunungan itu semalaman juga menambah beban tersendiri bagi Cheryl. Gadis itu harus berhati-hati agar tidak jatuh ke jurang yang ada di dekatnya."I-itu Cher, ada mayat." ucap Felicia.Cheryl bisa melihat ekspresi sahabatnya yang terlihat memucat. Awalnya, dia pikir Felicia hanya bergurau. Namun, mendengar ucapan dan juga melihat wajah temannya, Cheryl pun membelalakkan matanya sembari bergegas.Manik cokelat milik Cheryl pun membulat sempurna ketika menyaksikan pemandangan yang berada tepat di depannya. Benar saja, di pinggir jurang, terlihat sosok tubuh yang terkapar lemas tak berdaya. Bukan hanya itu, bahkan bau anyir darah yang cukup kuat membuatnya mengernyit."Astaga! Fel, ayo bantu aku tarik dia supaya gak jatuh ke jurang!" teriak Cheryl sembari menarik ujung baju milik sahabatnya. Namun, wanita itu heran karena tak ada respon dari Felicia. Ketika menoleh, Cheryl hanya bisa menghela napas panjang ketika menyadari bahwa sahabatnya telah pingsan."Yaahhh, dia malah pingsan." keluh Cheryl.Cheryl akhirnya bergegas menuju ke tepi jurang dengan melompati bebatuan di dekatnya. Dengan segala kekuatan yang ia miliki, Cheryl menarik tubuh laki-laki itu supaya menjauh dari tepi jurang. Meskipun takut, Cheryl pun memberanikan diri untuk mengecek keadaan orang itu.Gadis itu terkejut bukan main saat dua jarinya menyentuh leher pria yang berlumuran darah didepannya dan menemukan denyut nadi di tubuh laki-laki itu."Apa? Dia masih hidup?" ujarnya yang shock. Melihat kondisi sang pria yang terluka parah membuat Cheryl berpikir jika orang itu sudah tewas.Menyadari denyut nadi dari pria itu sangat lemah bahkan hampir tak berdenyut, dengan cepat Cheryl merogoh tas kecilnya untuk mengambil ponsel.Mengingat posisinya yang belum begitu jauh dari kaki gunung, Cheryl memanfaatkan sinyal di ponselnya untuk menghubungi ambulans tempat dia bekerja."Tolong kirim ambulans ke kaki gunung! Ada seorang pria yang kehabisan banyak darah di sini!" ucap Cheryl dengan nada cemas, lalu dia segera mematikan panggilannya setelah mendapatkan jawaban 'baik, dok' dari seberang sana.Tak sampai 30 menit, beberapa orang berpakaian medis tiba di tempat Cheryl berdiam diri. Dengan segera beberapa orang itu menghampiri Cheryl.Felicia yang masih pingsan serta pria yang tak dikenalnya itu pun diangkut ke dalam ambulans untuk dibawa ke klinik tempat Cheryl bekerja.Sesampainya di klinik, beberapa orang berniat untuk menyapa Cheryl yang bekerja sebagai dokter di klinik itu. Namun, orang-orang itu mengurungkan niatnya ketika menyaksikan Cheryl yang masih berpakaian layaknya pendaki dengan noda darah yang menempel di mana-mana.Mereka lebih memilih segera membawa para pasien yang dibawa Cheryl masuk ke ruang UGD klinik. Termasuk juga Felicia yang hingga kini masih pingsan."Cheryl, ada apa ini? Kenapa baju kamu begitu banyak darah?" seorang lelaki paruh baya yang memakai jas putih khas dokter terlihat panik sambil setengah berlari menghampiri Cheryl."Om, tolong bantu selamatkan dia, Om. Nadinya semakin lemah," pinta Cheryl pada lelaki paruh baya yang terlihat sangat khawatir."Dia siapa? Dan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya lelaki paruh baya itu dengan nada yang semakin terlihat panik."Aku juga tidak tahu, Om. Panjang ceritanya. Nanti akan aku ceritakan jika keadaan pria itu sudah stabil, sekarang tolong selamatkan dia dulu, om." ujar Cheryl sambil berjalan cepat mengikuti langkah kaki suster yang mendorong ranjang pasien menuju ke ruang operasi dengan diikuti langkah kaki lelaki paruh baya yang memakai jas dokter itu.Melihat begitu banyaknya luka yang ada di tubuh laki-laki itu, sehingga ruang operasi adalah pilihan tepat untuk melakukan tindakan lebih lanjut."Kamu tunggu disini saja, biar Om yang akan menanganinya." ujar sang dokter, karena melihat kondisi Cheryl dengan baju kotor dan juga banyaknya noda darah di sebagian bajunya membuatnya tidak dapat melakukan tindakan di ruang operasi yang memang harus selalu steril.Cheryl pun mengangguk kala sang dokter memasuki ruang operasi. Sedangkan Cheryl berdiri di depan pintu ruang operasi yang kini sudah tertutup rapat dengan lampu di atas pintu menyala, pertanda jika sedang ada tindakan operasi di ruangan tersebut.Wajah Cheryl masih terlihat cemas, dia setia menunggu di depan pintu ruang operasi. Meskipun dia tak mengenali pria yang sedang dioperasi di dalam, Cheryl tetap cemas, mengingat dialah yang pertama menemukan pria itu.Setelah menunggu tiga jam, belum ada siapapun yang keluar dari ruang operasi. Wajah Cheryl semakin terlihat cemas, apakah laki-laki itu bisa di selamatkan?Ditengah rasa cemas yang menghantui justru sahabatnya, Felicia lah yang datang menghampiri setelah sadar dari pingsannya."Cher, mau sampai kapan kamu akan menunggu di si_"Ucapan Felicia terhenti kala terdengar suara pintu ruang operasi terbuka. Melihat sosok pamannya yang keluar dari ruangan tersebut maka dengan segera Cheryl beranjak dari tempat duduknya dan berlari menghampiri sang paman."Bagaimana kondisi pria itu, Om?" tanya Cheryl dengan wajah cemas.Netra milik sang dokter menatap Cheryl dan sahabatnya dengan wajah serius, seakan ingin berhati-hati dengan kalimat yang akan diucapkannya."Operasinya berjalan lancar. Tapi, dari luka yang berhasil diobati, ada 2 luka tembak yang hampir mengenai jantungnya." ucap sang dokter.Cheryl dan Felicia memperhatikan setiap ucapan dokter dengan sangat serius. Bahkan mereka berdua tidak berani menyela sebelum sang dokter mengakhiri percakapannya."Sekarang dia masih berada di ruang ICU, sampai dia sadar dari koma-nya. Bisa lebih cepat, atau bisa juga akan sedikit memakan waktu lebih lama." lanjut sang dokter.Sekilas sang dokter bisa menangkap raut wajah sedih dari muka Cheryl. "Cheryl, katakan pada Om sebenarnya siapa laki-laki itu? Apa kamu terlibat masalah serius dengan laki-laki itu?" tanya sang dokter yang di panggil paman oleh Cheryl.Cheryl mengerutkan keningnya dan menoleh kearah Felicia yang kebetulan dia juga melihat kearah Cheryl. "Maksud om apa? Kami berdua benar-benar tidak mengenalnya." jawab Cheryl yang bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.Dokter setengah baya itu menghela napasnya sebelum mengatakan apa yang ia temukan saat menangani pasien yang tadi di bawa Cheryl. "Dari apa yang om temukan, sepertinya ini bukan kecelakaan biasa. Karena dari luka tembak yang langsung tertuju kearah jantung, sepertinya ada yang berusaha membunuh pria itu.""Ini dimana?" ucap seorang laki-laki yang baru saja tersadar dari koma-nya setelah satu Minggu berada di ruang ICU.Ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sakit, matanya melihat sekeliling ruangan yang di dominasi berwarna putih. Aroma desinfektan begitu menyengat di hidungnya."Rumah sakit?""Kenapa aku bisa berada di rumah sakit?" tanyanya bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak dapat mengingat apapun, apa penyebab dia berada di rumah sakit."Oh Tuhan, akhirnya kamu sadar juga." ucap seseorang yang baru saja membuka pintu ruangan. Dengan cepat ia berjalan mendekati ranjang pasien untuk memeriksa kondisi laki-laki itu dengan diikuti suster di belakangnya.Laki-laki itu hanya diam dan memperhatikan wanita yang berpakaian baju jas putih khas dokter yang di temani suster di belakangnya itu tanpa berkedip."Siapa kamu?" tanya pria yang terluka itu kepada Cheryl yang sedang memeriksa bekas luka operasi pasiennya yang terlihat mulai mengering"Namaku Cheryl, aku dokter ya
Seminggu sudah berlalu, dan selama itu juga Cheryl sudah merawat laki-laki itu secara pribadi di rumahnya. Namun hingga kini Cheryl masih belum juga mengetahui siapa nama laki-laki itu. Walau ia cukup patuh dengan apa yang di katakan Cheryl sebagai dokter, tapi dia tidak mau membuka mulut walau hanya untuk mengucapkan terima kasih pada Cheryl selaku orang yang sudah menyelamatkan hidupnya.Cheryl sering mengajaknya bicara, namun respon yang di berikan laki-laki itu hanya diam tanpa ekspresi. Walau pun begitu, dia akan merespon ucapan Cheryl dengan tindakan. Laki-laki itu juga cukup rajin melakukan aktifitas di rumah Cheryl, sehingga di saat Cheryl pulang dari Klinik, rumahnya terlihat bersih dan rapi."Ternyata dia cukup tahu diri juga." gumam Cheryl sambil tersenyum ketika dia pulang kerja rumahnya terlihat rapi dan sangat bersih.Laki-laki itu terlihat sedang duduk di sofa sambil menikmati acara televisi. Tak ada ekspresi yang ia tunjukkan selama menonton acara televisi, hanya raut
Hari ini Cheryl mendapatkan tugas untuk ikut mengambil persediaan obat-obatan di rumah sakit yang ada di kota. Namun entah kenapa Abercio bersikeras ikut dengannya. Padahal biasanya Cheryl yang selalu berinisiatif mengajaknya terlebih dahulu namun selalu di tolak, tapi kali ini justru Abercio yang ngotot ingin ikut."Dok, apa dokter yakin kalau dia beneran akan ikut dengan kita ke kota?" tanya sopir mobil carry putih yang mereka gunakan untuk perjalanan ke kota. Karena memang itu mobil satu-satunya yang dimiliki klinik selain mobil ambulans.Cheryl menoleh kearah Abercio yang berdiri tidak jauh darinya. "Hmm iya, ayo cepat berangkat sekarang, keburu gelap nanti kita pulangnya." ucap Cheryl."Hah, oh, baiklah dok kalau begitu." Jawab sang sopir lalu ia segera masuk ke dalam mobil.Cheryl dan Abercio duduk di jok belakang. Sedangkan sopir dan salah satu suster yang memang di tugaskan untuk menemani Cheryl mengambil obat-obatan duduk di jok depan.Selama perjalanan menuju ke rumah sakit
"Kerjakan semua tugasmu dengan benar. Selama kamu bekerja keras mencari bukti lengkap tentang siapa dalang sesungguhnya di balik kejadian yang menimpaku, maka biarkan aku istirahat sejenak disini tanpa adanya urusan kantor yang menggangguku. Dan ingat untuk melaporkan apapun yang kamu temukan melalui email." Pungkas Abercio sebelum ia keluar dari mobil."Hah?! Ba-baik tuan muda." jawab Ryan tersadar dari lamunannya.Abercio melangkah kearah pintu utama rumah sakit saat melihat dari kejauhan kalau Cheryl sudah keluar dengan beberapa orang yang mengangkat kardus. Dan bisa di pastikan jika itu adalah kardus obat-obatan yang memang di perlukan untuk klinik di desa."Tuan muda tersenyum? Apa aku tidak salah lihat? Aku tidak sedang bermimpi kan?" gumam Ryan yang masih belum bisa mencerna situasi dengan benar.Dan kini sudah terlihat jelas bukan alasan dan tujuan Abercio sangat ingin ikut pergi ke kota bersama dengan Cheryl kali ini. Ternyata ia sudah membuat janji temu dengan orang kepercay
Kini di dalam rumah Cheryl sedang berkumpul beberapa orang dari perwakilan warga desa, termasuk Dokter Burhan yang sebelumnya sudah di hubungi Cheryl supaya datang membantu memberikan penjelasan pada warga desa.“Sebelumnya saya minta maaf pak RT dan para warga, apa tidak ada solusi lain selain mereka harus menikah?” Dokter Burhan menjeda ucapannya sambil melihat pak RT yang ada di depannya lalu ia beralih melihat keluar.“Karena begini, bukankah kita semua tahu jika nak Abercio saat ini sedang kehilangan sebagian ingatannya? Apalagi dia tidak memiliki dokumen pendukung sama sekali yang menunjukkan siapa dia, dimana keluarganya, dimana dia tinggal dan lain sebagainya. Jadi alangkah baiknya jika kita memakai sedikit hati nurati kita untuk membantu kesembuhan beliau tanpa harus memaksanya untuk menikah dengan Cheryl.”“Kita juga tahu selain Cheryl sebagai Dokter di klinik desa, dia juga dokter yang bertanggung jawab akan kesembuhan Abercio. Jadi saya sangat yakin kalau mereka tidak akan
Dokter Burhan mengerutkan keningnya seolah menanyakan akan ucapan Cheryl barusan. Apa itu artinya Cheryl menyetujui untuk menikah dengan Abercio?"Aku akan menikah dengan dia, anggap saja aku berbaik hati mau membantu dia dari situasi yang sulit ini, om." ucap Cheryl walaupun dia tidak begitu yakin dengan keputusannya sendiri.Helaan napas lega terdengar dari Dokter Burhan. "Kalau begitu ayo kita keluar sekarang, kita hadapi pak RT dan para warga agar masalah ini cepat selesai." ucap Dokter Burhan yang hanya diangguki oleh Cheryl.Mereka berdua akhirnya keluar dari kamar Cheryl, semua orang menoleh kearah Dokter Burhan dan Cheryl saat terdengar pintu kamar terbuka. Mereka menunggu keputusan apa yang akan mereka katakan selanjutnya. Apakah Cheryl akan menikah dengan Abercio? Atau Abercio pergi dari desa?Walaupun Abercio terlihat sangat tenang tapi sesungguhnya dia merasa sangat cemas dengan keputusan apa yang akan Cheryl berikan pada para warga. Sebenarnya ada sebuah ketakutan juga di
Kehidupan setelah pernikahan Cheryl dan Abercio tidak begitu banyak berubah Cheryl masih saja sibuk dengan pekerjaannya di klinik, sedangkan Abercio akan menunggunya di rumah sambil melakukan hal-hal kecil seperti membereskan rumah atau dia akan melihat acara televisi.Terkadang kalau ia bosan di rumah maka Abercio akan pergi ke klinik sekedar melihat-lihat saja. Ia tidak akan mengganggu pekerjaan istrinya jika Cheryl sibuk merawat para pasien, Abercio akan menunggu di ruangan Cheryl.Tapi walaupun begitu setidaknya mereka setiap hari sarapan dan makan malam bersama, selalu bertukar kabar walaupun itu bukan sesuatu yang penting. Misalnya saling memberi kabar jika mereka sedang atau mau melakukan sesuatu."Sudah lama ya?" tanya Cheryl saat memasuki ruangannya dan melihat ada Abercio disana sambil bermain hp."Tidak juga." jawab Abercio setelah melihat siapa yang baru saja memasuki ruangan. Lalu dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana yang ia kenakan."Ada apa? Tumben jam segini ad
"Ada kabar apa? Kenapa kamu berani menghubungiku terlebih dahulu, tanpa menunggu kabar dariku, apa kamu sudah bosan dengan pekerjaanmu? Atau kamu ingin pensiun dini?" kesal Abercio saat menerima panggilan dari orang kepercayaannya yaitu Ryan. Bagi Abercio saat ini ia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Cheryl tanpa ada gangguan sedikitpun."Maafkan saya tuan muda," jawab Ryan takut saat mendengar suara dari Abercio yang sepertinya sedang marah, walaupun Ryan tidak berhadapan langsung dengan bosnya itu tapi Ryan paham betul akan hal itu."Cepat katakan, ada masalah apa?" tanya Abercio."Saya sudah menemukan siapa dalang di balik kejadian yang menimpa tuan muda." jawab Ryan."Apa kamu sudah yakin?""Iya tuan muda, semua bukti yang tuan muda minta sudah saya dapatkan termasuk saya juga sudah menahan antek-anteknya yang mencelakai tuan muda di gunung waktu itu.""Kerja bagus Ryan, kamu handle dulu sampai aku kembali. Beri aku waktu tiga hari, setelah itu kamu jemput aku ke