Hari ini Cheryl mendapatkan tugas untuk ikut mengambil persediaan obat-obatan di rumah sakit yang ada di kota. Namun entah kenapa Abercio bersikeras ikut dengannya. Padahal biasanya Cheryl yang selalu berinisiatif mengajaknya terlebih dahulu namun selalu di tolak, tapi kali ini justru Abercio yang ngotot ingin ikut.
"Dok, apa dokter yakin kalau dia beneran akan ikut dengan kita ke kota?" tanya sopir mobil carry putih yang mereka gunakan untuk perjalanan ke kota. Karena memang itu mobil satu-satunya yang dimiliki klinik selain mobil ambulans.Cheryl menoleh kearah Abercio yang berdiri tidak jauh darinya. "Hmm iya, ayo cepat berangkat sekarang, keburu gelap nanti kita pulangnya." ucap Cheryl."Hah, oh, baiklah dok kalau begitu." Jawab sang sopir lalu ia segera masuk ke dalam mobil.Cheryl dan Abercio duduk di jok belakang. Sedangkan sopir dan salah satu suster yang memang di tugaskan untuk menemani Cheryl mengambil obat-obatan duduk di jok depan.Selama perjalanan menuju ke rumah sakit yang ada di kota, Abercio hanya diam dan menikmati pemandangan yang mereka lalui dengan melihat keluar jendela. Entah dia memang mengagumi pemandangan atau ia justru sedang memikirkan sesuatu?Sedangkan Cheryl lebih memilih memejamkan matanya beristirahat, karena memang dia sehabis shift jaga malam sehingga kantuk itu tidak dapat ia hindari. Walaupun sebenarnya ia bisa tidur dengan bebas besok karena besok adalah hari liburnya.Sesekali Abercio melirik kearah Cheryl yang tertidur di sampingnya, wajahnya terlihat begitu damai. Senyuman tipis pun terukir indah dibibir Abercio.'Dia benar-benar terlihat imut saat seperti ini, tapi akan terlihat berbeda saat ia memakai jas dokter.' batin Abercio.Abercio yang melihat tidur Cheryl kurang nyaman karena posisi duduknya, kini ia meletakkan kepala Cheryl untuk bersandar di bahunya.Sopir dan suster yang melihat dari kaca spion itu pun hanya mengulum senyum senang. Sepertinya mereka berdua sangat mendukung melihat kedekatan antara dokter dan pasiennya itu.Setelah hampir 3 jam perjalanan, kini mobil yang di tumpangi Cheryl sampai juga di sebuah rumah sakit yang ada di kota. Cheryl terlihat terkejut saat bangun dengan kondisi kepalanya yang bersandar di bahu Abercio, kedua pipinya bersemu merah semerah tomat karena malu."Kita sudah sampai, ayo turun." Ajak Cheryl untuk segera turun karena ia benar-benar sangat malu.Walau Abercio tidak menjawab, namun ia turun dari mobil. Ia memperhatikan suasana di sekitarnya. Suasana rumah sakit di kota itu memang lebih ramai dari pada klinik yang ada di desa."Kamu tunggu saja di kantin itu, aku akan masuk dulu sama suster untuk bertemu dengan pihak farmasi rumah sakit." ucap Cheryl sambil menunjuk ke sebuah kantin yang tidak jauh dari lokasi parkir mobilnya."Kamu tadi kan belum sempat makan, jadi kamu beli saja makan di kantin itu. Nanti aku akan menyusul kalau urusannya udah selesai." ucap Cheryl sambil memberikan 3 lembar uang seratus ribuan pada Abercio."Hm." jawab Abercio lalu dia menerima uang yang diberikan Cheryl padanya. Tak lama Abercio berjalan menuju kearah kantin yang tadi memang di tunjuk oleh Cheryl.Cheryl dan seorang suster yang tadi ikut bersamanya berjalan memasuki gedung rumah sakit. Sedangkan sang sopir lebih memilih berkumpul dengan sesama sopir yang memang mereka sudah saling kenal sebelumnya.Abercio yang duduk di kantin hanya memesan teh manis panas, ia belum merasa lapar sehingga ia tidak memesan makanan seperti yang tadi di perintahkan oleh Cheryl. Ia terlihat memperhatikan sekitarnya seperti sedang mencari sesuatu."Maaf tuan muda, saya datang terlambat. Penampilan tuan muda yang seperti ini membuat saya hampir tidak bisa mengenalinya." ucap seseorang yang datang menghampiri Abercio.Seorang lelaki muda yang mungkin seumuran dengannya, terlihat membungkuk memberi hormat saat bertemu dengan Abercio.Abercio melihat kiri dan kanan seolah memastikan keadaan. "Sebaiknya jangan bicara disini. Dimana kamu memarkirkan mobilnya?" dengan suara pelan setengah berbisik dia berbicara dengan laki-laki yang baru saja datang menghampirinya tersebut.Abercio takut kalau-kalau ada yang mendengarkan pembicaraan mereka nanti. Makanya Abercio meminta ke tempat lain untuk bicara. Apalagi setelah kejadian yang dia alami membuat Abercio lebih waspada dari sebelumnya.Setelah membayar teh pesanannya tadi yang hanya setengah saja ia minum, kini Abercio dan laki-laki muda dengan berpakaian jas hitam lengkap dengan sepatu mengkilapnya itu berjalan kearah parkiran.Sesampainya di tempat parkir mobil BMW Hitam, lelaki muda itu pun membukakan pintu untuk Abercio. Setelah Abercio masuk kedalam mobil, lelaki itu berjalan kearah pintu mobil di sisi yang lain kemudian ia juga masuk kedalam mobil tersebut."Apa yang kamu dapatkan?" tanya Abercio dengan wajah datar."Hanya ini yang saya dapatkan tuan muda." jawab lelaki itu dengan menyerahkan amplop coklat pada Abercio.Dengan cepat Abercio langsung mengeluarkan isi di dalam amplop tersebut untuk memastikan bukti apa yang sudah lelaki itu berikan padanya."Kerja bagus Ryan, tugasmu sekarang cari bukti untuk menyeret mereka ke penjara dan cari tahu juga siapa sebenarnya dalang utama yang sedang mengincar nyawaku." ucap Abercio lalu ia memasukkan kembali berkas yang sudah dibacanya dan memberikan kembali amplop itu pada lelaki yang duduk disampingnya."Kalau hanya mengandalkan ini saja tidak akan cukup, karena dalang utama masih belum menampakkan batang hidungnya." Lanjut Abercio tegas dengan sorot mata tajam seperti memendam sebuah amarah yang besar."Sebenarnya ada beberapa daftar hitam yang sudah saya curigai tuan muda, tapi saya belum yakin untuk itu." ucap Ryan."Dan itu tugasmu untuk membuat semuanya jelas, jangan sia-siakan gaji yang sudah aku berikan padamu." jawab Abercio."I-iya tuan muda, akan saya pastikan semua berjalan sesuai keinginan anda." jawab lelaki yang ternyata bernama Ryan itu dengan patuh.Sebagai orang kepercayaan Abercio, sudah sepantasnya ia menjalankan tugas sesuai keinginan bosnya. Dan itu sudah menjadi syarat mutlak baginya."Lantas apa rencana tuan muda sekarang? Apakah tuan muda akan ikut dengan saya kembali ke Jakarta?" tanya Ryan, mengingat kondisi Abercio sudah pulih seperti sediakala."Untuk kembali ke Jakarta sekarang bukanlah waktu yang tepat. Apalagi kita belum mempunyai bukti yang kuat tentang semua ini. Dalang utamanya juga belum ketemu." jawab Abercio kemudian dia menghela napas."Selama 3 bulan berada di desa ini, aku merasa mulai terbiasa dengan suasananya, tidak buruk juga disini. Udaranya masih alami tidak banyak polusi." lanjut Abercio."Apalagi ada dia yang begitu baik merawatku, membuatku merasa semakin nyaman disini. Setidaknya aku akan menjadi pasien yang baik untuknya sebelum aku kembali ke Jakarta." lanjutnya lagi dengan senyuman indah dari sudut bibirnya."Hah?!" Ryan hanya bisa melongo mendengar jawaban Abercio. Apa benar ini adalah bosnya yang 3 bulan lalu masih memperlihatkan wajah dinginnya saat berada di kantor. 'Apakah aku tidak salah lihat? Benarkah dia masih tuan muda Abercio Danurendra penerus perusahaan Danurendra group yang aku kenal?' batin Ryan seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat."Kerjakan semua tugasmu dengan benar. Selama kamu bekerja keras mencari bukti lengkap tentang siapa dalang sesungguhnya di balik kejadian yang menimpaku, maka biarkan aku istirahat sejenak disini tanpa adanya urusan kantor yang menggangguku. Dan ingat untuk melaporkan apapun yang kamu temukan melalui email." Pungkas Abercio sebelum ia keluar dari mobil."Hah?! Ba-baik tuan muda." jawab Ryan tersadar dari lamunannya.Abercio melangkah kearah pintu utama rumah sakit saat melihat dari kejauhan kalau Cheryl sudah keluar dengan beberapa orang yang mengangkat kardus. Dan bisa di pastikan jika itu adalah kardus obat-obatan yang memang di perlukan untuk klinik di desa."Tuan muda tersenyum? Apa aku tidak salah lihat? Aku tidak sedang bermimpi kan?" gumam Ryan yang masih belum bisa mencerna situasi dengan benar.Dan kini sudah terlihat jelas bukan alasan dan tujuan Abercio sangat ingin ikut pergi ke kota bersama dengan Cheryl kali ini. Ternyata ia sudah membuat janji temu dengan orang kepercay
Kini di dalam rumah Cheryl sedang berkumpul beberapa orang dari perwakilan warga desa, termasuk Dokter Burhan yang sebelumnya sudah di hubungi Cheryl supaya datang membantu memberikan penjelasan pada warga desa.“Sebelumnya saya minta maaf pak RT dan para warga, apa tidak ada solusi lain selain mereka harus menikah?” Dokter Burhan menjeda ucapannya sambil melihat pak RT yang ada di depannya lalu ia beralih melihat keluar.“Karena begini, bukankah kita semua tahu jika nak Abercio saat ini sedang kehilangan sebagian ingatannya? Apalagi dia tidak memiliki dokumen pendukung sama sekali yang menunjukkan siapa dia, dimana keluarganya, dimana dia tinggal dan lain sebagainya. Jadi alangkah baiknya jika kita memakai sedikit hati nurati kita untuk membantu kesembuhan beliau tanpa harus memaksanya untuk menikah dengan Cheryl.”“Kita juga tahu selain Cheryl sebagai Dokter di klinik desa, dia juga dokter yang bertanggung jawab akan kesembuhan Abercio. Jadi saya sangat yakin kalau mereka tidak akan
Dokter Burhan mengerutkan keningnya seolah menanyakan akan ucapan Cheryl barusan. Apa itu artinya Cheryl menyetujui untuk menikah dengan Abercio?"Aku akan menikah dengan dia, anggap saja aku berbaik hati mau membantu dia dari situasi yang sulit ini, om." ucap Cheryl walaupun dia tidak begitu yakin dengan keputusannya sendiri.Helaan napas lega terdengar dari Dokter Burhan. "Kalau begitu ayo kita keluar sekarang, kita hadapi pak RT dan para warga agar masalah ini cepat selesai." ucap Dokter Burhan yang hanya diangguki oleh Cheryl.Mereka berdua akhirnya keluar dari kamar Cheryl, semua orang menoleh kearah Dokter Burhan dan Cheryl saat terdengar pintu kamar terbuka. Mereka menunggu keputusan apa yang akan mereka katakan selanjutnya. Apakah Cheryl akan menikah dengan Abercio? Atau Abercio pergi dari desa?Walaupun Abercio terlihat sangat tenang tapi sesungguhnya dia merasa sangat cemas dengan keputusan apa yang akan Cheryl berikan pada para warga. Sebenarnya ada sebuah ketakutan juga di
Kehidupan setelah pernikahan Cheryl dan Abercio tidak begitu banyak berubah Cheryl masih saja sibuk dengan pekerjaannya di klinik, sedangkan Abercio akan menunggunya di rumah sambil melakukan hal-hal kecil seperti membereskan rumah atau dia akan melihat acara televisi.Terkadang kalau ia bosan di rumah maka Abercio akan pergi ke klinik sekedar melihat-lihat saja. Ia tidak akan mengganggu pekerjaan istrinya jika Cheryl sibuk merawat para pasien, Abercio akan menunggu di ruangan Cheryl.Tapi walaupun begitu setidaknya mereka setiap hari sarapan dan makan malam bersama, selalu bertukar kabar walaupun itu bukan sesuatu yang penting. Misalnya saling memberi kabar jika mereka sedang atau mau melakukan sesuatu."Sudah lama ya?" tanya Cheryl saat memasuki ruangannya dan melihat ada Abercio disana sambil bermain hp."Tidak juga." jawab Abercio setelah melihat siapa yang baru saja memasuki ruangan. Lalu dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana yang ia kenakan."Ada apa? Tumben jam segini ad
"Ada kabar apa? Kenapa kamu berani menghubungiku terlebih dahulu, tanpa menunggu kabar dariku, apa kamu sudah bosan dengan pekerjaanmu? Atau kamu ingin pensiun dini?" kesal Abercio saat menerima panggilan dari orang kepercayaannya yaitu Ryan. Bagi Abercio saat ini ia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Cheryl tanpa ada gangguan sedikitpun."Maafkan saya tuan muda," jawab Ryan takut saat mendengar suara dari Abercio yang sepertinya sedang marah, walaupun Ryan tidak berhadapan langsung dengan bosnya itu tapi Ryan paham betul akan hal itu."Cepat katakan, ada masalah apa?" tanya Abercio."Saya sudah menemukan siapa dalang di balik kejadian yang menimpa tuan muda." jawab Ryan."Apa kamu sudah yakin?""Iya tuan muda, semua bukti yang tuan muda minta sudah saya dapatkan termasuk saya juga sudah menahan antek-anteknya yang mencelakai tuan muda di gunung waktu itu.""Kerja bagus Ryan, kamu handle dulu sampai aku kembali. Beri aku waktu tiga hari, setelah itu kamu jemput aku ke
Dokter Burhan turut bahagia setelah mendengar cerita dari Cheryl yang mengatakan jika ada seseorang yang mengenal dekat Abercio dan akan datang ke Desa untuk menjemputnya dan sekarang sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju ke Desa tersebut.Itu berarti Abercio akan segera kembali berkumpul dengan keluarganya, lantas bagaimana dengan nasib Cheryl? Bagaimana dengan pernikahan mereka yang sudah berjalan sekitar 6 bulan ini? Itu menjadi salah satu kekhawatiran Dokter Burhan akan nasib keponakannya itu. Apalagi Cheryl adalah keponakan kesayangannya, sudah pasti kebahagiaan Cheryl adalah yang utama."Lantas bagaimana dengan nasib pernikahan kamu sama dia?" tanya dokter Burhan pada Cheryl saat mereka berada di ruangan Dokter Burhan setelah membahas sesuatu."Maksud Om?" Cheryl balik bertanya karena menurut Cheryl tidak ada yang perlu di khawatirkan dari pernikahannya."Kalau dia kembali pada keluarganya, bagaimana dengan kamu?""Ya nggak gimana-gimana sih Om, kan masih bisa berhubungan
"Dokter, ada pasien di UGD yang butuh penanganan dari dokter," ucap salah seorang suster yang berjalan dengan tergesa menghampiri Cheryl yang baru saja keluar dari ruang pasien."Ayo kita kesana." dengan sedikit berlari Cheryl menuju ke UGD bersama dengan suster itu.Suster pun menunjuk kearah pasien yang dimaksudkan, disana ada seorang bapak-bapak setengah baya sedang berbaring di brankar dengan kepala dan hidungnya mengeluarkan darah. Sepertinya dia habis mengalami kecelakaan atau sejenisnya."Segera balut lukanya dan cepat hentikan pendarahannya." perintah Cheryl pada suster yang bertugas."Baik dok."Karena memang Cheryl kini ditugaskan di UGD, jadi sewaktu-waktu jika dia dibutuhkan dia harus selalu siaga. Ya benar banget, kini Cheryl sudah kembali ke Jakarta untuk bertugas di sebuah rumah sakit besar disana.Setelah masa magangnya selesai 5 bulan yang lalu, ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan bertugas di rumah sakit RENDRA INTERNATIONAL HOSPITAL sesuai kesepakatan sebelumn
"Ki, kakak sibuk banget, kayaknya kakak nggak bisa, sorry ya." tolak Cheryl saat Kiran kembali menelpon dan mengajaknya makan malam bersama untuk kesekian kalinya. Selalu dengan alasan yang sama yaitu sibuk, apakah pekerjaan dokter memang sesibuk itu? Sampai-sampai tidak sempat untuk makan malam bersama keluarga?Bukan hanya makan malam bersama, tapi Cheryl juga selalu saja menolak ajakan Kiran saat gadis itu mengajaknya pulang ke rumah menjenguk mamanya. "Apa kakak masih marah sama mama? Atau kakak masih benci dengan mama? Makanya kakak selalu beralasan kalau aku ajak pulang." ujar Kiran terdengar sedih. "Aku minta maaf atas nama mama kak, kalau selama ini telah__""Bukan Ki, tapi kakak beneran sibuk. Kakak tidak membenci tante atau marah sama tante, kamu jangan terlalu banyak berpikir." jawab Cherl."Baiklah, tapi kakak harus janji kalau kakak harus ikut pulang walau cuma setahun sekali, pokoknya harus titik." ucap Kiran sedikit memaksa."Kakak nggak bisa janji, tapi akan kakak usah