Kini di dalam rumah Cheryl sedang berkumpul beberapa orang dari perwakilan warga desa, termasuk Dokter Burhan yang sebelumnya sudah di hubungi Cheryl supaya datang membantu memberikan penjelasan pada warga desa.
“Sebelumnya saya minta maaf pak RT dan para warga, apa tidak ada solusi lain selain mereka harus menikah?” Dokter Burhan menjeda ucapannya sambil melihat pak RT yang ada di depannya lalu ia beralih melihat keluar.“Karena begini, bukankah kita semua tahu jika nak Abercio saat ini sedang kehilangan sebagian ingatannya? Apalagi dia tidak memiliki dokumen pendukung sama sekali yang menunjukkan siapa dia, dimana keluarganya, dimana dia tinggal dan lain sebagainya. Jadi alangkah baiknya jika kita memakai sedikit hati nurati kita untuk membantu kesembuhan beliau tanpa harus memaksanya untuk menikah dengan Cheryl.”“Kita juga tahu selain Cheryl sebagai Dokter di klinik desa, dia juga dokter yang bertanggung jawab akan kesembuhan Abercio. Jadi saya sangat yakin kalau mereka tidak akan melakukan hal-hal negatif di luar batas, karena saya tahu hubungan mereka sebatas dokter dan pasien tidak lebih dari itu.”Dokter Burhan berusaha meyakinkan semua orang yang hadir agar membatalkan niat mereka memaksa Cheryl dan Abercio menikah. Karena jujur didalam hatinya Dokter Burhan tidak menyetujui pendapat para warga yang meminta mereka segera menikah hanya karena mereka berdua tinggal dalam satu rumah tanpa adanya ikatan.“Kalau soal menikahkan mereka sendiri, saya pribadi tidak setuju. Mengingat jika ponakan saya ini masih sangat muda, masih butuh meniti karirnya ke jenjang yang lebih bagus, apalagi dia sangat ingin melanjutkan kuliahnya untuk menjadi dokter spesialis bedah syaraf. Tolong pak RT dan para warga desa bisa memahami posisi Cheryl dan nak Abercio disini.” lanjut Dokter Burhan.Cheryl masih terlihat cemas, ia tidak bisa tenang duduk di kursinya. Ia tidak ingin terpaksa menikah dengan orang asing yang kini ada di sampingnya itu. Apalagi Cheryl tidak tahu apa-apa tentang Abercio.Namun berbeda dengan Abercio yang sangat tenang dan menyimak serius percakapan Pak RT dan Dokter Burhan supaya bisa mencapai kesepakatan bersama. Sepertinya Abercio tidak ada rasa khawatir sedikitpun tentang keputusan apa yang akan terjadi nantinya.“Saya tahu dan memahami apa yang menjadi kekhawatiran dokter Burhan, tapi sebagai ketua RT di desa ini saya tidak bisa mengabaikan permintaan para warga desa begitu saja. Mengingat dokter Cheryl dan nak Abercio tidak ada alasan yang jelas untuk bisa tinggal bersama. Di tambah lagi mereka bukan muhrim, akan sangat rentan dekat dengan zina.” jawab pak RT.Terdengar helaan napas berat dari Dokter Burhan, ia tidak tahu lagi bagaimana meyakinkan pak RT dan yang lain supaya tidak terjadi pernikahan antara Cheryl dan Abercio.Berbagai alasan sudah ia utarakan agar menjadi bahan pertimbangan pak RT dan yang lain agar tidak memaksakan Cheryl dan Abercio menikah.“Di desa ini memang sangat ketat dengan aturan-aturan yang sudah ada dari zaman nenek moyang kita terdahulu, termasuk salah satunya sangat pamali untuk anak laki-laki dan perempuan tinggal satu rumah tanpa adanya ikatan pernikahan ataupun ikatan sebagai keluarga.” jelas salah satu ketua pemuda-pemudi di desa tersebut yang memang ikut dalam rapat dadakan itu.“Sudah seperti tradisi yang tidak dapat kami langgar, karena kami sebagai warga desa harus menegakkan aturan yang sudah berlaku turun-temurun dari zaman nenek moyang kami dahulu.” ucap salah satu kepala adat.“Kalau dokter Cheryl dan laki-laki itu tidak bersedia menikah dan mengikuti aturan yang sudah berlaku, maka sebaiknya laki-laki itu segera pergi dari Desa, supaya tidak menimbulkan balak bencana buruk bagi desa kami.” celetuk salah satu warga yang ada di luar (teras rumah).“Betul itu, kami tidak mau menanggung balak dari hasil perbuatan kalian.” sahut yang lain.“Setuju, setuju.” sambung warga yang lain yang semakin ramai berteriak dari luar rumah.Dokter Burhan menatap Cheryl yang masih cemas dan gelisah. Ia sangat memahami bagaimana perasaan ponakannya tersebut, pasti ini akan terasa sangat berat untuknya. Di tambah lagi Cheryl tidak tahu asal-usul lelaki yang akan menjadi suaminya ini.“Baiklah, saya akan menikahi Dokter Cheryl.” tiba-tiba Abercio bersuara dengan tenang tanpa beban di tengah kegaduhan yang sedang berlangsung.“Hah?” Cheryl terkejut dan langsung melihat kearah Abercio yang duduk disampingnya. “Apa-apaan kamu ini? Jangan mengambil keputusan sepihak begitu dong.” protes Cheryl seakan tak terima.“Kamu kira pernikahan itu main-main?” kesal Cheryl. “Aku nggak mau, aku nggak mau kalau harus menikah sama kamu.”“Sebentar kami diskusi dulu,” Dokter Burhan menarik tangan Cheryl untuk segera mengikutinya masuk kedalam kamar meninggalkan Abercio dan yang lain di ruang tamu.Setelah sampai kedalam kamar Cheryl, Dokter Burhan menatap Cheryl dalam. “Om tidak tahu lagi harus bagaimana, sekarang keputusan ada ditangan kamu.”“Cheryl, Om tahu ini pasti berat untukmu. Tapi tidak ada jalan keluar dari masalah ini selain kamu memang harus menikah dengan Abercio.” ucap Dokter Burhan dengan kedua tangannya berada di bahu Cheryl seakan ingin memberikan dukungan pada ponakannya itu.“Tapi om__”“Kamu dengar sendiri kan bagaimana om sudah berusaha mencegah agar tidak terjadi pernikahan antara kamu sama Abercio, tapi hasilnya apa? Mereka tidak mau menerima alasan apapun.”“Tapi aku tidak mau menikah sama dia Om, kami tidak mengenal satu sama lain. Ditambah lagi aku tidak tahu apa-apa tentang dia.” ucap Cheryl bingung bagaimana lagi harus menolak permintaan para warga.Dokter Burhan menghela napas, “Dengarkan om baik-baik, kalau Abercio pergi dari desa ini, nyawanya akan terancam. Mengingat orang yang sedang mencelakainya belum ketemu sampai sekarang. Om sudah meminta bantuan orang kepercayaan om, tapi sangat sulit melacak siapa yang sudah mencelakai Abercio.”Cheryl menghela napas, terlihat dari manik matanya ia juga sama bingungnya dengan Om-nya itu.“Pernikahan bukan sesuatu hal untuk bisa di buat main-main, Om. Aku tidak mau menikah hanya karena paksaan dari para warga atau yang lainnya, aku pengen pernikahan aku terjadi atas dasar cinta, Om. Bukan karena terpaksa seperti ini.” lirih Cheryl dengan wajah sendu. Tatapannya lurus ke bawah dimana ia bisa melihat lantai keramik putih dari kamarnya.“Om tahu, lantas apa yang bisa kita lakukan sekarang? Kamu mau membiarkan Abercio pergi dari desa ini begitu saja? Sedangkan kamu tahu kalau ada yang sedang mengincar nyawanya. Tolong kamu pikirkan baik-baik, Cheryl. Ini menyangkut nyawa seseorang yang di pertaruhkan disini. Seandainya pernikahan kamu sama dia bisa menyelamatkannya, aku rasa ayah kamu pasti akan bangga denganmu.” ucap Dokter Burhan memberi pengertian pada ponakannya itu.Cheryl terdiam, ia tidak bisa lagi berpikir jernih dengan situasi seperti ini. Apa dia harus mengorbankan impiannya, masa depannya, hanya untuk menolong laki-laki yang bernama Abercio itu? Apa semua akan setimpal jika ia melakukan itu?Lagi-lagi terdengar helaan napas berat Cheryl, “Baiklah, Om.” jawab Cheryl pada akhirnya.Bersambung ...Dokter Burhan mengerutkan keningnya seolah menanyakan akan ucapan Cheryl barusan. Apa itu artinya Cheryl menyetujui untuk menikah dengan Abercio?"Aku akan menikah dengan dia, anggap saja aku berbaik hati mau membantu dia dari situasi yang sulit ini, om." ucap Cheryl walaupun dia tidak begitu yakin dengan keputusannya sendiri.Helaan napas lega terdengar dari Dokter Burhan. "Kalau begitu ayo kita keluar sekarang, kita hadapi pak RT dan para warga agar masalah ini cepat selesai." ucap Dokter Burhan yang hanya diangguki oleh Cheryl.Mereka berdua akhirnya keluar dari kamar Cheryl, semua orang menoleh kearah Dokter Burhan dan Cheryl saat terdengar pintu kamar terbuka. Mereka menunggu keputusan apa yang akan mereka katakan selanjutnya. Apakah Cheryl akan menikah dengan Abercio? Atau Abercio pergi dari desa?Walaupun Abercio terlihat sangat tenang tapi sesungguhnya dia merasa sangat cemas dengan keputusan apa yang akan Cheryl berikan pada para warga. Sebenarnya ada sebuah ketakutan juga di
Kehidupan setelah pernikahan Cheryl dan Abercio tidak begitu banyak berubah Cheryl masih saja sibuk dengan pekerjaannya di klinik, sedangkan Abercio akan menunggunya di rumah sambil melakukan hal-hal kecil seperti membereskan rumah atau dia akan melihat acara televisi.Terkadang kalau ia bosan di rumah maka Abercio akan pergi ke klinik sekedar melihat-lihat saja. Ia tidak akan mengganggu pekerjaan istrinya jika Cheryl sibuk merawat para pasien, Abercio akan menunggu di ruangan Cheryl.Tapi walaupun begitu setidaknya mereka setiap hari sarapan dan makan malam bersama, selalu bertukar kabar walaupun itu bukan sesuatu yang penting. Misalnya saling memberi kabar jika mereka sedang atau mau melakukan sesuatu."Sudah lama ya?" tanya Cheryl saat memasuki ruangannya dan melihat ada Abercio disana sambil bermain hp."Tidak juga." jawab Abercio setelah melihat siapa yang baru saja memasuki ruangan. Lalu dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana yang ia kenakan."Ada apa? Tumben jam segini ad
"Ada kabar apa? Kenapa kamu berani menghubungiku terlebih dahulu, tanpa menunggu kabar dariku, apa kamu sudah bosan dengan pekerjaanmu? Atau kamu ingin pensiun dini?" kesal Abercio saat menerima panggilan dari orang kepercayaannya yaitu Ryan. Bagi Abercio saat ini ia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Cheryl tanpa ada gangguan sedikitpun."Maafkan saya tuan muda," jawab Ryan takut saat mendengar suara dari Abercio yang sepertinya sedang marah, walaupun Ryan tidak berhadapan langsung dengan bosnya itu tapi Ryan paham betul akan hal itu."Cepat katakan, ada masalah apa?" tanya Abercio."Saya sudah menemukan siapa dalang di balik kejadian yang menimpa tuan muda." jawab Ryan."Apa kamu sudah yakin?""Iya tuan muda, semua bukti yang tuan muda minta sudah saya dapatkan termasuk saya juga sudah menahan antek-anteknya yang mencelakai tuan muda di gunung waktu itu.""Kerja bagus Ryan, kamu handle dulu sampai aku kembali. Beri aku waktu tiga hari, setelah itu kamu jemput aku ke
Dokter Burhan turut bahagia setelah mendengar cerita dari Cheryl yang mengatakan jika ada seseorang yang mengenal dekat Abercio dan akan datang ke Desa untuk menjemputnya dan sekarang sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju ke Desa tersebut.Itu berarti Abercio akan segera kembali berkumpul dengan keluarganya, lantas bagaimana dengan nasib Cheryl? Bagaimana dengan pernikahan mereka yang sudah berjalan sekitar 6 bulan ini? Itu menjadi salah satu kekhawatiran Dokter Burhan akan nasib keponakannya itu. Apalagi Cheryl adalah keponakan kesayangannya, sudah pasti kebahagiaan Cheryl adalah yang utama."Lantas bagaimana dengan nasib pernikahan kamu sama dia?" tanya dokter Burhan pada Cheryl saat mereka berada di ruangan Dokter Burhan setelah membahas sesuatu."Maksud Om?" Cheryl balik bertanya karena menurut Cheryl tidak ada yang perlu di khawatirkan dari pernikahannya."Kalau dia kembali pada keluarganya, bagaimana dengan kamu?""Ya nggak gimana-gimana sih Om, kan masih bisa berhubungan
"Dokter, ada pasien di UGD yang butuh penanganan dari dokter," ucap salah seorang suster yang berjalan dengan tergesa menghampiri Cheryl yang baru saja keluar dari ruang pasien."Ayo kita kesana." dengan sedikit berlari Cheryl menuju ke UGD bersama dengan suster itu.Suster pun menunjuk kearah pasien yang dimaksudkan, disana ada seorang bapak-bapak setengah baya sedang berbaring di brankar dengan kepala dan hidungnya mengeluarkan darah. Sepertinya dia habis mengalami kecelakaan atau sejenisnya."Segera balut lukanya dan cepat hentikan pendarahannya." perintah Cheryl pada suster yang bertugas."Baik dok."Karena memang Cheryl kini ditugaskan di UGD, jadi sewaktu-waktu jika dia dibutuhkan dia harus selalu siaga. Ya benar banget, kini Cheryl sudah kembali ke Jakarta untuk bertugas di sebuah rumah sakit besar disana.Setelah masa magangnya selesai 5 bulan yang lalu, ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan bertugas di rumah sakit RENDRA INTERNATIONAL HOSPITAL sesuai kesepakatan sebelumn
"Ki, kakak sibuk banget, kayaknya kakak nggak bisa, sorry ya." tolak Cheryl saat Kiran kembali menelpon dan mengajaknya makan malam bersama untuk kesekian kalinya. Selalu dengan alasan yang sama yaitu sibuk, apakah pekerjaan dokter memang sesibuk itu? Sampai-sampai tidak sempat untuk makan malam bersama keluarga?Bukan hanya makan malam bersama, tapi Cheryl juga selalu saja menolak ajakan Kiran saat gadis itu mengajaknya pulang ke rumah menjenguk mamanya. "Apa kakak masih marah sama mama? Atau kakak masih benci dengan mama? Makanya kakak selalu beralasan kalau aku ajak pulang." ujar Kiran terdengar sedih. "Aku minta maaf atas nama mama kak, kalau selama ini telah__""Bukan Ki, tapi kakak beneran sibuk. Kakak tidak membenci tante atau marah sama tante, kamu jangan terlalu banyak berpikir." jawab Cherl."Baiklah, tapi kakak harus janji kalau kakak harus ikut pulang walau cuma setahun sekali, pokoknya harus titik." ucap Kiran sedikit memaksa."Kakak nggak bisa janji, tapi akan kakak usah
"Ryan, apa dia tidak ada menanyakan kabarku hari ini?" tanya laki-laki muda yang kini duduk di kursi kebesarannya."Dia? Dia siapa tuan muda?" Ryan bingung siapa yang dimaksud tuan mudanya itu.Laki-laki muda itu langsung memberikan tatapan tajam kearah Ryan yang masih berdiri di depannya setelah membacakan jadwal kerja.Seketika tenggorokan Ryan kering dan ia susah payah hanya sekedar mau menelan ludahnya sendiri. "Ka-kalau maksud anda adalah nona Cheryl, maka tidak ada tuan Muda. Sudah dua Minggu ini beliau tidak ada menelpon atau mengirim pesan pada saya untuk menanyakan kabar tuan muda." jawab Ryan.Laki-laki muda yang tidak lain adalah Abercio itu tampak kecewa dengan jawaban Ryan, biasanya dia selalu mendengar dari Ryan kalau Cheryl selalu menanyakan kabarnya. Tapi kenapa akhir-akhir ini Ryan tidak pernah melaporkan tentang Cheryl yang menanyakan kabarnya lagi."Apa perlu saya menghubungi nona Cheryl?" tanya Ryan.Abercio menatap tajam kearah Ryan, “Nggak perlu, kerjakan saja tu
Abercio mengerutkan keningnya, apa maksudnya tidak ada dokter yang bernama Cheryl. Bukankah benar jika klinik tersebut satu-satunya klinik yang ada di desa? Dan di situ juga tempat Cheryl bertugas, lantas kenapa resepsionis tersebut bilang tidak ada dokter yang bernama Cheryl. Atau jangan-jangan dia salah memasuki klinik?"Oh baiklah, terimakasih." Abercio yang masih bingung pun mau tidak mau berjalan meninggalkan resepsionis menuju kearah pintu keluar klinik, ia kembali mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Cheryl siapa tahu sekarang sudah aktif, pikir Abercio."Abercio?" Ucap seseorang yang terdengar memanggilnya namun juga sepertinya orang itu tidak yakin.Abercio yang merasa dipanggil itu pun menoleh sebelum dia sempat memencet tombol panggil di ponselnya."Om Burhan? Oh God syukurlah. Aku pikir kalau aku tersesat dan salah memasuki klinik." ucap Abercio terdengar lega."Memangnya kamu tadi tersesat?" tanya Dokter Burhan bingung. "Kita ke ruanganku saja. Ayo." ajak Dokter Burhan y