Share

Dokter Cantik Pemilik Hati CEO
Dokter Cantik Pemilik Hati CEO
Penulis: Agniya14

Bab 1. Pria Misterius

Penulis: Agniya14
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 22:46:24

"Dokter! Tolong dokter!" teriak beberapa warga di depan rumah dokter Arina. Arina Seorang perempuan cantik bergelar dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di salah satu desa di kota Serang. 

Arina yang sudah akan beristirahat malam keluar dari kamar menuju pintu depan setelah mendengar teriakan warga sekitar. Dia pun membuka pintu lalu terperanjat melihat pemandangan di hadapannya. 

Empat orang warga membawa seorang pria berwajah tampan. Pria itu tidak sadarkan diri dengan luka tusuk di bagian perut sebelah kiri. Tubuh pria itu bersimbah darah dan darah masih mengalir dari luka di bagian perutnya. 

"Tolong selamatkan laki-laki ini dokter," pinta salah seorang warga. 

"Dia siapa, Pak?" 

"Kami tidak kenal dengan laki-laki ini. Dia tergeletak di pinggir jalan, kami menemukannya tadi pas pulang dari pengajian di rumah Pak Ahmad. Kami langsung bawa laki-laki ini ke sini, ke rumah dokter." 

Arina merasa agak takut membantu pria itu. Bagaimana jika pria itu adalah orang jahat, pikir Arina, tetapi bagaimana jika dia adalah seorang korban? Arina mengalami pergulatan batin melihat kondisi pria itu. 

"Dok, jangan diem aja." 

Ucapan warga itu membuyarkan pikiran Arina. Sebagai seorang dokter yang sudah disumpah, dia harus menolong pria itu tanpa tahu latar belakang dari pria itu. Sesaat kemudian dia merasa kasihan padanya. 

"Oh ya, tolong bawa ke mobil saya, Pak, saya ambil kunci mobilnya dulu." 

Masih mengenakan piyama tidur, Arina bergegas mengambil kunci mobil miliknya di kamar dan menyambar jaket di gantungan untuk menutupi piyama bagian atasnya. 

Arina membuka kunci mobil. Tubuh pria berwajah tampan itu dibawa masuk ke mobil, Arina meminta dua orang untuk menemaninya, sedangkan dua lainnya pulang ke rumahnya. 

Perjalanan ke rumah sakit tidak terlalu jauh, hanya lima belas menit saja dari rumah almarhum neneknya. Arina memberhentikan mobilnya di depan UGD. Perawat rumah sakit membantu membawa pria tampan itu masuk ke ruangan UGD. Arina meminta dua orang yang membantunya tadi pulang, setelahnya dia ambil alih. 

"Tolong siapkan ruang operasi dan darah tiga labu, segera, ya!" perintah Arina pada perawat di ruang UGD. 

"Baik, Dok." 

Dengan gerak cepat perawat melakukan perintah Arina. Dokter cantik itu berganti pakaian. Dari piyama dengan pakaian khas dokter untuk melakukan operasi. 

Setelah semua siap, Arina siap melakukan operasi untuk menghentikan pendarahan di bekas luka tusukan di perut pria itu. Arina melakukannya operasi ini dengan baik. Dia melupakan sesaat latar belakang pria itu. Operasi pun berjalan dengan lancar. 

Selesai operasi Arina meminta perawat memindahkan pria itu ke ruang ICU dan meminta agar pria itu terus diobservasi dan terus diberikan transfusi darah. 

Arina kembali ke ruang ganti, memakai kembali piyamanya yang tadi. Kemudian dia pamit pulang ke rumah. Di jalan menuju mobil Arina ingat harus membersihkan sisa darah yang menempel di jok belakang mobil. Sampai di mobil dia segera mengambil tisu basah yang dia simpan di mobil lalu membersihkan sisa darah yang menempel di jok tempat pria itu tadi dibawa. Selesai membersihkan semuanya Arina kembali ke rumahnya dan memanfaatkan sisa waktu untuk istirahat sebelum jadwal pagi jam dia bekerja. 

Sebagai dokter bedah umum, Arina sudah terbiasa jika harus melakukan operasi darurat pada malam hari. Sejak dia bekerja di rumah sakit milik papanya. 

Arina memutuskan pindah ke desa itu sejak dia memergoki Nanda--sang kekasih yang tengah berselingkuh dengan Dina--sahabatnya di sebuah apartemen milik Nanda. Pada hari itu Arina yang sudah tahu password di pintu unit apartemen milik Nanda datang membawa kue pada malam hari setelah pulang dari rumah sakit. 

Hari itu adalah anniversary ketiga tahun mereka sudah berpacaran. Maksud hati ingin memberikan kejutan, tetapi Arina yang mendapat kejutan dengan melihat sang kekasih dan sahabatnya tengah bergumul panas di ranjang milik Nanda. 

Tangis Arina pecah dan kue yang dia pegang jatuh ke lantai lalu hancur seperti hatinya yang hancur melihat pengkhianatan kekasih dan sahabatnya. Nanda dan Dina yang melihat kedatangan Arina dengan cepat menyambar pakaian mereka yang berserakan di lantai dan memakainya dengan cepat juga. This was 

"Tega banget kamu sama aku, Mas," ucap Arina pada Nanda sambil menangis. 

Dada perempuan itu tidak hanya sesak, tetapi juga bergemuruh karena amarahnya. 

"Kamu sih enggak pernah mau aku ajak tidur bareng dengan alasan ingin melakukannya setelah menikah. Aku ini laki-laki, Rin, mana tahan jika terus-terusan sama kamu tapi selalu dicuekin." Nanda bukannya meminta maaf malah menyalahkan Arina yang terlalu kolot pemikirannya. 

"Oh jadi itu alasan kamu selingkuh dengan sahabat aku sendiri? Karena dia mau memberikan yang Mas minta? Dasar laki-laki brengsek! Kamu juga Din, perempuan murahan!" 

Saat arina mendekat dan akan melampiaskan kemarahannya dengan melayangkan sebuah tamparan di pipi Nanda, pria itu menangkap tangan Arina dan mendorongnya sampai terjatuh di lantai. 

Hati Arina terasa semakin sakit bagai ditusuk sembilu dengan perlakuan kasar Nanda padanya, pria itu belum pernah semarah itu pada Arina. Dengan membawa perasaan yang campur aduk Arina bangkit. "Mulai hari ini kita putus! Dan rencana pernikahan kita batal!" Arina tinggalkan apartemen itu. 

Untuknya rencana pernikahannya dengan Nanda masih tiga bulan lagi, sehingga dia masih bisa membatalkan tempat acara. Undangan pun belum selesai dicetak. Kabar pernikahan mereka belum tersebar luas. 

Sejak kejadian itu, Arina meminta izin pada papanya untuk menenangkan diri ke sebuah desa tempat kelahiran neneknya. Dia berjanji akan kembali bertugas di rumah sakit papanya setelah keadaannya membaik. Di desa itu Arina tinggal sendiri dan bekerja di salah satu rumah sakit di sana. 

Besok paginya Arina bangun subuh. Setelah salat subuh, Arina berganti pakaian olahraga untuk melakukan kebiasaan nya lari pagi sebelum beraktivitas di rumah sakit. 

Selesai olahraga, Arina pulang ke rumah untuk menyiapkan sarapan. Kemudian dia mandi, berpakaian rapi dan sarapan. Kemudian dia berangkat ke rumah sakit sebelum jam delapan pagi dengan mengendarai mobil. 

Sampai di rumah sakit, Arina meletakkan tasnya di ruangan lalu menuju ruangan ICU untuk memeriksa pasien dadakannya tadi malam. Sampai saat itu dia belum tahu siapa nama pria itu karena memang pria itu masih belum sadarkan diri. 

"Ada perkembangan apa pagi ini?" tanya Arina di dekat brankar pria tampan yang masih belum sadarkan diri itu. 

Tiba-tiba Arina mendengar teriakan pria itu, "Jangan bunuh saya!" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 40. Ending

    Setelah diperiksa oleh dokter di rumah sakit dan dinyatakan hamil, Yudhi mengajak Arina konsultasi ke dokter kandungan yang ada jadwal praktek pagi. Setelah diperiksa dengan USG, Arina dinyatakan hamil empat minggu. Dia sendiri tidak menyangka bisa hamil anak kedua secepat itu karena siklus bulanannya belum datang lagi sejak terakhir dia hamil anak pertama. “Dokter kan tahu jika setiap bulan sel telurnya yang matang tetap dilepaskan seperti biasa, hanya saja memang dinding rahimnya tidak menebal karena pengaruh hormon. Selamat ya, Dok atas kehamilan anak keduanya, semoga saja semuanya lancar.” Dokter kandungan yang sudah kenal dengan Arina itu mendoakannya.“Aamiin, terima kasih ya, Dok. Kami pamit pulang dulu.”Yudhi mengajak Arina kembali ke mobilnya. Perempuan itu menarik napas panjang untuk menangkan diri menerima keputusan jika dia telah hamil anak kedua dan harus menerima semuanya dengan lapang dada.“Mas, kayaknya aku harus ngajuin cuti lagi ini ke papa. Padahal aku belum masu

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 39. Hamil Lagi

    Yudhi tetap terus membantu Arina mengurus anak mereka. Perempuan itu minta cuti satu tahun pada sang papa untuk mengasuh anak pertamanya dan tidak mau melewatkan setiap perkembangan yang dialami putri pertamanya. Begitu juga dengan Yudhi, dia pun tidak mau melewatkan kesempatan yang sama. Meskipun mereka sudah kembali ke apartemen, Arina tetap mengurus bayinya sendiri dengan bantuan ART di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan menemani Arina saat suaminya bekerja. Pada suatu malam, Yudhi ingin membicarakan sesuatu pada Arina, dia pun membahasnya dengan perempuan itu. "Sayang, Mas ada rencana nih. Mas mau minta persetujuan kamu, tapi dengerin dulu, ya." Arina menganggukkan kepala siap mendengar semua apa pun yang akan suaminya katakan padanya. "Jadi, Mas ada rencana mau bikin pesantren." Arina terkesiap mendengar rencana sang suami. Mengapa dia tiba-tiba ingin membangun pesantren, padahal mereka belum pernah membalas ini sebelumnya. "Pesantren, Mas? Di mana?" "DI pinggiran

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 38. Bangun Malam

    Hari-hari Arina menunggu waktu melahirkan tetap sama seperti biasanya. Rutin jalan pagi bersama sang suami dan tidur malam harus diawali dengan pijatan di kaki dan dielus bagian punggung sampai dia tertidur. Beberapa hari terakhir, Arina mulai merasakan gelombang cinta di bagian perut, hanya saja belum teratur dan sering. Dia masih menikmati setiap rasa kram dan nyeri itu sebagai sinyal jika sebentar lagi anaknya akan segera lahir. Makin dekat waktu melahirkan makin sering pula gelombang cinta itu dirasakan oleh Arina hingga pada suatu sore dia mendapat flek dan segera minta diantar menuju rumah sakit. Tidak hanya Yudhi yang mengantar Arina, kedua orang tuanya pun ikut mengantar sampai ke rumah sakit. Perempuan itu dibawa ke rumah sakit milik sang papa. Begitu tiba di rumah sakit, Arina dibawa menuju ruang bersalin yang kosong. Di sana dia ditemani oleh suami dan mamanya. Sedangkan sang papa menunggu di luar sambil berzikir. Saat Arina merasakan gelombang cinta yang hebat, sang ma

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 37. Perlengkapan Bayi

    Yudhi meminta kamar hanya berdua saja dengan Arina pada travel umroh. Dia harus memastikan keadaan Arina baik-baik saja selama 24 jam di sana. Ke mana pun Yudhi pergi pasti ada Arina bersamanya. Ke masjid atau sedang mengikuti perjalanan bersama tour pun mereka selalu bersama. Di depan ka'bah, Arina dan Yudhi selalu memanjatkan doa untuk kelancaran proses kehamilan istrinya dan kemudahan saat proses melahirkan. Meskipun Arina seorang dokter dia tidak bisa melahirkan sendirian tanpa bantuan pihak medis, lagipula dia kan bukan dokter kandungan, Arina adalah seorang dokter bedah umum yang sudah pasti akan menghadapi pasien dengan penyakit yang berbeda. Selesai melaksanakan umroh keduanya kembali ke hotel karena sudah malam. Sebelum masuk ke kamar, mereka makan malam lebih dulu. Selama melaksanakan umroh berat badan Arina naik. Dia sendiri pun merasakan itu, mulai kesulitan bangun dan harus dibantu oleh sang suami. "Mas, kayaknya jas seragam dari travel itu udah enggak cukup lagi deh,

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 36. Resepsi

    Arina memperhatikan perutnya yang mulai terlihat membuncit di depan kaca, pada usia kehamilan lima bulan, memang perut perempuan hamil sudah mulai terlihat membuncit. Dia merasa tidak percaya diri dengan perutnya di saat dia belum mengumumkan acara resepsi pernikahannya. "Mas, perut aku udah keliatan gendut ya?" tanya Arina dengan wajah cemberut. Rasanya hari itu dia tidak ingin datang ke rumah sakit karena perutnya. "Bukan keliatan gendut, tapi membesar karena hamil. Kalau gendut kan seluruh badan melebar." Arina menghembuskan napas lelah. Terkadang dia masih tidak ingin menjadi bahan gunjingan yang lain atau mendapat fitnah dari yang lain. "Aku enggak usah berangkat ke rumah sakit ya, Mas?" Arina berharap Yudhi akan setuju dengan keputusannya. Namun, nyatanya tidak. Pria itu meletakkan beberapa undangan di tangan Arina. "Suruh mereka semua datang supaya tahu kenyataan yang sebenarnya." Pria itu paham istrinya khawatir dituduh hamil sebelum menikah. "Mas antar sampai ke ruangan

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 35. Makam Nanda

    Kondisi Arina semakin membaik keesokan harinya. Pagi itu Yudhi mengajak istrinya berkeliling rumah sakit, perempuan itu duduk di kursi roda yang didorong oleh sang suami. "Ternyata dokter juga bisa sakit dan masuk rumah sakit, ya?" Arina tertawa lebih tepatnya mentertawakan diri sendiri. "Ya, kalau kamu sakit kan tetap butuh dokter, Sayang. Masa kamu bisa nyembuhin diri sendiri. Lagian kamu bukan sakit secara fisik, tapi secara psikologis." "Mas, misalnya kemarin aku sakitnya lama. Terus belum membaik sampai hari ini, malah semakin parah, Mas bakalan ngapain?" Arina merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan sang suami. Dia khawatir Yudhi akan meninggalkannya. Padahal pria itu selalu setia di samping nya. "Sayang, kita enggak boleh berandai-andai loh." Wajah Arina berubah cemberut, bukan itu jawaban yang dia inginkan dari suaminya. Yang dia mau adalah apa yang akan Yudhi lakukan padanya. "Yah, enggak seru ah. Aku kan penasaran." Namun, Yudhi akhirnya menjawab pertanyaan Ar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status