“Bagaimana? sudah dapat kabar siapa wanita itu?” tanya Aaron, pria yang sama tampannya seperti Bumi, namun Aaron memilih jalan yang salah dengan bekerja menjadi bandar Narkoba dan menjual pistol secara ilegal, bahkan Aaron juga tidak segan-segan menjual organ manusia hanya untuk membuat dirinya semakin kaya agar bisa menyamai kekayaan Bumi.
“Info yang saya dapat, wanita itu hanya seorang dokter tuan, tidak ada hubungan apa-apa dengan musuh kita,” jelas Banu, asisten Aaron.
“Ck, kamu kira mataku buta hahk, Bumi itu terang-terangan menolong wanita itu, mana mungkin Bumi tidak ada hubungannya dengan wanita itu, dia hampir tadi hampir saja kehilangan nyawanya hanya demi menyelamatkan wanita berhijab itu,” bentak Aaron yang langsung membuat Banu menundukkan kepalanya.
“Aku tidak mau tau Banu, secepatnya bawa wanita itu ke hadapanku, aku yakin Bumi pasti akan datang untuk menolongnya, dan untuk itu aku akan memanfaatkan wanita itu agar Bumi mau menyerahkan asetnya, dan aku juga bisa membalaskan dendamku padanya,” ucap Aaron yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Banu.
“Pergi,” Aaron memberikan perintah sambil mengibaskan tangannya.
Setelah mendapat perintah dari tuannya, Banu langsung mengajak beberapa anak buahnya untuk menjalankan misi yang diperintahkan Aaron, beberapa mobil langsung pergi meninggalkan kediaman Aaron menuju mansion Bumi, dari balik jendela, Aaron melihat kepergian anak buahnya bersama dengan asistennya.
“Bumi, aku yakin wanita itu pasti begitu istimewa untukmu, itu sebabnya kau mau mencelakai nyawamu hanya untuk menolongnya, tunggu saja pembalasanku, aku akan merebut wanita itu,” ucap Aaron dengan wajah penuh dendam, dibuangnya puntung rokok yang sudah habis dihisapnya, tak lupa kakinya menginjak bekas api yang ada di puntung rokok tersebut dengan sepatu mahalnya.
*
*
Sore hari, Bumi sudah kembali ke mansion, Jelita yang kebetulan berada di ruang tamu langsung bangkit dari duduknya saat Bi Lastri membukakan pintu untuk tuannya.
“Aku mau pulang,” ucap Jelita langsung bangkit dari duduknya menatap Bumi yang bahkan baru saja masuk ke dalam mansion.
Langkah Bumi langsung terhenti, dilihatnya wajah Jelita, namun Bumi sama sekali tidak berkata apa-apa, justru yang ada Bumi kembali melanjutkan langkah kakinya menuju lift untuk menuju kamarnya.
Jelita pun tidak tinggal diam, cepat-cepat Jelita menyusul Bumi dan Dirga yang juga sudah berada di dalam lift.
PIntu lift langsung tertutup, Bumi membuka kancing baju yang ada di tangannya, Bumi bahkan sama sekali tidak menatap Jelita yang berdiri tepat di sampingnya, Sampai pintu lift terbuka kembali, dan Bumi langsung melangkahkan kakinya keluar, tanpa sadar Jelita kembali mengikuti Bumi masuk ke dalam kamar, sedangkan Dirga menghentikan langkah kakinya dan memilih menutup pintu kamar tuannya.
“Kenapa kau diam saja? aku mau pulang,” kembali Jelita bersuara, Bumi pun kini langsung balik badan menatap Jelita.
“Kalau mau pulang kenapa mengikutiku masuk ke dalam kamarku?” tanya Bumi yang langsung membuat Jelita tersadar, kepalanya langsung melihat kamar tempat dimana dirinya terbangun tadi pagi.
“I-ni kamarmu?” tanya Jelita dengan suara terbata.
“Hmmm…ini kamarku,” jawab Bumi menatap Jelita dengan tangan yang sudah masuk ke dalam saku celana nya, beberapa kancing baju kemejanya sudah terlepas dan memperlihatkan dada bidangnya sedikit.
Glek
Jelita menelan salivanya dengan kelat, nafasnya mendadak sesak, “Ka-kalau ini kamarmu, terus ta-tadi malam kita ti-tidur bareng disini?” tanya Jelita dengan wajah terlihat pucat.
“Kalau aku tidak tidur disini, lantas aku tidur dimana?”
Nyeeeessssss
Jantung Jelita seakan berhenti berdetak, matanya langsung berkaca-kaca, entah apa yang ada di pikiran Jelita saat ini, namun rasanya dirinya hanya ingin menangis saja.
“Ibu, maafkan aku,” kata itulah yang terucap dari dalam hatinya, dan tak lama air matanya sudah menetes membasahi pipinya.
Bumi yang melihat Jelita menangis entah kenapa jantungnya juga tidak enak diam, ada rasa bersalah setelah dirinya mengatakan itu, kakinya langsung melangkah mendekati Jelita, namun dengan cepat Jelita langsung memundurkan langkahnya.
“Jangan mendekat,” ucap Jelita menatap Bumi dengan tajam, langkah Bumi pun juga langsung terhenti.
“Jangan mendekat,” lagi Jelita mengatakan kata yang sama, namun kali ini Jelita sudah menangis terisak.
“Ibu maafkan anakmu yang sudah berbuat dosa ini,” ucap Jelita disela tangisnya.
Bumi pun langsung berdecak mendengar apa yang dikatakan Jelita, “Tidak terjadi apa-apa, aku tidak menyentuhmu,” ucap Bumi yang langsung membuat Jelita menatap Bumi.
“Aku tidak melakukan apapun padamu, bahkan tadi malam aku juga tidak tidur disini,” jelas Bumi lagi.
“Benar yang kau katakan barusan? kau nggak bohong kan kalau tidak terjadi apa-apa tadi malam,” tanya Jelita meyakinkan.
“Tadi malam tidak terjadi apa-apa, tapi tidak untuk malam ini, persiapkan dirimu,”
Mata Jelita langsung membulat mendengar apa yang dikatakan Bumi.
Sedangkan Bumi hanya terdiam dan langsung balik badan, kakinya langsung melangkah untuk masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
“Aku harus pergi sekarang juga, aku nggak mau berada di rumah yang aneh ini,” ucap Jelita yang langsung mengusap air matanya yang ada di pipinya.
Di dalam kamar mandi, Bumi tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, “Dia judes tapi penakut,” kata itulah yang terucap di bibirnya.
“Sepertinya dia harus aku bawa ke Jepang, saat ini keberadaan Jelita sedang tidak aman,” ucap Bumi yang teringat kalau dirinya malam ini harus terbang ke Jepang.
Bumi langsung mengambil ponselnya yang ada di saku celananya, saat ini dirinya masih utuh mengenakan pakaian walaupun sudah berada di dalam kamar mandi.
“Iya tuan?” tanya Dirga.
“Siapkan semua keperluan kita, nanti malam kita langsung berangkat, dan jangan lupa barang wanita itu, aku mau dia juga ikut terbang ke Jepang,” ucap Bumi kemudian langsung mematikan sambungan teleponnya.
Dirga sendiri hanya terdiam setelah sambungan teleponnya mati, “Nona Jelita ikut berangkat ke Jepang,”
“Apa!!” terkejut Jelita yang baru saja keluar dari kamar Bumi dan mendengar apa yang dikatakan Dirga.
“Nona,” terkejut Dirga saat balik badan melihat Jelita berdiri di hadapannya.
“Lanjutkan nona,” ucap Dirga yang membuat Nina menatap Dirga.Nina pun menjawab dengan anggukan kepala, sesekali matanya melirik Jelita dan Bumi yang masih saling menempelkan bibir mereka.Hampir sepuluh menit, akhirnya Nina sudah selesai menjahit luka Jelita kembali, begitu sudah beres, Dirga yang masih melihat tuannya menikmati cumbuannya dengan Jelita, tanpa bersuara langsung menarik Nina keluar untuk pergi ke lantai satu, bahkan Dirga juga melarang siapapun untuk naik ke lantai atas.“Tuan, kenapa kita harus pergi, harusnya kita bersuara tadi, jadi mereka tidak melanjutkan ciuman mereka, saya takut mereka justru keterusan dan–,’“Tidak akan terjadi apa-apa nona, jadi tidak ada yang perlu anda khawatirkan,” potong Dirga.“Kenapa anda bisa seyakin itu nona, yang namanya pria dan wanita kalau sudah saling bercumbu pasti akan keterusan,”“Tuan Bumi tidak akan melakukan apa-apa pada nona Jelita, jadi nona tidak perlu takut,” ucap Dirga menatap Nina dengan tatapan malas.“Ck, dasar sok
Bumi sudah keluar dari mobil lebih dulu, disusul Jelita yang melangkah masuk ke dalam mansion dengan kepala menunduk. baru beberapa langkah Jelita masuk ke dalam mansion, suara orang yang begitu dikenalnya memanggil dirinya.“Kak Jelita,” Jelita langsung mengangkat kepalanya, air mata yang tadi sempat mengering di matanya, kini kembali berkaca-kaca saat melihat Bayu saat ini ada di depan matanya.“Bayu,” panggil Jelita dengan suara tercekat.Dengan cepat Jelita Jelita langsung memeluk adiknya, Bumi yang melihat jelas langsung menolehkan kepalanya ke arah lain, entah kenapa ada rasa tidak suka saat Jelita memeluk Bayu, walau pun Bayu adik kandung Jelita.“Dek, kamu kok bisa aja disini? terus ibu mana?” tanya Jelita.“Aku dibawa orang suruhan kak Bumi kak,”“Kak,” beo Jelita menatap Bayu, kemudian matanya melihat Bumi yang berdiri tidak jauh darinya dan Bayu.“Iya, kak Bumi yang untuk di panggil itu,” jelas Bayu.“Tadi waktu aku dan ibu di rumah kakak, tiba-tiba ada yang menggedor pint
Saat ini Jelita sedang menunggu taksi online yang sudah di pesannya, Nina yang sendiri yang tidak mau Jelita kenapa-napa pun menyusul Jelita ke depan rumah sakit, pun dengan Rizal.“Ta, pulangnya sama aku ya, sebentar aku ambil mobil dulu,” ucap Nina yang membuat Jelita terkejut.“Nggak usah Na, aku naik taksi aja, aku udah pesan juga,” tolak Jelita.“Yauda aku aja yang antar kamu,” kini Rizal yang bersuara.“Ck, jangan gila deh Zal, kamu masih ada operasi satu jam lagi,” tolak Jelita juga.“Tapi kamu bahaya kalau pulang sendiri Ta, ingat, pasti anak buah musuh nya tuan Bumi berkeliaran disini, aku nggak mau kalau sampai mereka menangkapmu, jelas aku orang yang paling merasa bersalah kalau terjadi apa-apa sama kamu,” ucap Nina.“Tap–,”“Biar saya yang antar Jelita pulang,”DegRizal dan Nina langsung menolehkan kepala mereka ke asal suara, Tapi tidak dengan Jelita, yang mana hanya diam di tempat, bahkan Jelita tidak menolehkan kepalanya sama sekali karena sejujurnya Jelita sudah tahu
“Jadi pria yang aku tangani tadi itu yang sudah menculik ibu sama Bayu?” tanya Nina yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Jelita dengan cepat.“Fiks..kamu dalam bahaya Ta,”“Bahaya kenapa?” tanya Rizal yang baru saja masuk ke ruangan Jelita karena baru saja selesai operasi, dan samar-samar Rizal mendengar apa yang dikatakan Nina pada Jelita.“Ini Zal, orang yang sudah melukai tangan Jelita itu pasien yang tadi aku tangani yang sebelumnya Jelita tangani, mereka itu yang menculik ibu sama Bayu,” jelas Nina.“Apa!!” Rizal juga sama, tak kalah terkejutnya.“Dan aku sangat yakin kalau sekarang ini Jelita pasti dalam bahaya, karena pria itu adalah musuh tuan Bumi,” ucap Nina lagi memberi tahu.“Apa hubungannya sama tuan Bumi dan Jelita?” tanya Rizal yang memang belum mengetahui apa-apa, sebab Rizal tahu nya hanya Jelita di tahan tuan Bumi, dan Rizal tidak tahu soal Aaron karena Jelita memang menceritakan masalah Aaron pada Rizal dan Nina.“Dia itu musuhnya tuan Bumi, Aaron tau nya aku
Jelita terdiam terpaku di tempatnya saat melihat Aaron lah yang berada di brankar tepat di hadapannya.“Bawa saya lari dari sini, atau kau akan mati saat ini juga,” ancam Aaron mengeluarkan belati di tangannya.“Dok ini kain kasa dan kapas nya,” ucap suster yang mampu menyadarkan Jelita, dengan pelan Jelita menundukkan kepalanya mengambil kain kasa dan perban yang diberikan suster, matanya melihat Aaron yang juga menatapnya dengan tajam.Begitu sag suster pergi, Aaron kembali bersuara, “Bawa saya pergi dari sini, atau kau akan mati saat ini juga,” ancam Aaron lagi.“Bagaimana mungkin aku bisa membawamu dari sini, sementara saat ini kau terluka parah, kepalamu berdarah,” “Luka kecil ini tidak berpengaruh padaku, sekarang yang aku mau, kau bawa aku pergi dari sini, aku tidak mau tau caranya bagaimana,” kembali Aaron mengancam Jelita.“Maaf aku tidak bisa, aku akan memanggil dok–,”“Aaahhkk,” teriak Jelita saat tangannya ditusuk belati milik Aaron.Darah langsung mengalir keluar dari te
“Tapi dia mengenalmu Jelita,” ucap Nina, Jelita sendiri langsung menatap Jelita.Dengan pelan Jelita bangkit dari duduknya, ditatapnya Nina,”Tapi aku tidak mengenalnya Nina, intinya aku sangat membenci dia, karena dia aku dan keluargaku menjadi seperti ini, bahkan aku juga tidak tahu apa karirku sekarang masih baik-baik saja atau tidak di rumah sakit, satu minggu lebih aku tidak masuk bekerja tanpa kabar dan semua itu karena dia, dan kamu masih bilang dia baik,” jelas Jelita yang membuat Nina hanya bungkam, tapi sejujurnya ingin sekali Nina memberitahu soal Bumi padanya.“Andai kamu tahu kenapa tuan Bumi sampai seperti itu sama kamu Ta,” batin Nina.“Kalau ibu dan Bayu sudah baik, kita pergi dari sini ya, aku nggak mau berhubungan lagi sama pria itu bu, dia sangat bahaya,” ucap Jelita yang hanya dijawab anggukan kepala oleh ibu dengan pasarah, begitu pun dengan Bayu, hanya bisa menurut apa yang disampaikan kakaknya.******Dua minggu sudah berlalu, apa yang disampaikan Jelita pada ibu